"Val, lagi Val!" pekik Safiya kepada Valerie, sambil menyodorkan sebuah gelas kecil. Valerie hanya menatap miris ke arah temannya yang sudah setengah mabuk tersebut, lalu kembali membuka tutup bir dengan pembuka tutup botol.
"Thanks," sahut Safiya, sambil menarik gelasnya dari botol bir yang dipegang oleh Valerie. "Lo gak mau?"
"Ngga ah hehehe," Valerie nyengir, lalu menaruh botol bir di sebuah meja lipat yang mereka bawa, lalu mengedarkan pandangannya, mengamati dataran luas yang dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi menjulang.
Gadis itu merasa jauh lebih tenang ketika mengetahui bahwa Vinka mencari lokasi kemah yang masih dibawah pengawasan sebuah penyelenggara perkemahan. Yah, setidaknya, lokasi itu berarti tidak begitu menyeramkan seperti apa yang ia bayangkan selama di perjalanan.
Alunan ukulele tidak berhenti terdengar pasca kedatangan mereka di lokasi perkemahan siang ini. Beres-beres barang bawaan membutuhkan waktu lebih dari dua jam. Lalu, kelima dari mereka menghabiskan senja dengan beberapa botol bir.
Valerie menoleh ke arah Adrian. Masih sibuk memegangi perutnya yang keram akibat terlalu banyak tertawa bersama Kevin. Safiya? Jelas gadis itu masih sibuk menikmati alkoholnya.
Valerie tidak menemukan Vinka bahkan sampai gadis itu berdiri dan sedikit berjalan menuju tempat yang dekat dengan pohon-pohon, di mana ada puluhan lentera tergeletak berantakan di sana.
Gadis itu mengerutkan keningnya. Lentera?
"Val!" Sang pemilik nama menoleh ke arah Vinka yang terlihat kesulitan membawa setumpuk lentera lain. Gadis itu beranjak dari posisinya, sedikit berlari, lalu mengambil beberapa lentera dari tumpukan.
"Ini buat apa, Vin?" tanya Valerie, sambil mengikuti arah Vinka berjalan. Vinka masih sibuk mengeluh sambil sesekali menendangi tumpukan daun yang berguguran.
"Buat nanti malem, dong," sahut Vinka. "Lucu kan, lucu kan? Tadi pagi gue iseng buka-buka online shop dan nemu toko yang jual lusinan lentera. Jadi gue ambil, deh."
Valerie melenguh. "As always. Boros lo gak pernah ilang."
Vinka terkekeh. Kemudian kedua gadis itu mulai sibuk menata lentera menjadi beberapa tumpukan.
**
"Bisa naiknya, gak?" Adrian mengulurkan tangan, berniat membantu Valerie untuk memijakkan kaki di tanah basah berlumpur.
Itu adalah sekitar pukul 7 malam, sementara Valerie, Safiya, Adrian, Kevin dan Vinka baru saja selesai bersih-bersih di salah satu kamar mandi umum kecil yang memang disediakan penyelenggara, tak jauh dari tenda. Akibat acara minum-minum yang terlalu lama, mereka jadi terlambat mandiㅡ terlebih tak ada satupun dari mereka yang sudah tahu letak kamar mandinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
trauma | sinb
Short StorySemua orang punya trauma, atau seenggaknya-- pernah punya trauma. Tapi kenapa, trauma punyanya Valerie harus trauma sama kebahagiaan? coralpetals, 2018. Highest rank on shortstory : # 64 ~ 180626