51: Farewell

739 104 6
                                    

Setelah delapan hari berlalu, Valerie dan teman-temannya memutuskan untuk mengakhiri masa relawannya.

Itu adalah pagi yang cerah, ketika Valerie dengan santai memperhatikan ombak yang berdebur, sambil menunggu Adrian bertelepon.

Gadis itu tak henti-henti mematri senyuman setiap kali kejadian semalam terulang di pikirannya bak sebuah roll film. Adrian dengan segala tingkah manisnya.

"Iya, iya," kata Adrian tak jauh dari posisi Valerie. "Gua bentar lagi pulang, kok. Ini udah mau pamitan,"

"Iyalah," Adrian memutar tumitnya, lalu menatap lurus ke arah Valerie yang telah lebih dulu menatapnya. "Bukan Adrian kalo gak berhasil bawa Valerie balik."

Valerie mengambil sebuah kerang dan melemparnya ke arah tengkorak Adrian. Sang lelaki terkekeh.

"Oh? Allura?"

Hebat. Dua kata saja sudah memberikan stimulus luar biasa bagi Valerie.

"Oh, udah aman. Dia udah balik ke London," sahut Adrian. "Baru kemarin. Mungkin dia nungguin gua tapi gua gak balik-balik. Hahaha,"

"Yaudah. Sampe ketemu nanti aja," putus Adrian.

Lelaki itu berjalan kembali ke arah Valerie. Namun diluar dugaan Valerie, lelaki tersebut dengan santainya malah mengangkat kaos hitamnya sambil berjalan di pasir pantai. Valerie sukses terbelalak.

"H-heh," kata Valerie. "Ngapain sih... buka-buka baju,"

Adrian tersenyum jahil ketika menangkap Valerie memalingkan wajahnya.

"Malu?"

"Engga,"

"Engga salah lagi?" tambah Adrian, kemudian sukses membuat Valerie menoleh, bertepatan dengan Adrian yang menarik lengan Valerie sampai wajah gadis tersebut terbenam tepat di dada bidangnya.

"Ad!!!!!!!"

"Kenapa?" Adrian tertawa. "Aku kan udah mandi?"

Valerie mengerucutkan bibirnya, lalu mundur beberapa langkah dari tubuh Adrian. Diraihnya kaos hitam yang Adrian genggam, lalu dengan cepat Valerie membuat kaos hitam itu menutupi separuh tubuh polos Adrian. 

"Gak usah pamer," kata Valerie pelan. "Banyak yang liat."

Adrian terkekeh, lalu mengacak surai Valerie. "Siap, bos."

**

Setelah melakukan perpisahan ringan dengan para penduduk, paramedis kini melakukan perpisahan satu sama lain, dikarenakan tempat  tinggal yang berbeda-beda. 

"vALERIEEEEE huhuhu," Lena menghambur ke pelukan Valerie sambil misuh-misuh-- layaknya seorang anak yang akan ditinggal oleh orang tuanya. 

"Hahaha, apa, sih?" Valerie balik memeluk Lena dan tubuh mereka berputar-putar. "Alay, ah. Di pesawat juga masih ketemu!"

"Ih tetep aja ngga bisa ketemu face to face lagi huhuhu," 

"Valerieeee minta nomor telepon lo, dong!" ujar seorang dokter anak bernama Bastian-- yang merangkap sebagai ketua tim relawan mereka.

"Iya iya, siaaaap!" 

"Valerie," sebuah suara bariton menginterupsi percakapan Valerie dan kedua temannya. Adrian datang sambil berjalan santai ke arahnya. 

"Aduh pacarnya dateng daah," Lena melepas pelukannya dari tubuh Valerie, membiarkan Valerie memutar tubuhnya ke arah Adrian.

"Weh, pacarnya, ternyata?" kata Bastian. "Baru mau gua embat ceweknya!" 

trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang