Bab 56

802 39 0
                                    

Cengkraman Wiro melonggar. Fayla terbatuk memegangi lehernya. Ia melihat Wiro dengan tatapan bingung

'Bagaimana mungkin mengenali mama hanya dari mataku?' pikir Fayla

"Nggak, nggak mungkin. Della sudah mati, siapa kau?" tanya Wiro yang masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Dia Fayla, putri Chandra dan Della" suara itu berasal dari uncle Hans yang tiba-tiba datang.

Di belakang Sam, Kia sudah menodongkan pistol di kepalanya.

"Bagaimana mungkin? Semua sudah mati!" Wiro masih tak percaya

"Tapi itulah kenyataannya. Menyerahlah, sekarang kau sudah kalah Wiro" uncle Hans mendekat.

Melihat kelengahan Wiro, Fayla langsung berlari memeluk Alfa.

"It's over. Baik kau dan X-red mu itu. Kami sudah menghancurkan markasnya dan mengalahkan semuanya. Semuanya" jelas uncle Hans

"Bohong! Itu tidak mungkin" Wiro semakin tak percaya

''Aah,, kau pikir kami bodoh. Kami tau kau menyadap ruang tamu kami. Orang suruhanmu itu bodoh sekali. Berpura-pura memberi makanan dengan alasan ulang tahun, lucu sekali. Aku melihat orang suruhanmu itu masuk mobil." Kia memperjelas,
Membuat Wiro merasakan kakinya lemas seketika.

"Apa yang membuatmu seperti ini Wiro, kenapa kau melakukan ini?" uncle Hans mendekat ke Wiro.

Wiro menghela nafas kasar dan mendecih, tatapan matanya menunjukkan kemarahan

"Semua karena Chandra! Andai saja dia tidak menikahi wanita yang kucintai semua tak akan jadi seperti ini"
"Apa maksudmu?" uncle Hans tak mengerti

"Della, dialah wanita yang selama ini aku cintai. Dan Chandra sudah merebutnya dariku"

Aemua yang mendengar itu hampir tak peracaya, terlebih uncle Hans dan Fayla.

'jadi karena itulah dia bisa mengenali mama hanya dari mataku. Dia pasti sangat mencintai mama' batin Fayla tak percaya

"Tapi dengan membunuhnya, itukah yang kau sebut cinta?" Alfa menatap Wiro dengan kilatan marah

"Jika aku tidak bisa memilikinya, maka siapapun juga tidak bisa memilikinya"

Fayla sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Mendengar alasan Wiro membuatnya tak bisa berpikir, bagaimana mungkin cinta bisa membuat orang menjadi seorang pembunuh.

"Dan kau! kau juga harus mati!" Wiro mengarahkan pistol ke arah uncle Hans. Semua yang melihat gerakan kilat Wiro itu terperanjak.

Wiro memang gila. Dia sudah kehilangan akal. Alfa tau, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menahan pelatuk Wiro.
Alfa menutup mata Fayla dengan tangannya yang bebas.

Doorr... Timah panas itu menembus dada uncle Hans.

Dibalik tangan Alfa, air mata Fayla turun tanpa bisa diceha. Ia menyingkirkan tangan Alfa

"Uncle!!!" teriak Fayla melihat tubuh uncle Hans perlahan ambruk.

Fayla rasanya sudah ingin berlari memeluk tubuh uncle Hans yang sudah runtuh itu, namun ditahan Alfa.

Kia melihat gerak-gerik Sam yang mencurigakan, dan benar, Sam sudah akan menarik pelatuknya.

Segera Kia menepis tangan Sam menjauh, pistolnya mengarah ke kepala Alfa dan Kia kini beradu dengan tangan Sam. Suara tembakan kembali terdengar.

Alfa terkejut asal suara tembakan berasal dari belakangnya. Ia mengikuti arah pistol itu, dan itu mengarah ke Wiro. Peluru itu bersarang di kepala Wiro.

Kia melumpuhkan Sam dan membekuknya tak berkutik.

Fayla berlari memeluk unclenya diikuti Alfa di belakangnya.
"Uncle, uncle, nggak, uncle harus kuat. Al, cepet panggilin ambulans! Uncle, uncle harus kuat. Al! Cepett!" Fayla meletakkan kepala uncle Hans dalam pangkuannya

"Fay, dengerin uncle. Tugas uncle sudah selesai, semua sudah berakhir, sekarang mungkin sudah waktunya uncle pergi. Uncle sudah ngasih semua surat aset papamu sama Om Brian, itu semua hak kamu. Uncle harap kamu bisa jadi putri kebanggaan keluarga, kamu harus jadi wanita yang kuat dan teruslah bahagia. Uncle minta maaf, selama ini Om nggak bisa ngurus kamu" uncle Hans menahan sakit di bagian dadanya, tangannya menggenggam erat tangan Fayla.

"Nggak, uncle pasti selamat, uncle nggak boleh ninggalin Fay" Fayla memeluk kepala unclenya

"Maafin uncle, maaf" perlahan mata sayu Hans tertutup
"Mggak uncle, uncle bangun! Bangun! Jangan tinggalin Fay!" tangis Fayla pecah melihat unclenya terbujur kaku di depannya.

Kembali, Fayla kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi. Uncle Hans keluarga kandung satu-satunya juga meninggalkannya.

Alfa ikut berlutut di sebelah Fayla, merangkul Fayla memberinya kekuatan. "Ikhlasin Ay, biarin uncle tenang disana" Fayla menyandarkan kepalanya di bahu Alfa, Fayla menumpahkan semua tangisnya pada sandaran terkuatnya.

Hari ini benar-benar hari yang sangat berat untuk Fayla, ia melihat kematian uncle Hans di depan matanya sendiri.

Di tempat yang sama, uncle Hans menyusul papa, mama, dan juga kakaknya.

Tak hanya satu, tapi beberapa orang meregang nyawa sore ini. Selain, di tempat ini, banyak juga yang harus menanggung pertarungan di markas X-Red. Bersama Om Brian, Akbar menyelesaikan tugasnya di markas X-Red.

Benarkah hanya karena cinta, harus ada nyawa yang melayang? Atau itu hanyalah keegoisan belaka yang mengatas namakan cinta?

Apapun itu, mengorbankan nyawa orang bukanlah hal yang dibenarkan.

Who Is He? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang