(18)-pacar yang jahat

7.9K 341 2
                                    

Angkasa menyimpan seluruh buku dan alat tulisnya kedalam tas. Ia sudah sangat kesal sedari tadi kedua sahabatnya terus saja meminta agar bermain game di rumah Angkasa. Bayangkan, selama pelajaran berlangsung, Alvi terus saja mengoceh meminta agar membiarkan Arnold dan dirinya bermain dirumah Angkasa.

Angkasa tak menjawab apapun, ia hanya diam tak bersuara.

"Angkasa boleh ya? " tanya Alvi lagi.

Angkasa menarik napas panjang, lalu menatap Alvi dan Arnold bergantian. Tatapan tajam Angkasa tak membuat kedua sahabatnya itu merasa takut, malah sekarang mereka berdua memasang puppy eyes nya.

"gak! " setelah mengatakan itu Angkasa berdiri dari duduknya, dan berjalan keluar dari kelas.

Tak berputus asa, Alvi dan Arnold pun mengejar Angkasa.

"ayolah Sa, izinin ya lo baik orangnya" pujiannya sungguh membuat Angkasa mual. Arnold yang biasanya meledek Angkasa kini malah memujinya.

"iya Sa, kita janji gak bakalan berisik, gak bakal ganggu lo, gak bakalan buat kamar lo berantakan kok" ucap Alvi namun masih tak dihiraukan oleh Angkasa.

"kalo lo gak izinin kita berdua buat main di rumah lo, gue bakalan ajak Bintang buat main di rumah lo" ancam Arnold membuat langkah Angkasa terhenti mendadak. Refleks Alvi menabrak tubuh Angkasa dari belakang.

"aww, lo kenapa sih berhenti gak bilang-bilang?" kesal Alvi.

Angkasa membalikan badannya, menatap kedua temannya dengan datar tak berekspresi. Arnold tau, cara ini mampu membuat Angkasa mengizinkan bermain dirumahnya.

"ancaman lo sungguh membantu, tapi sayang gue gak perduli" jawab Angkasa seraya kembali melangkahkan kakinya menjauh dari kedua sahabatnya. Bukan apa, Angkasa sangat tidak suka jika rumahnya akan berisik. Karena setiap kali Arnold dan Alvi bermain dirumahnya, pasti rumahnya akan menjadi pasar mendadak. Bahkan kamarnya pun akan mendadak seperti kapal pecah.

"teman biadab" umpat Arnold lalu disusul anggukan oleh Alvi.

"yuk, katanya lo mau ngajak Bintang kerumah Angkasa" ucap Alvi.

Arnold mengangkat sebelah alisnya, tersenyum sinis lalu mengangguk. "yuk, kita buat teman kita itu menderita hahahaha"

Alvi menyahut "hahahaha"

"orang gila" umpat Angkasa saat mendengar tawa kedua sahabatnya itu.

***

"Binbin"

"Bintang"

Merasa ada yang memanggil, Bintang pun menoleh dan sedikit tersenyum saat mengetahui kedua teman Angkasa memanggilnya, namun ia juga kesal karena Angkasa tidak ada.

"iya apa Ar, Al? " Tanya Bintang saat Arnold dan Alvi sampai dihadapannya.

"mau ikut gak? " tanya Alvi

"kemana? "

"kerumah pacar lo" jawab Arnold diangguki oleh Alvi.

Bintang tersenyum. "maaauuuu, tapi Angkasa pasti bakalan marah ke gue"

"gak bakalan kok, tadi dia udah ngizinin" balas Alvi

Bintang membuka matanya Lebar-lebar, entah ini mimpi ataukah memang kenyataan. Demi apapun Bintang sangat senang Angkasa mengizinkan kerumahnya.

"wooaahhh, kalo gitu aku mau deh. Yuk berangkat sekarang" Bintang menarik tangan kanan Arnold dan Alvi, membawanya keparkiran secepat mungkin. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan Anggi-mamahnya Angkasa.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang