44: Adnan and the Gift

747 117 29
                                    

Adrian tiba di rumahnya jauh lebih awal dari biasanya, sekitar pukul 7 malam. 

Mungkin akibat rasa lelah yang diderita lelaki tersebut karna seharian mengalami banyak hal yang tidak diduga, pikirannya kini telah sukses dikontrol oleh sebuah benda bernama kasur.

Ya, Adrian ingin tidur. 

Lelaki tersebut bahkan menguap hampir tiga kali dalam kurun waktu lima menit saja. Termasuk ketika ia membuka kunci pintu dan mendapati Adnan di sana.

Gadis belia itu terlihat sedang merapikan pakaiannya sambil berdiri di depan standing mirror yang terletak persis di ruang tamu.

"Adnan?" kata Adrian. Adnan menoleh, lalu kembali memperhatikan penampilannya di cermin.

"Kamu mau ke mana?" Adrian berjalan ke sofa sambil meregangkan dasinya, lalu melepas benda tersebut dan menyimpannya di kepala sofa.

"Adnan?" ulang Adrian, setelah menyadari bahwa adiknya tak sama sekali menghiraukannya.

"Aku pergi dulu ya, Kak," kata Adnan sambil mengambil tas ranselnya.

"Kamu mau balik ke rumah?"

Adnan mengangguk.

"Ngomong-ngomong," Adnan menghampiri Adrian untuk salim. "Kak. Jangan ulangin kesalahan yang sama."

Adrian mengerutkan keningnya. "Maksud kamu?"

"Kakak udah jahat ke Kak Valerie," ujar Adnan terang-terangan. "Jangan ulangin kesalahan yang sama ke Kak Allura. "

"Dah ya Kak, aku pamit," kata Adnan, lalu sang gadis menghilang di balik pintu. 

Untuk beberapa saat, sang kakak hanya terpaku menatap pintu yang tertutup pasca kepergian Adnan. Adrian mengerjap, menghela nafas, lalu kembali berjalan masuk dan menghempaskan dirinya di sofa. 

Mendadak melihat orang-orang kecewa terhadap dirinya menjadi suatu hal yang biasa bagi Adrian. 

Lelaki itu memejamkan matanya. Suasana hening membantu pikirannya tenang untuk sejenak sambil kembali berpikir ke belakang; hal-hal yang terjadi dalam kurun waktu kurang lebih satu minggu. 

Seperti baru kemarin Adrian bertemu dengan Valerie karna kecelakaan Adnan. Seperti baru kemarin pula lelaki tersebut meninggalkan sang gadis sendirian di Paris. 

Semuanya terjadi dengan sangat cepat. Allura datang dan Adrian membiarkan Valerie pergi. 

Namun bukankah memang ini yang ia inginkan? Menjalani hidup, membangun keluarga kecil bersama Allura, sang kekasih masa lalu yang pergi meninggalkannya untuk kuliah, dan kembali saat dirinya tengah jatuh cinta dengan perempuan lain. 

Bukankah Valerie memang bukan gadis yang selama ini ia inginkan?

Omongan-omongan yang terucap dari bibir Vinka kemudian kembali terngiang di kepalanya. 

"Lo mau tau kenapa lo jadi kacau sendiri gini sekarang?" ujar Vinka. "Lo gak pernah menghargai kehidupan lo yang sekarang. Selama ini yang lo lakuin cuman memuja-muja masa lalu lo yang bahkan lo gak pernah nemuin eternal happiness lo di sana. Lo disakitin kan di sana? Dan mungkin orang-orang yang ada di kehidupan lo yang sekarang cuman lo jadiin tempat pelampiasan."

"Mungkin lo bisa jauh lebih bahagia.. kalo lo mulai belajar menghargai apa yang ada sekarang. Hidup itu kayak air yang selalu ngalir, Yan, lo gak bisa terus-terusan terpaku ke masa lalu lo,"

"Apa kurangnya Valerie buat lo, Yan? She loves you whole-heartedly. Dia gak pernah ngeluh ketika lo harus sibuk sama segala macem assignment lo, karna dia tau lo bakal risih. Dia gak pernah membesar-besarkan kekurangan lo because she undestands enough, di dunia ini ngga ada yang sempurna. Begitu juga dia, Yan. She is a broken soul. Dan lo yang dia butuhin,"

trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang