Author POV
Keheningan melanda ruang kelas XI IA-1, Bu Nia-guru kimia sudah berkeliling. Satu per satu deret bangku di lewatinya, siapapun yang ketahuan mencontek akan dikeluarkan saat itu juga. Tak ada yang berani menimbulkan suara, bahkan untuk menggeser kursi pun tak ada yang berani. Setiap siswa sibuk dengan lembar soal masing-masing.
Kelas XI IA-1 memang salah satu kelas unggulan di Orchid High School, muridnya terkenal rajin dan tak banyak tingkah, setidaknya itulah yang dikatakan guru-guru. Jika kelas unggulan identik dengan siswa yang saling beradu kecerdasan dan sikap individualitas yang tinggi, berbeda dengan apa yang dirasakan penghuni kelas XI IA-1. Mereka hanyalah siswa SMA biasa, yang ramai saat jamkos, jahil, konyol, bahkan bisa gila di saat-saat tertentu. Tapi tak bisa dipungkiri, kekompakan mereka bisa diacungi jempol. Mereka tau kapan saatnya serius dan kapan mereka bisa menjadi gila.
"Kok diem aja sih Fay?" suara Meysha menghentikan Fayla membaca novel "Nggak papa"
"Ikut ke kantin nggak?" ajak Windi kemudian
Fayla berkata tak bersemangat "Males gue, gue titip aja ya"
"Nitip apa?" Dea mendekat
"Jus jeruk sama roti" Fayla mengeluarkan uang dari sakunya
"Kembaliannya buat kita ya, buat ongkos jalan" cengir Keira
"Terserah kalian aja, yang penting titipan gue cepet datengnya"
"Sipp" keempatnya kompak membuat Fayla mendengus geli.
Hari ini Liana- ibu Fayla pergi menengok anak sulungnya- Ana yang berada di luar kota. Sudah dua bulan lebih Ana tidak pulang alasannya sibuklah, banyak tugas lah, ada acara inilah itulah. Liana tau kalau kuliah itu memang sibuk, tapi nggak harus lupa pulang juga kan. Kadang Fayla juga sebal melihat kakaknya sibuk sampai lupa pulang, tapi apa boleh buat, Fayla tidak bisa mengganggu urusan kuliah Ana.
Membayangkan dirinya akan tidur sendiri malam ini, membuat Fayla cukup ketakutan. Bayangan setan yang ada di film horor pun tiba-tiba terlintas. Fayla memang penakut, terlebih pada makhlus astral. Kalau sudah begitu, rumahnya kali ini pasti akan terang benderang, Fayla akan memastikan sudut rumahnya tak ada yang gelap. Dengan begitu setidaknya, ia bisa tidur malam ini.
Entah kenapa saat memasuki rumah, Fayla merasa ada yang aneh. Sontak ia pun bergidik dan melihat sekeliling 'ah mungkin perasaan gue aja kali'.
Rencananya setelah mandi Fayla akan pergi membeli makan malam, mungkin karena terburu-buru, Liana sampai tidak sempat membuatkan Fayla makanan. Perut Fayla sudah keroncongan, untuk itu ia memutuskan segera mandi.
-Fayla POV
Segarnya air sudah membasuhi seluruh tubuh.
Ssreekkk.
"Suara apaan tuh.... Masak iya ada maling, atau jangan-jangan ....setan" Bulu kudukku serasa berdiri dengan sendirinya. Berusaha terus berpikiran positif aku melanjutkan kegiatan mandi ku. Aku pun membalut tubuh gempalku dengan handuk.Brakkk. Buugg
Aku berjengit mendengar sesuatu dari luar. Lagi. Mencoba tidak bersuara aku mulai mempertajam pendengaranku dan menempelkan telingaku pada pintu kamar mandi "Masa sih ada maling. Atau setan? Tunggu, ini maghrib. Sial. T-tapi tunggu, kok udah nggak ada suara sih" Aku memberanikan diri membuka pintu.Brakk.
Mati gue.
Karena dobrakan pintu yang tiba-tiba, membuat tubuhku terlempar ke belakang. Hampir jatuh. Hampir. Seseorang menahan beban tubuhku.
Siapa dia? Mau apa dia? Maling? Ya Allah tolonglah hamba Mu ini
Takut. Hanya itu yang kurasakan. Aku melepas pelukan itu dan bergerak menjauh dari nya.
Duh mau ngapain dia, matanya ngeliatin gue gitu banget. Jangan-jangan....
Sontak aku menyilangkan tangan menutupi dadaku.
Aku berjalan mundur, dia malah melangkah maju. Tubuhku menabrak tembok, itu berarti sudah tidak ada lagi jalan untuk kabur. Wajahku rasanya sudah tidak terpasang lagi di tempatnya. Malu, takut, gugup jadi satu. Aku terkejut tangannya memegang bahuku yang terbuka, seperti ada tegangan listrik yang menyetrumku
'ini dia mau ngapain'. Ingin kuteriak saat itu juga, tapi rasanya ada yang menahannya
"Manis" kata itu terdengar di telingaku.
Jarak kedua wajah kami sangat dekat sekali, kira-kira hanya berjarak 5 cm. Aroma davidoff menguar dari tubuhnya. Aku bisa merasakan nafas nya yang tersengal. Wajahnya semakin mendekat, saat itulah jantungku seakan mau meloncat dari tempatnya.
"Be my girl" bisiknya " Gue bakal ngikutin elo dan ngejagain elo, so, elo harus jadi milik gue, dengan gitu elo bakal aman" suara dingin yang membuatku bergidik.
Aku masih berusaha mencerna kata-kata nya itu, aku masih berusaha mengumpulkan kesadaranku. Bayangin aja ada cowok di kamar mandiku, dengan kondisi yang begini, gimana nggak shock coba.
"Lo...?" aku tak mampu melanjutkannya karena tiba-tiba tubuhku terdorong semakin terjepit dengan badan tegap si maling itu dengan kedua tangannya mengunci tubuhku menempel tembok.
Aku semakin mempererat genggaman handukku. Aku tertunduk memejamkan mata, aku sudah kehilangan semua tenagaku.
"Tenang aja, gue nggak bakal nyakitin lo, asal lo mau nurutin apa kata gue. Lo harus jadi milik gue. Gue bakal terus ngawasin lo."
Aku tak bergeming, tangannya mengusap pipi dan menghilangkan setitik air mata "Ah iya, elo kayaknya juga harus ngurangin berat badan deh. Berat tau tadi nahan badan lo tadi" celaan yang sukses membuatku berdiri kaku.
Wah kurang ajar nih cowok, berani-beraninya dia! Pria itu sedikit memberi celah bernafas, jujur saja rasanya aku sampai lupa cara untuk bernafas.
Cuup. Bibir hangatnya menempel di keningku. Mataku terpejam. Sedetik kemudian, saat kubuka mata, dia sudah menghilang
'Tunggu, itu tadi bukan setan kan? Tapi nggak mungkin ada setan seganteng dia. Itu tadi juga kerasa kok, tapi apa itu maksudnya? Gue harus diet? Dia bakal ngawasin gue? Siapa dia? Kenapa dia ngomong kayak gitu? '
Banyak pertanyaan muncul di benakku. Kaki ku terasa lemas tanpa kuat menahan tubuhku, aku terduduk lemas memeluk dan memegang erat handuk.
Aku merasa harga diriku menguap tepat ketika pria itu melihatku dengan hanya berbalut handuk, air mataku yang kutahan tumpah seketika. Kebingungan dan ketakutan melanda pikiranku.
Malam ini aku terus memikirkan yang terjadi barusan. Aku masih belum percaya apa yang terjadi hari ini, bagaimana mungkin ada seseorang di rumahku, bukan, tepatnya di kamar mandi. Kurasakan ponsel ku terus bergetar, ada sebuah panggilan dari nomor yang tak dikenal
Kuabaikan panggilan itu dan ku matikan ponselku. Rasa lapar yang tadi melanda hilang sudah. Aku hanya berharap malam ini bisa tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is He? (END)
Bí ẩn / Giật gân"aku nggak tau kamu siapa, aku nggak tau apa alasanmu mendekati gadis sepertiku. Tapi aku bersyukur memilikimu di sisiku. Hanya kaulah sandaran terkuatku" Fayla Putri Iffani "aku tak peduli dengan bentuk fisikmu, aku mencintaimu.. Itu saja. Kecantik...