Di suatu hari ketika jam istirahat makan siang datang, Vinka, all of sudden mengajak teman-temannya datang ke sebuah kafe di pertigaan jalan.
Tentu saja Vinka dan Adrian datang bersama sekaligus lebih dahulu daripada yang lain. Kevin tengah menyelesaikan laporan-laporannya, sementara Valerie harus menunggu Safiya selesai operasi.
"hEEEY, maaf telat," Safiya berteriak, namun langsung menunduk malu ketika melihat Kevin-- yang notabenenya adalah bosnya di rumah sakit sedang duduk bersantai di sebelah Adrian.
Kevin terkekeh. "Santai aja, Fi. Anggep aja gue temen lo kalo di luar rumah sakit."
"Makasih," Valerie mengambil cangkir yang ditawarkan Vinka, lalu memperhatikan wajah semua temannya yang duduk di meja bundar. "Ada apa, nih? Tumbenan banget Vinka, mau traktir lagi?"
"Eh, jangan salah ya Val," kata Vinka. "Setiap gue ikut kumpul-kumpul pasti gue yang traktir. Lintah darat, emang."
"Lo juga kali yang terlalu dermawan, hahaha," kata Kevin.
"Udah udah, mending sekarang lu sampein maksud lu ngumpulin orang di sini buat apa," kata Adrian. "Ini yang ngumpul busy people semua nih, gak kayak lu kerjaannya keliaran aja."
"Sialan!" Vinka menoyor kepala Adrian.
"Jadi gini," Vinka mulai bicara, sementara keempat temannya sibuk mengaduk minumannya masing-masing. "Woy dengerin dong!"
"Iya iya didengerin," kata Valerie.
"Jadi kan, tiga hari lagi gue ulang tahun nih-"
"aCIEEEE MAKIN TUA," Safiya menepuk-nepuk telapak tangannya terhadap meja kayu di hadapannya, sambil tertawa terbahak-bahak. Kevin tersedak, sementara Adrian dan Valerie hanya melongo memperhatikan gadis berkuncir kuda tersebut.
"Hey Safiya gua gantung lo ya hehehe," kata Vinka. "Belom selese!!!!!"
"Yaudah lanjut," kata Safiya, kembali tenang seolah tak terjadi apapun.
"Jadi kan, tiga hari lagi gue ulang tahun," Vinka mengulang kalimatnya, lalu memperhatikan ekspresi teman-temannya yang sudah mulai fokus memperhatikannya. "Nah, gue mau adain birthday party nih hehehe. Tapi di hutan."
Valerie tersedak. Sedangkan ketiga yang lain mengerutkan keningnya.
"Yang bener aja? Lo mau rayain ulang tahun bareng temen lo apa bareng saudara lo sebenernya?" tanya Adrian.
"Kurang ajar lo ya," Vinka mendesah. "Ya biar beda aja, gitu. Bosen ah, rayain ulang tahun di kafe kafe mahal, mah."
"Vinka punya saudara yang tinggal di hutan, bro?" tanya Kevin sambil, agak berbisik.
"Monyet, bro," sahut Adrian, yang untungnya tidak terdengar oleh Vinka. Kalau sampai jawabannya tadi terdengar--- Adrian tidak yakin masih bisa bekerja esok hari.
Vinka mengedarkan pandangannya kepada keempat temannya yang terlihat sedang sibuk dengan kesibukan masing-masing. "Gimana, pada bisa gak?"
"Apa sih yang ngga buat Vinka?" kata Kevin.
"Gue bisa sih tapi.." Safiya agak melirik Valerie yang terus menerus diam di sebelahnya. "Tergantung Valerie ikut apa engga."
"Ikut lah Valeee," kata Vinka sambil merengut, sementara Adrian yang duduk di antara Vinka dan Kevin hanya memperhatikan gadisnya. "Gak usah takut, kan cowo lo juga ikut, ya kan Yan?"
Vinka menyenggol lengan Adrian, lalu Adrian terkekeh ringan. "Iya, ikut kok."
"Yaudah, mudah-mudahan gak ada halangan ya," sahut Valerie sambil senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
trauma | sinb
Short StorySemua orang punya trauma, atau seenggaknya-- pernah punya trauma. Tapi kenapa, trauma punyanya Valerie harus trauma sama kebahagiaan? coralpetals, 2018. Highest rank on shortstory : # 64 ~ 180626