07: On My Forehead

974 165 14
                                    

Valerie berjalan di trotoar dengan sebuah tas kecil yang menyelempangi tubuh mungilnya. Langit terlihat cerah. Musim panas akan dimulai beberapa hari lagi.


Hari ini adalah jadwalnya untuk pergi membaca buku di perpustakaan kota. Hari terakhir beristirahat tidak akan ia sia-siakan hanya untuk bermalas-malasan di rumah. Apalagi, akhir-akhir ini ia sudah jarang sekali mampir ke perpustakaan. Valerie hanya mengambil koleksi buku di rumah sakit untuk dibaca sebelum tidur.


Valerie sudah menerima tawaran Ben untuk menjemputnya saat ia akan pulang. Mungkin sore hari ketika matahari akan terbenam. Valerie senang meluangkan waktu di perpustakaan.


Begitu masuk dan melangkahkan kaki, manik Valerie menangkap sosok familiar yang ia temui kemarin.


Adrian berdiri di meja librarian, menunggu pemeriksaan kartu membernya selesai. Sesuatu membawa Valerie menghampiri lelaki tersebut dengan setengah berlari.


"Adrian!"


Adrian menoleh, lalu memugar senyum untuk menyambut Valerie, dokter yang akhir-akhir ini merawat adik perempuannya. "Hai Valerie. Tumben nyapa saya duluan?"


Senyum Valerie sedikit turun karena malu. "Mmm, cuman nyapa aja. Emangnya gak boleh, apa,"


Adrian terkekeh sambil memperhatikan Valerie mengeluarkan dompetnya untuk mengambil kartu member perpustakaan. Terlihat sebuah foto yang menampakkan seorang gadis kecil dengan wanita paruh baya. Foto tersebut terlihat kusam termakan waktu.


Lelaki itu buru-buru mengalihkan pandangannya saat Valerie menutup dompet. Walapun tidak sepenuhnya mengalihkan-- ia hanya melihat objek lain walau indranya yang lain masih terpaku pada gerak-gerik Valerie di sampingnya.


"Tuan? Permisi Tuan," tegur librarian beberapa kali. "Pengecekan kartu member anda selesai. Silahkan masuk, ke sebelah kanan."


Adrian mengerjap. "Oh? Iya. Makasih ya."


Lelaki itu berjalan, melewati gerbang pengecekan, lalu berdiri tidak jauh dari rak buku pertama untuk menunggu Valerie selesai.


*

"Jadi, kamu juga sering ke sini?" tanya Adrian. Valerie mengangguk pelan, sambil menaruh jarinya di deretan buku-buku tua. "Padahal setau saya, ada perpustakaan yang jauh lebih deket dari rumah kamu, selain perpustakaan ini."


"Di sini bukunya lengkap," kata Valerie. "Aku gak mau habisin waktu buat pergi ke perpustakaan yang koleksi bukunya gak lengkap."


Lagi-lagi, Adrian harus menahan dirinya untuk tidak mencubit pipi Valerie saat gadis itu mulai menggunakan embel-embel 'aku' di hadapannya. Terlihat sekali bagaimana menggemaskannya gadis tersebut.


"Bagus deh, kita bisa lebih sering ketemu," ujar Adrian terang-terangan. Jantung Valerie hampir mencelos keluar karena kalimatnya, namun gadis itu memilih tidak memberi respon lebih lanjut.

trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang