Valerie terbangun di dalam dekapan Adrian. Puncak hidungnya tepat bertabrakan dengan piyama tidur lelaki tersebut.
Gadis itu menggeliat pelan. Berada di pelukan Adrian tidak pernah mengecewakan. Valerie selalu mendapatkan kenyamanan yang luar biasa setiap kali lelaki itu merengkuhnya untuk mengantarnya tidur.
Kamar tidur mereka masih gelap sekali. Mungkin waktu masih menunjukkan sekitar pukul lima pagi. Namun Valerie terbiasa terbangun jam segini. Memang, akhir-akhir ini dia mendapatkan kualitas tidur yang sempurna. Mimpi buruk tiba-tiba hilang. Tapi perempuan itu tidak pernah terlelap lebih dari enam jam setiap harinya, entah mengapa Valerie bisa terbiasa dengan itu.
Adrian mengeratkan lengannya di lingkaran pinggang Valerie saat perempuan itu menggeliat pelan.
Valerie menaruh telapak tangannya di pipi Adrian. Kemudian naik ke bagian kening, dan perlahan mulai turun menuruni setiap lekukan sempurna di wajah Adrian.
Kelopak matanya. Seluncur hidung, pipi tirus, serta bibir apel yang seakan-akan tidak pernah lolos dari ramuan candu.
Valerie harus menahan dirinya habis-habisan hanya dengan mengusap bibir bawah Adrian dengan jempolnya.
Tiba-tiba, sebuah tangan meraih pergelangan tangannya, lalu menggenggamnya kuat-kuat.
"Masih pagi, sayang," kata si lelaki. "Ciumnya entar aja, hmm,"
Valerie tersenyum. "Nggak minta cium, kok."
Adrian menempelkan bibir apelnya di atas permukaan kening Valerie, sampai gadis itu kembali memejamkan mata. "Cium kening dulu, sisanya nanti."
Keduanya sama-sama terkekeh seperti orang bodoh.
"Aku masih ngantuk," ujar Adrian serak. "Bobo lagi, ya?"
Valerie mengangguk. Lalu membenamkan wajahnya di dada bidang Adrian yang sudah kembali menjamu alam bawah sadar.
*
Adrian terbangun beberapa jam kemudian tanpa sosok Valerie di sampingnya. Lelaki itu memperhatikan bagian ranjang yang kosong sepeninggal Valerie, serta tirai jendela yang sudah dibuka.
Dengan diiringi silau sinar matahari, Adrian berjalan keluar dari kamar.
Maniknya langsung disambut dengan pemandangan indah di ruangan dapur. Seorang perempuan bertubuh semampai dengan sebuah kursi yang menjadi pijakannya.
Ya. Valerie dengan tubuh kecilnya sedang berusaha mengambil sesuatu di atas kitchen set.
Adrian terkekeh. Sambil merapikan surainya, lelaki itu berjalan mendekati Valerie.
Tangannya yang panjang terulur untuk mengambil segala macam barang yang ada di dalam rak tinggi tersebut. Valerie hanya menoleh, sebelah tangannya bahkan masih mencoba meraih-raih dasar rak.
"Mau ambil apa sih," Adrian meletakkan barang-barang yang ia ambil dari rak. "Sampe pake kursi gitu."
Valerie menghela nafas, lalu turun dari kursi pendek yang sebelumnya ia naiki. "Aku jadi ngerasa pendek banget."
"Nggak papa pendek, aku suka yang pendek-pendek," sahut Adrian.
"Tadi aku habis bikin daging asap pas kamu bobo," kata Valerie. "Tapi aku kayaknya gak kepengen..... inginnya makan mie instant,"
KAMU SEDANG MEMBACA
trauma | sinb
Short StorySemua orang punya trauma, atau seenggaknya-- pernah punya trauma. Tapi kenapa, trauma punyanya Valerie harus trauma sama kebahagiaan? coralpetals, 2018. Highest rank on shortstory : # 64 ~ 180626