Adrian terbangun ketika fajar menyapa, tanpa Valerie di sisinya.
Pria itu ingat betul bahwa Valerie minta 'dikelonin' semalam saat gadis itu kesulitan untuk tidur. Adrian mengerti. Mungkin akibat melepas pil depresi secara tiba-tiba. Valerie berakhir tertidur di pelukan Adrian setelah lewat jam 12 malam.
Dan sepagi ini Valerie sudah beranjak dari kasur? Phew, tergambar dengan jelas bukan, serajin apakah sosok Valerie?
Adrian merapikan surainya, lalu menyibak selimut dan bangun dari kasur. Dari kaca yang membatasi ruangan luar dan ruangan dalam, terlihat Valerie sedang berpegangan erat dengan pagar pembatas kapal.
Senyum terbentuk di wajah bangun tidur Adrian tatkala melihat Valerie memejamkan matanya. Lantas pria itu melingkarkan lengannya di pinggang Valerie dari belakang, lalu berbisik lembut, "Selamat pagi, Valerie."
Valerie membuka matanya, lalu agak menoleh. "Kamu ketinggalan tuh. Sunrisenya udah selesai,"
Adrian nguap. "Kok kamu bangunnya pagi amat? Ayam juga belum bangun jam segini."
Valerie terkekeh. "Aku kangen Ayah, Ad."
Kalimat sahutan Valerie sukses membuat Adrian sukses mengangkat kepalanya. Lelaki itu memperhatikan wajah Valerie dari samping. Sebuah side profile yang dekat dengan kata sempurna.
"Aku itu cuman bisa ziarah ke makam si Bunda doang," ujar Valerie. "Aku harus ke laut dulu biar bisa kangen-kangenan sama Ayah. Huhuhu."
Adrian terkekeh. Bisa-bisanya Valerie sempat menggumamkan kata-kata huhuhu saat gadis itu tengah bercurah hati. Dasar, Valerie.
"Kodenya 0603."
Valerie mengernyit, lalu membalikkan tubuhnya dan secara tidak sengaja melepas tautan tangan Adrian di lingkaran pinggangnya. "Hah?"
"0603. Kode gerbang kapal ini," ulang Adrian. "Kalopun nanti gak bisa sama aku, kamu bisa sendiri ke sini pake kereta. Paman Calvin tinggalnya di sini terus kok. Kasih tau aku kalau kamu kangen sama laut."
"0603 tuh... kode apa, Ad?" tanya Valerie ragu-ragu. Pasalnya, angka itu adalah yang tidak asing baginya. 3 Juni, tanggal ulang tahunnya.
"Itu tanggal ulang tahun Papa, Val," jawab Adrian. "Papa pernah minta aku ngerancang kapal pesiar kalo aku jadi arsitek. Tapi dia keburu pergi duluan."
Valerie tersenyum maklum, lalu menepuk pundak Adrian. "Ulang tahun Papa kamu sama kayak ulang tahun aku, Ad."
Mata Adrian membelalak. "Serius?"
"Iya!" Valerie mengangguk semangat. "Wah. Bisa-bisa aku ngerasa jadi pemilik kapal, nih."
Adrian mendesis nakal. "Iya, iya. Terserah Nyonya Valerie aja."
Keduanya sama-sama terkekeh di balik sinar fajar. Tak lama kemudian, Valerie menjatuhkan keningnya di pundak Adrian. "Aku ngantuk.."
Adrian menahan beban tubuh Valerie dengan kedua tangannya. "Aduh duh- berat berat! Aku mau ambruk!"
Valerie mencubit pinggang Adrian. "Berisik."
"Hehehe,"
Adrian mengangkat tubuh Valerie dan membawanya layaknya seekor koala. Pria itu membaringkan Valerie di atas kasur putih dengan hati-hati, lalu Adrian berguling dan berbaring di tempat sebelah Valerie.
"Mau bobo lagi?"
"Mm," Valerie bergerak mendekat. "Kelonin.."
Adrian memeluk tubuh mungil Valerie, menyelipkan tangannya di bawah tubuh Valerie, lalu perlahan mengangkat kepala gadis tersebut. Adrian baru menjatuhkan kembali kepala Valerie setelah menempatkan lengan atasnya di atas bantal Valerie.
"Kayak adek bayi aja dikelonin," bisik Adrian.
"Kamu juga mau mau aja kelonin aku," balas Valerie.
Adrian terkekeh, lalu mengecup kening Valerie.
"Selamat bobo, Valerie."
![](https://img.wattpad.com/cover/144396470-288-k283142.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
trauma | sinb
Short StorySemua orang punya trauma, atau seenggaknya-- pernah punya trauma. Tapi kenapa, trauma punyanya Valerie harus trauma sama kebahagiaan? coralpetals, 2018. Highest rank on shortstory : # 64 ~ 180626