Semilir angin di penghujung musim panas menerpa kedua wajah Valerie dan Adrian yang sibuk tertawa. Keduanya memandang lautan biru yang luas sambil terus berbincang.
"Valerie, nanti kamu jatuh," Adrian bersikeras memegangi kedua sisi pinggang Valerie, sementara sang gadis masih asik menaiki satu tingkat besi pada pagar pembatas.
Valerie memejamkan matanya. "Adem!"
"Aku lepas, nih?" ancam Adrian, seraya melepaskan satu tangannya dari pinggang Valerie.
"Yaudah, lepasin aja," sahut Valerie santai. "Nanti aku jatuh, terus kamu jadi duda. Belum punya anak, lagi, wle."
Kemudian sang lelaki mencubit hidung sang gadis dari belakang. "Kamu tuh, kalo ngomong."
Adrian menghela nafas. Benar juga. Baru saja satu minggu pasca akad nikah, masa dirinya harus kembali sendirian menjalani hidup?
"Yaudah, yuk bikin anak?" kata Adrian, kali ini mengeratkan pegangannya di pinggang istrinya. "Kamu, sih. I told you, we should go for honeymoon first,"
Valerie memegangi pinggiran kayu berpelitur, lalu turun ke lantai dasar dan langsung menghadap Adrian.
"Emangnya kenapa?" tanyanya. "Aku kangen Paman Nahkoda."
Adrian mengerutkan keningnya tak percaya. "Kamu kangen Paman Calvin? You chose him over our honeymoon?"
Valerie terkekeh. "Bulan madu kan bisa kapan aja, suami aku CEO, soalnya."
"Paman Calvin atau honeymoon?" tanya Adrian tegas, sambil meraih kedua pergelangan tangan Valerie dan menggenggamnya.
Valerie mengaduh sambil terkekeh. "Dua-duanya!"
Hari pernikahan Adrian dan Valerie berlangsung sepekan yang lalu. Gedung tempat mereka melaksanakan resepsi dihadiri banyak orang, seperti pegawai-pegawai Adrian dan rekan kerja Valerie di rumah sakit.
Namun tidak ada yang membuat sang gadis gugup, segugup ketika ia melihat ibu dari Adrian dan Adnan.
Karena banyak sekali tamu yang datang, serta Kevin, Safiya dan Vinka yang tak kunjung pulang dari rumah Adrian pasca resepsi, Adrian mendapati Valerie tertidur jam setengah dua belas malam di kamarnya setelah mandi, terlalu lelah bahkan untuk makan sekalipun.
Dan di sinilah mereka, kembali ke Dur Labeur setelah hampir dua bulan mereka terakhir berkunjung, mengabaikan keinginan Adrian untuk pergi bulan madu ke luar negeri.
"Ad," ujar Valerie, setelah meneguk minuman dari cangkir kaca. Adrian masih setia memeluk pinggangnya, seakan-akan Valerie bisa kapan saja hilang terbawa angin.
"Hmm?" Adrian mengecupi hidung Valerie, namun gadis tersebut mendorong dadanya.
"Kamu mau anak?" tanya Valerie hati-hati. Adrian tersenyum.
"Mau dong?" kata Adrian. "Tempat adopsi anak di mana ya, sayang?"
"Ad!"
"Oh iya, kan ada kamu!" Adrian menepuk keningnya. "Ngapain adopsi. Bikin aja, heheh."
Valerie menghela nafas, lalu mencibir.
"Lagian, kamu pake nanya segala," kata Adrian, mengusap pinggang Valerie dan mencium kening gadis tersebut. "Kalo habis resepsi waktu itu kamu gak kecapean, kali udah ada baby di perut kamu sekarang,"
Valerie cemberut. "Aku ketiduran.."
Adrian terkekeh. "Take your time, Valerie. Selama kamu siap, aku siap."
KAMU SEDANG MEMBACA
trauma | sinb
Short StorySemua orang punya trauma, atau seenggaknya-- pernah punya trauma. Tapi kenapa, trauma punyanya Valerie harus trauma sama kebahagiaan? coralpetals, 2018. Highest rank on shortstory : # 64 ~ 180626