flashback.
Kaki panjang Adrian terus berjalan menyusuri setiap sudut bangunan, tempat yang Allura berikan kepadanya.
Setiap langkahnya diisi oleh helaan nafas yang panjang. Adrian seolah-olah melewati setiap inci neraka di bandara ini.
Asalnya dia tidak mau datang. Di liburan yang panjang ini ia ingin menghabiskan waktu untuk menonton televisi atau bermain psp di rumah.
Tapi gadis itu terus merengek sepanjang mereka berhubungan lewat telepon.
Alhasil, Adrian datang. Dengan wajah yang kusut dan penampilan seadanya, lelaki itu datang.
Untuk mengantar gadisnya pergi.
"Adrian!"
Suara seorang perempuan yang memanggil namanya membuat Adrian menoleh. Ada Allura di sana, lengkap dengan sebuah koper besar di sisi kanannya.
Lelaki tersebut menghampiri Allura. Lalu melihat ekspresi wajah Allura yang cerah; namun Adrian tau gadis itu tau apa yang dia pikirkan.
"Allura, kenapa pake rok pendek?" Adrian mengusap bahu Allura. "Kamu bisa masuk angin di dalem pesawat,"
"Hehehe, no worry! Aku bawa selimut kok," sahut Allura.
Adrian menghela nafas.
"Aku seneng kamu mau dateng," ujar Allura lagi. "Karna kamu tau sendiri, ada hal yang harus kita omongin. Sebelum aku pergi."
Lelaki di depan Allura mengangguk pelan. "Kita omongin sekarang, Al."
Allura menggapai lembut kedua telapak tangan Adrian, lalu menggenggamnya erat. Gadis itu sedikit meremat tangan Adrian hingga pria di hadapannya menatapnya lekat.
"Aku sayang sama kamu, Ian," bisik Allura lembut. Seakan menahan tangis. "Maaf harus pergi di saat-saat kayak gini."
Adrian mengusap tangan Allura dengan jempolnya. Lelaki itu melepas tangan Allura lalu merengkuh wanita pujaan hatinya ke dalam pelukannya.
"Aku gak bisa nahan kamu kalau itu soal pendidikan," bisik Adrian.
"Aku cuman bisa doain kamu dari sini. Semoga kamu selalu sehat, kuliah kamu lancar, dan kamu bisa selamat balik ke sini," tambah Adrian lagi.
Allura mulai terisak sambil menempelkan dahinya di bahu Adrian, sementara surainya diusap lembut.
"But I guess we should end up now," bisik Allura serak.
"Oh, pesawat kamu take off sekarang?"
"Engga," Allura melepas pelukan Adrian. "Maksud aku, literal end up. Kamu sama aku, Yan."
Dunia Adrian seperti terbelah menjadi beberapa keping saat Allura mengatakan beberapa patah kata tersebut. Kaca-kaca di sebelah kiri dan kanan mereka seakan-akan baru saja pecah dan menimbulkan bising.
"Ada kemungkinan besar aku gak akan balik ke sini," ujar Allura. "Mungkin ada, tapi semuanya sesuai keinginan orang tua aku."
"Al, aku bisa pergi ke negara tempat kamu kerja nanti kalau aku udah kerja,"
"Enggak, Yan," sanggah Allura. "Kamu berhak cari perempuan lain. Kamu berhak atas kehidupan asmara yang lebih layak. You deserve to be loved."
Nafas Adrian tercekat, bersamaan dengan bunyi pengumuman yang terdengar lantang lewat loudspeaker bandara.
Allura menghapus air matanya, lalu tersenyum kepada Adrian. "Just few minutes more, please? Aku gak bisa jamin aku bakal liat muka jelek kamu lagi, Yan."
Adrian terkekeh. Sambil menahan tangis. "Liat aja. Pas kuliah bakal lebih banyak muka jelek yang kamu liat, Al."
Adrian dan Allura berpisah dengan not-so-proper goodbye di sebuah bandara.
Adrian menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa di tanah airnya, dan ia tidak pernah mendengar kabar sedikitpun dari Allura.
Sampai gadis itu datang saat SMA mereka mengadakan sebuah reuni.
Allura mengenakan gaun yang sangat cantik. Tidak lupa dengan anting-anting yang bersinar. Namun semua itu hanya pelengkap bagi wajahnya yang indah.
Sayangnya, Adrian menyaksikan gadis cantik itu bergandengan tangan dengan pria lain.
Itulah kali kedua Adrian merasa patah hati. Lelaki itu meninggalkan gedung reuni lebih awal dan memilih menghabiskan malam panjangnya dengan beberapa botol alkohol.
**
Selamat menunaikan ibadah puasa untuk yang menjalankan! ! ! ! 🌞
KAMU SEDANG MEMBACA
trauma | sinb
Short StorySemua orang punya trauma, atau seenggaknya-- pernah punya trauma. Tapi kenapa, trauma punyanya Valerie harus trauma sama kebahagiaan? coralpetals, 2018. Highest rank on shortstory : # 64 ~ 180626