34: Adrian

468 94 31
                                    

Pukul 10 di Prancis, seorang gadis lengkap dengan setelan musim panas telah duduk manis di salah satu sudut bandara. Ditemani dengan beberapa orang suruhan yang diamanati untuk menjaganya, serta nyaris selusin paper bag dengan berbagai macam barang di dalamnya, Valerie tengah menunggu jadwal keberangkatannya.

Gadis itu tak henti-hentinya menatap layar ponselnya, menunggu Adrian membalas pesan-pesan yang ia kirim bahkan sejak semalam. Tak ada satupun yang lelaki itu balas.

Apa sesibuk itu?

"Miss, I'm sorry for disturbing you, but," Pascale menginterupsi Valerie. "Saya kira anda harus coba menelepon Tuan Adrian kalau memang anda merasa resah."

"Aku takut dia lagi sibuk," sahut Valerie. "Biarin aja sampai dia ngebales. Kalau dia udah bales artinya dia udah enggak sibuk, dan aku bisa nelepon dia."

Pascale dan Valerie kembali hanyut dalam hening. Hanya ada suara alas kaki yang mengetuk lantai bandara, serta seruan pengeras suara.

"Tapi, miss,"

"Dia nggak tau apa kalau ada yang nunggu kabar dia di sini?"

"Nah, itu masalahnya," kata Pascale cepat. "Mungkin Tuan tidak akan keberatan jika miss menelpon hanya untuk menanyakan kabar."

Valerie menggigit bibir bawahnya. Benar juga kata Pascale. Bagaimanapun juga, Valerie punya hak untuk tahu-menahu soal kabar Adrian, terlebih mereka sedang terpisah oleh jarak yang sangat jauh.

Kata-kata Pascale meyakinkan Valerie untuk kemudian menghubungi Adrian yang tidak diketahui kabarnya, sejak lelaki itu hilang ditelan bandara.

Valerie tetap menggigit bibir bawahnya, sambil menunggu nada sambung menghilang. Tak berselang lama, nada sambungnya memang hilang dan diganti dengan sebuah suara familiar di seberang sana.

"Halo, Ad?" Valerie melebarkan matanya. Pascale menoleh semangat.

"Hey, Valerie," sahut Adrian dari seberang, namun dengan nada yang sangat rendah.

"Uh... masih sibuk, ya?" Valerie meringis. "Aku cuman mau-"

"Aku masih sama orang nih," Adrian buru-buru memotong. "Kita lanjut nanti aja ya?"

"Dah. Love you," tambah lelaki itu, sebelum sambungan terputus.

Lelaki itu meninggalkan Valerie tertegun sambil terus memegangi ponselnya. Masih untung Valerie bisa mengontrol dirinya. Jika tidak, mungkin ponsel itu sudah berakhir retak di lantai dasar bandara.

"Bagaimana, miss?" tanya Pascale. Valerie menggeleng lemah.

"Uh.. dia masih sibuk," Valerie tersenyum; cenderung menyemangati dirinya sendiri.

"Mungkin miss dan Tuan bisa mengobrol setelah miss pulang," ujar Pascale sambil mengangkut sebagian paperbag milik Valerie. "Mari, miss. Pesawat anda telah tiba."

**

Di sana.

Gadis bernama Allura berdiri sambil sedikit bersandar di meja resepsionis rumah sakit. Heels yang ia kenakan tampak pas melekat di kakinya, sementara surai gadis itu dibiarkan tergerai manis.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang