Adrian dibangunkan oleh sinar matahari yang secara mendadak menyinari seluruh ruangan kerjanya. Lelaki itu menyipitkan matanya. Terlihat siluet seseorang dengan rambut panjang berbalut dress one-piece di depan jendela.
"Ian- astaga. Kok lo tidur di sini?!"
Sosok tersebut-- yang tak lain adalah Vinka kemudian menarik jas yang Adrian jadikan sebagai bantal di atas meja, agar lelaki itu bisa segera bangun. Pintu kemudian kembali terbuka dengan seorang lelaki yang membawa satu paperbag besar.
"Hoam," Adrian menguap. "Ngapain lo di sini- astaga. Vinka siapa yang nyuruh lo pake baju macem gitu?"
Vinka memiringkan kepalanya, lalu tersenyum bangga. "Emangnya kenapa?"
Adrian menegakkan badannya, lalu bersandar di kursi kerjanya. "Ganti baju lo atau gua usir lo dari kantor sekarang juga?"
"Santai dong, Yan," lelaki yang tadi membawa paperbag mengambil tempat duduk di sofa. "Si Vinka mau minta izin tuh."
Adrian menopang sikutnya di atas meja, lalu jemarinya aktif memijat keningnya. "Gua pening,"
"Yan, sorry, gue gak bisa kerja dulu buat hari ini," ujar Vinka sambil duduk di hadapan teman Adrian yang satunya. "Tante gue ternyata mau kawinan. Gue jadi pager ayunya. Ya kawinannya entar malem si tapi- ya tau lah. Gue harus siap-siap dari pagi, hihiw."
Adrian menghela nafas. "Mau jadi pager ayu tapi dandanan lo semacem mau ngedangdut koplo tau gak?"
"Marah-marah mulu lo," Vinka cemberut. "Jadi bingung gue kenapa cewek baik macem Valerie bisa suka sama lo."
Seuntai senyum bangga tercipta di wajah Adrian. "Soalnya gua ganteng."
"Siapa tadi Vin yang lo sebut?" pria bernama Arlo-- yang tak lain adalah sepupu Adrian sudah mulai memakan sushi yang dibelinya. "Valerie siapa? Pacarnya si Yayan?"
"Calon istri," Adrian duduk di sebelah Arlo, lalu mengambil sepasang sumpit.
"Yaudah lah terserah lo berdua mau ngomongin Valerie atau apa kek," Vinka merapikan penampilannya sambil meratakan lipstick di bibirnya. "Yang penting gue izin gak kerja dulu hari ini. Dah. Gitu ya Ian ganteng? Dadah."
Kali ini, Adrian benar-benar membiarkan Valerie beranjak dari ruang kerjanya. Toh, pegawainya yang lain masih patuh untuk masuk kerja. Biarkan saja Vinka berjalan melewati semua pegawainya, dan biarkan sahabat masa kecilnya dicemooh.
Loh, kok Adrian malah jadi bersumpah serapah?
"Eh," Vinka mengurungkan niatnya untuk meninggalkan ruangan selagi berdiri di tepi kaca. "Ada Valerie, tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
trauma | sinb
ContoSemua orang punya trauma, atau seenggaknya-- pernah punya trauma. Tapi kenapa, trauma punyanya Valerie harus trauma sama kebahagiaan? coralpetals, 2018. Highest rank on shortstory : # 64 ~ 180626