"Allura balik."
Dua patah kata itu membuat Adrian mengambil keputusan gegabah untuk kembali ke tanah airnya. Padahal, Adrian sendiri juga tidak tahu apa yang membuat ia merasa perlu untuk pulang dan menemui seorang gadis bernama Allura.
Valerie masih tidak tahu apa alasan pasti dibalik keputusan Adrian untuk pulang secara mendadak. Maksudnya-- mereka bahkan baru saja berencana pergi ke museum pada malam hari?
Hal yang membuat Valerie mengalami trust issue adalah, satu, Adrian tidak mungkin tiba-tiba memesan tiket pesawat untuk pulang jika tidak ada hal penting di sana. Dua, lelaki itu tidak mau memberi tahu Valerie alasan pastinya.
Itulah alasan dibalik mengapa Valerie menyembunyikan senyumnya selama ia dan Adrian berjalan di bandara.
"Valerie," kata Adrian, setelah mereka berhenti di depan gerbang departure. Lelaki itu memijit tulang hidungnya.
"Gak apa-apa, kok," sambung Valerie cepat. "Kamu pasti punya urusan penting untuk diselesain."
Urusan penting, katanya.
"Kamu yakin gak mau pulang sama aku..?" tanya Adrian. "I mean, ini Paris, Valerie. Aku bisa minta seseorang buat bawain barang-barang kamu,"
"Aku belum sempet liat Museum Louvre yang kata kamu bener-bener bagus itu," Valerie tersenyum tipis, lalu sedikit menunduk. "Lagipula, ada Pascale yang kata kamu bisa temenin aku jalan-jalan di sini."
"Cuti liburan aku masih sisa. Mungkin beberapa hari lagi aku bisa pulang."
Adrian menghela nafas. Kendati begitu semua rasa bersalahnya tidak hilang begitu saja. Memandang raut wajah Valerie saja membuat pria itu kembali menambah rasa bersalahnya.
"Sini."
Valerie ditarik Adrian masuk ke dalam pelukannya. Hanya pelukan biasa; mereka sering melakukannya setiap hari. Tapi Valerie entah bagaimana merasakan sebuah perasaan lain disaat Adrian meremat baju belakangnya.
"Take care," kata Valerie singkat. Adrian mengusap surai Valerie dan mendaratkan bibirnya di puncak kepala Valerie.
Adrian sadar dirinya tak punya waktu banyak. Pengeras suara di sudut bandara kembali membuat Adrian mendesis. Jadwal keberangkatannya sudah tiba.
Valerie memejamkan matanya sebentar, lalu mendorong Adrian untuk melepas pelukan.
"Udah, sana masuk," kata Valerie, sambil tersenyum penuh paksaan. "Nanti kamu batal pulang, lagi."
Adrian mengusap pipi Valerie, lalu mulai berjalan mundur menuju boarding pass. "See you, Valerie."
Gadis itu tetap di tempat sampai Adrian berbelok dan hilang di balik pintu kaca bandara. Untungnya, mata Valerie baru mulai berkaca-kaca saat Adrian sudah tidak ada di depannya.
Gadis itu merasa perlu untuk mengerti kesibukan Adrian. Apapun kesibukan pria tersebut.
I'm sorry, Valerie. I know I shouldn't be like this but, I have to.
**
![](https://img.wattpad.com/cover/144396470-288-k283142.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
trauma | sinb
Короткий рассказSemua orang punya trauma, atau seenggaknya-- pernah punya trauma. Tapi kenapa, trauma punyanya Valerie harus trauma sama kebahagiaan? coralpetals, 2018. Highest rank on shortstory : # 64 ~ 180626