53: Marriage

759 106 24
                                    

Pernah, pada suatu malam ketika Adrian mengantar gadis tersebut pulang, seorang lelaki telah menunggu di depan pintu.

Lelaki tersebut tidak lain adalah Ben, lelaki yang selama ini jatuh bangun mendukung dan menjaga Valerie.

Pandangannya terlihat sayu, mungkin kelelahan setelah menghadiri kelas di kampusnya. Rambutnya acak-acakan, serta baju yang separuh keluar dari celana jeansnya.

Valerie terdiam sebentar, lalu menoleh ke arah Adrian. "Ad... ada Ben."

Valerie dan Adrian berhenti tertawa, lalu berjalan pelan menuju Ben. Lelaki tersebut langsung mengangkat dagunya tatkala menyadari kedatangan Valerie.

"Ben?" Valerie berujar pelan. "Lo sejak kapan.. di sini?"

"Baru aja, kok," sahut Ben santai, lalu sedikit melirik ke arah Adrian. "Gua belum liat lu lagi semenjak lu pergi. Kapan pulang?"

"Sekitar... 3 hari? 4 hari yang lalu?" Valerie terkekeh ringan sambil mengusap-usap lengan kirinya.

Ben menatap dalam ke arah gadis tersebut. Gadis yang teramat sangat ia sayangi.

"You look happier," Ben tersenyum.

"As you can see," Valerie ikut tersenyum, begitu juga dengan Adrian. "Gue gak akan repotin lo lagi, Ben. Gue tau gue ngeribetin lo banget kemaren."

"Gak papa kok---" belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Ben sudah terlebih dulu merasakan dua lengan melingkar erat di tubuhnya.

"Maaf, Ben..." bisik Valerie parau, sedikit membenamkan wajahnya di tubuh tegap Ben. "Maafin Valerie."

Maaf, takdir gak memihak lo untuk jadi orang yang gue sayang. Gak lebih dari sekedar teman.


Ben melirik Adrian yang tersenyum maklum di belakang punggung Valerie. Lelaki itu mengangguk pelan, lalu sedikit mundur dan kembali ke mobilnya.

"Maafin Valerie yang udah jahat sama perasaan lo," kata Valerie, menahan isaknya.

"Beberapa hal emang gak bisa dipaksain," sahut Ben sambil mengusap punggung Valerie. "Termasuk perasaan. Ini diluar kendali lu kalau lu gak bisa bales perasaan gua,"

"We aren't fated to be a lover," lanjut Ben. "Tapi gua masih bisa jaga lu sebagai temen hidup. Jadi tempat sandaran itu bukan sebatas kekasih aja kan, Val? Gua sayang sama lu,"

"Sebagai temen," katanya. "Jadi, jangan pernah mikir kalau lu repotin gua, oke?"

a bit flashback
Valerie menghela nafas kesal, sambil terus melihat ke arah jalan raya yang lengang.

Lelaki bernama Ben berkata bahwa ia akan menjemputnya, dan mengajaknya jalan-jalan. Valerie belum juga sembuh total dari sakitnya, hingga Ben berfikir bahwa gadis tersebut butuh jalan-jalan ringan.

Tak lama kemudian, Ben datang dengan mobil sedan hitamnya, melaju cepat menanjaki lajur drop off. Jendela mobil di buka, dan Ben tersenyum nakal sambil melambai tangan.

"Permisi, pesan Grab?" katanya.

"Gak lucu, dodol," kata Valerie, lalu gadis tersebut masuk ke kursi penumpang, dan mobil melaju meninggalkan rumah sakit.

Ben membawa Valerie menuju sebuah pusat perbelanjaan dengan banyak penjual makanan emperan di salah satu jalannya, dan tak salah lagi, gadis tersebut memang butuh penyegaran. Terlihat dari matanya yang melengkung manis serta senyum yang tak henti merekah.

trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang