25: Drunk

596 101 6
                                    

"Oh, jadi ini yang kamu sebut gak jago mabuk-mabukan?"

Valerie tidak menghiraukan ledekan dari Adrian, dan malah lanjut meminum isi dari sebuah botol berwarna hijau di tangannya.

"Valerie, udah berapa botol yang kamu abisin dalam kurun waktu tiga puluh menit?" Adrian berdiri di samping Valerie. Lelaki tersebut sudah rapih dengan kemeja dan celana bahan yang baru-- Adrian tidak terlalu suka pakaian yang terlalu informal.

Valerie memperhatikan label di botol bir hijau yang ia pegang. "Nggak inget. Lima atau enam, ya?"

Adrian menghela nafas, lalu memejamkan matanya. "Valerie, berenti. Aku nyuruh kamu berenti konsumsi pil depresan, bukan berarti kamu bisa pindah ke minuman alkohol, ya."

"Emangnya ini bir beralkohol?" Valerie mengangkat botol hijau itu dan didekatkan ke muka Adrian. Gadis itu sudah persis seperti orang mabuk sekarang. "Aku kira bir non alkohol. Soalnya gak buat terbang-terbang."

"Hahhh~h," Adrian menatap Valerie lekat-- dibuat sedikit terlihat marah. "Siniin botol birnya."

Valerie memeluk erat botol birnya. "Kamu mau minum bir juga? E e e eh- enggak! Kamu kan mau nyetir. Kalo nanti kamu mabuk giman-"



"Valerie."





"Hehehe," Valerie tercengir kuda, lalu menaruh botol bir dengan isi sisa seperempat di atas meja yang penuh dengan gelas bekas alkohol semalam. Gadis itu menyatukan kedua tangannya, lalu membungkuk menghadap Adrian. "Maaf, bos. Ayuk pulang yuk, heheh."

Adrian menggelengkan kepalanya, lalu meraih telapak tangan Valerie dan menggenggamnya. Lelaki itu baru saja akan menarik tubuh Valerie, ketika Valerie kembali berteriak.

"Eh, Ad, Ad!" Valerie melepaskan tangannya dari tangan Adrian. "Aku bawa 4 ke mobil. Boleh gak?"

Adrian melotot.

"Nggg- 2 deh 2.." Valerie memegang masing-masing 1 botol bir di tangannya.

"Kalau sampe kamu mabuk nanti aku gak tanggung jawab, loh?" Adrian mengancam.

"Iya, Ad. Dengan ini Valerie bertanggung jawab atas diri sendiri."



Adrian tak kuasa menahan tawanya. Lelaki itu mengacak surai Valerie, lalu merangkul gadisnya untuk menuruni tangga menuju dermaga.





"Oh? Rupanya Tuan Muda sudah kembali lagi, ya," seorang pelayan perempuan menyambut Valerie dan Adrian di tepian dermaga. Valerie membalasnya dengan senyuman sopan.

"Sebentar sekali Tuan? Saya kira nginepnya mau sampai seminggu atau dua minggu," sahut pelayan yang lain.



"Nanti aja nginep lamanya, sekarang harus cepetan pulang nih, Paman," jawab Adrian. "Ini aja ceweknya udah marah-marah karna ngambil hari kerja."

Valerie mencubit pinggang Adrian.



"Oh hahaha, begitu ya," seorang pelayan bernama Anastasha membungkuk sopan. "Hati-hati di jalan, Tuan."


Adrian tersenyum, lalu pergi ke parkiran untuk mencari mobilnya. Sementara Valerie mengucapkan terimakasih kepada pelayan-pelayan serta kepada Calvin, paman nahkoda yang membantu pelayaran Dur Labeur.

"Paman, aku ada kemungkinan balik lagi ke sini suatu hari nanti," kata Valerie. "Gak apa apa kan? Palingan kalau ada waktu senggang aja."

Paman itu tersenyum. "Gak masalah, Nona. Tolong beritahu Tuan Adrian kalau mau ke sini."


trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang