18: One Last Kiss, Please?

703 125 20
                                    

Untungnya, Adrian cukup pintar untuk menggunakan jempol milik Valerie untuk membuka pintu rumah dokter muda tersebut. Jika tidak, mungkin Valerie sudah berakhir tidur di kamar rumahnya.


Dengan kardigan yang masih tersampir asal di pundak Valerie, akhirnya gadis tersebut berhasil menyentuh kasurnya. Adrian menarik selimut merah marun untuk menutupi tubuh Valerie sebagai langkah terakhir.





"Kodenya 1401."

Adrian mengurungkan niatnya untuk meninggalkan rumah Valerie. Lelaki itu menoleh lantas menatap Valerie kebingungan.

"Kode pintunya," ujar Valerie pelan. "Siapa tau ada keadaan darurat.."

Lelaki itu tersenyum, lalu duduk di tepian ranjang Valerie. "Misalnya?"


Valerie menggesekkan kepalanya ke bantal dengan nyaman, lalu sedikit membuka matanya. "Misalnya.. kalau kamu lagi kangen berat."

"Setiap hari itu mah," sahut Adrian ringan.

Keduanya terkekeh ringan di antara gelapnya kamar Valerieㅡ hanya sebuah cahaya dari lampu tidur yang menerangkan keduanya.

"Jangan pergi... bisa gak kamu di sini aja?"

"Kan udah dibilang, aku gak pernah ninggalin kamu."


Valerie cemberut. "Ih. Serius."

Adrian mengusap surai Valerie. "Aku harus pulang, Val. Kalau aku nginep di sini, aku bisa meriang dan malah gak bisa tidur karna liatin kamu terus."

Kendati itu adalah sebuah kata-kata manis, Valerie tetap cemberut. Rasanya tidak rela melepas Adrian dari rumahnya.

"Oh iya," Adrian tiba-tiba teringat akan sesuatu. "Di lobby rumah sakit tadi, aku ketemu temen kamu. Dia nyuruh aku buat langsung mulangin kamu ke rumah, jangan macem-macem dulu."

"Hmm," gumam Valerie. "Terus?"

"Boleh gak," Adrian memajukan wajahnya. "Aku macem-macemin kamu sekarang?"

Valerie mendadak membuka kembali kedua kelopak matanya. Pipinya malah tiba-tiba terasa panas. Sialㅡ efek dari perkataan Adrian barusan begitu besar.

"M-maksudnya?"
































Adrian semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Valerie, dan pada akhirnya lelaki itu mendaratkan bibir apelnya di atas kening Valerie. Tidak lebih dari sekedar cium kening.

"Cium kening dulu buat sekarang," Adrian terkekeh melihat wajah malu Valerie. "Gak tau kalo nanti."


"Aku pulang, ya?"

Valerie menarik lengan Adrian. "One last kiss, please..?"



Adrian dibuat kebingungan dengan permintaan Valerie yang menurutnyaㅡ setengah tidak sadar. Bahkan mata gadis tersebut sudah menutup dalam waktu dua detik sekali.

"Tapi di sini."

Adrian mengangkat alisnya, lalu tersenyum. Diraihnya rahang gadis di hadapannya, lalu jempolnya mengusap bibir Valerie dengan lembut.


Valerie merasakan sesuatu yang lembab menempel di bibirnya.

Hanya sesaat. Tidak ada lumatan. Namun terasa sangat manis.

Adrian tersenyum. "Udah, ah? Macem-macem yang lainnya menyusul, hmm,"


Valerie tersenyum manis, lalu sedikit mendorong lengan Adrian akibat rasa malu yang dideritanya. "Udah Ad, sana pulang!"


Gadis itu hanya bisa mengantar Adrian sampai ke pintu kamarnya. Itu pun hanya mengawasi melalui kedua matanya.













this might be my last update for this week because final exams are comin

tapi bisa jadi sih aku update kalo trauma bcs masih ada 18 part di draft KWKWKW

gimana nih ad sama val kita nikahin aja mau gak :(

trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang