Bab 18

1.2K 51 0
                                    

Esok hari, rombongan Fayla sudah berangkat menuju tempat oleh-oleh yang terkenal di Bali, Joger. Fayla sudah memberi tau Alfa kalau perjalanannya kali ini ia akan naik bis bersama sahabatnya. Meskipun awalnya Alfa menolak, namun akhirnya ia luluh juga.

Di dalam mobil, Alfa  mengikuti rombongan bis Fayla. Alfa yang kesepian hanya ditemani oleh suara radio. Senyum Alfa terus mengembang saat mengingat wajah kesal Fayla tadi malam. Namun, senyum itu perlahan sirna digantikan dengan keningnya yang mengernyit. Dari kaca spion, Alfa melihat sebuah mobil sedang mengikutinya. Alfa sudah menduga bahwan ini akan terjadi, tidak salah lagi. Itu pasti Wiro. Sebelumnya, Om Brian juga sudah mengingatkan Alfa untuk waspada, karena kemungkinan Wiro akan mengikutinya. Karena cepat atau lambat Wiro akan memastikan sendiri bagaimana keadaan Fayla. Seperti yang terjadi sekarang, senyum licik Alfa terukir di wajahnya. Alfa sudah menyiapkan segalanya sebelum ia berangkat menyusul Fayla ke Bali.

Selesai dari joger, destinasi selanjutnya adalah Pantai Kuta, Fayla sudah disambut oleh ramainya pengunjung disana. Banyak pertokoan berjajar rapi di seberang pantai. Fayla sudah akan berjalan masuk ke pantai, tapi tiba-tiba pergelangannya ditarik Alfa masuk ke mobilnya.
"Aduh, ngapain sih Al! Aku mau ke pantai, malah disuruh masuk mobil!" keluh Fayla, namun Alfa malah sibuk mencari sesuatu di kursi belakang "Cari apa sih?" tanya Fayla penasaran. Alfa masih tidak menjawab pertanyaan Fayla, sampai akhirnya Alfa memasang kacamata dan topi pada Fayla

"Pake ini,  panas banget diluar" Fayla dibuat mematung karenanya "Yaudah yuk, katanya mau ke pantai" ajak Alfa kemudian.

Entah kenapa sejak kehadiran Alfa, senyum Fayla tak pernah lepas dari wajahnya. Fayla bersyukur karena Alfa hadir dalam hidupnya. Sebelum masuk ke Pantai Alfa sudah membeli minum di starbuck. Di sepanjang jalan Fayla hanya menatap wajah Alfa yang terus memandang ke depan.sambil sesekali menyesap minumannya. Fayla dibuat tersenyum olehnya. Berkat kacamata dan topi yang diberikan Alfa, Fayla tidak merasakan panas yang terlalu.

Keempat sahabatnya tampaknya tidak ingin mengganggu kebersamaan Fayla dan Alfa, terbukti mereka kini tengah asyik bermain di pinggir pantai. Sedangkan Fayla dan Alfa kini tengah duduk dibawah pohon kelapa.

"Emang apa asiknya sih sama tuh cewek, sampe sampe tuh cowok segitunya"

"Tau tuh, tergila-gila banget kayaknya"

"Apa jangan-jangan bener, tuh cowok kena pelet"

"Bisa jadi tuh, kasian banget sih cowoknya"

Suara itu sukses membuat tawa Fayla dan Alfa terhenti. Kedua cewek itu tampaknya memang benar-benar nggak suka sama melihat kebersamaan Fayla dan Alfa, sampai mereka tak henti-hentinya nyinyir di dekat Fayla. Alfa sudah bersiap berdiri namun di tahan oleh Fayla dan Fayla hanya memberi isyarat untuk tidak meladeni mereka.

"Ay, mereka udah keterlaluan tau nggak, mulai kemaren ya Ay aku diem, karena kamu nahan aku. Tapi sekarang aku nggak bisa tinggal diem kamu di omongin kayak gitu"

"Terus kamu ngapain? Mau marah-marah sama mereka. Nggak akan ada gunanya Al, itu malah ngebuang tenaga kamu, aku nggak mau bikin kamu malu gara-gara kamu belain aku"

"Tapi mereka nggak bisa di diemin gitu Ay, mereka malah ngelunjak" geram Alfa

"Aku punya caraku sendiri buat mereka" ucap Fayla sebelum ia berdiri dan mengajak Alfa ikut dengannya.

Fayla membeli minum di pedagang minuman keliling, Alfa dibuat bingung karenanya. Namun ia hanya bisa diam melihat apa yang dilakukan Fayla. Fayla membeli dua minuman dingin dan meminta pedagang itu memberikannya pada kedua siswi yang tadi menyindirnya. Fayla mengajak Alfa untuk kembali menikmati keindahan pantai Kuta

Pedagang itu sudah memberikan minum pada kedua siswi itu, kedua siswi itu heran dan si pedagang menjawab pertanyaan mereka hanya dengan menunjuk punggung Fayla dan Alfa yang sudah menjauh. Tampak kedua wajah kedua siswi itu saling berpandangan dan menunjukkan rasa bersalahnya.

"Kenapa kamu malah beliin mereka minum Ay" tanya Alfa penasaran  menatap Fayla yang kini tengah duduk di bibir pantai, menikmati detik-detik terbenamnya sang surya

"Ya nggak papa, mereka hanya nggak tau kebenarannya, mereka nggak kenal siapa aku, jadi wajar aja mereka mikir kayak gitu. Aku berharap dengan aku beliin minum,  mereka nggak berpikiran kayak gitu lagi sama aku. Aku bisa aja tadi marah-marah kayak yang mau kamu lakuin, tapi itu nggak bakal nyelesaiin masalah kan. Cari musuh itu gampang, tapi nyari temen itu yang susah" 

Alfa menatap Fayla dengan penuh kekaguman, Alfa nggak habis pikir bagimana bisa Fayla bisa berpikiran setenang dan sedewasa itu.

"Kenapa liatinnya gitu banget sih Al" ucap Fayla yang sedikit salah tingkah karena tatapan Alfa

"Bikin kagum aja" Fayla semakin dibuat salah tingkah, Fayla pun berdehem mengusir kecanggungan

"Ekhm.. Biasa aja kali" Fayla menegakkan punggung "Gue tau cara itu dari film yang pernah gue tonton, jadi nggak ada salahnya dicoba. Udah ah, jangan liatin gue terus. Liatin tuh sunsetnya" Fayla sudah kembali menatap lurus ke depan menanti sunset.

"Gue suka banget liat sunset kayak gini, meskipun cuman duduk-duduk kayak gini. Itu ngebuat gue tenang" celetuk Fayla sambil menutup matanya  memecah keheningan 

"Lebih bagus lagi tuh kalo liat sunset dari atas bukit atau gunung Ay, bagus banget pemandangannya" timpal Alfa tanpa menoleh ke Fayla

"Gue nggak suka"

"Kenapa?" 

"Gue takut ketinggian, jadi gue nggak suka" Alfa sudah menatap Fayla dengan keingintahuannya "Gue juga nggak tau kenapa gue bisa setakut itu sama ketinggian. Pernah gue dulu diajak naik biang lala sama kak Ana, awalnya gue udah nolak tapi dipaksa juga. Akhirnya pas udah di atas rasanya tubuh gue mati rasa. Gue sampe keringet dingin dan pucet banget. Kak Ana sampe ngerasa  bersalah waktu itu. Makanya sampe sekarang gue nggak suka sama ketinggian, ada trauma tersendiri buat gue" jelas Fayla yang kemudian ikut menoleh menatap Alfa

"Kalo lo sendiri? Momen apa yang paling elo suka banget?" kini Fayla yang bertanya

"Kalo gue tuh.... suka momen dimana pertama kali kita ketemu" jawab Alfa sambil mengerlingkan sebelah matanya sebelum berlari menjauhi Fayla.

Kening Fayla mengernyit mencerna kata-kata Alfa, saat ingatannya mengingat kejadian di kamar mandi, barulah ia sadar. "Kyaaa!!! Dasar mesum lo" teriak Fayla yang kemudian mengejar Alfa. Momen sunset yang sangat berharga bagi keduanya.

Saat ini Fayla bersama keempat sahabatnya tengah duduk di rumah makan Krishna untuk makan malam, tempatnya tidak jauh dari pantai Kuta.

"Duh, nih cowok kayaknya nggak bisa jauh-jauh dari Fayla deh" geram Keira melihat Alfa mulai mendekatinya  

"Tau nih, dari tadi ngintilin Fayla mulu. Kita sahabatnya sampe kayak nggak bisa ngedeketin Fayla tau nggak" timpal Windi, Alfa mendesis pada Keira dan Windi sedangkan Fayla tersenyum geli melihatnya.

"Eh Ay  pamit ke toilet dulu ya" pamit Alfa tiba-tiba

"Yaelah ke toilet aja pamit segala" kali ini Dea yang bersuara.

Alfa mendesis kesal, keempat sahabat Fayla ini kompak meledeknya. 

Who Is He? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang