29: Morning in Paris

524 97 2
                                        

Itu adalah hari ketiga Valerie dan Adrian berada di Paris. 


Adrian memutuskan untuk buru-buru keluar dari kamarnya, setelah mencium sebuah aroma khas dari arah dapur. 


Ia mendapati Valerie sedang mencabut colokan dari stop kontak. Gadis itu mengangkat sebuah teko listrik, lalu berbalik untuk menuangkan sesuatu dari dalamnya. 


"Eh," kata perempuan itu, setelah sukses melihat Adrian yang berjalan menuju dapur. 


"Kamu ngapain?" Adrian mengancing lengan kemejanya, lalu berdiri di dekat counter dapur tempat Valerie menempatkan gelas-gelas kaca. 


Gadis itu tersenyum cerah, mengitari counter, lalu mendaratkan sebuah kecupan selamat pagi di bibir apel milik Adrian. "Good morning." 


Adrian mengernyitkan keningnya. Tidak kaget, namun sedikit bingung. "Tumben? Biasanya juga kalo habis dicium langsung ngomel-ngomel nggak jelas." 


"Hehehe," 


"Pasti mulai nagih ya sama bibir aku? Ngaku?" 


"Tadi pas bangun tiba-tiba ada yang mencet bel," Valerie mengalihkan pembicaraan sambil kembali mengitari counter dan mengangkat teko listrik. "Ternyata ada mas mas gitu, ngasih keranjang buah. Kayaknya pekerja di sini deh." 


Adrian mengangguk. "Iya, lumayan akrab sama aku. Kamu bikin apa? Jus?" 


Valerie menuangkan isi dari teko listrik yang dipegangnya ke dalam dua buah gelas kaca kecil di hadapannya. Dua gelas minuman markisa hangat yang kemudian memikat perhatian Adrian. 


"Markisa?" 


"Markisanya aku angetin, soalnya kamu lama sih bangunnya," gerutu Valerie. "Kamu mau ke mana lagi, rapih-rapih gitu?" 


Adrian menopang kedua tangannya di atas counter, lalu menatap ke arah Valerie. "Ternyata rekan kerja aku yang di Eropa minta ketemu. Mungkin sekalian bahas untuk kerja sama juga. Gak papa, ya?" 


"Oh," sahut Valerie singkat. Gadis itu mengembalikan teko listrik ke tempatnya, lalu menggeser satu gelas markisa ke hadapan Adrian. "Gak papa kok. Minum dulu markisanya." 



Adrian paling suka buah yang masam-masam. Seperti nanas-- sudah terlihat sebelumnya kalau lelaki itu memang suka nanas, mulai dari buah sampai selainya. Selain itu Adrian juga senang dengan buah markisa. 



Untung sekali baginya bahwa Valerie membuatkannya minuman markisa, bukan yang lain. 


"Nggak ngambek, kan?" Adrian memiringkan kepalanya ke satu sisi bahunya. 


"Enggak." 




trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang