Bab 37

843 39 0
                                    

Author POV

Alfa semakin frustasi karena sampai saat ini tidak bisa menemukan Fayla. Ia hampir putus asa karenanya. Hatinya selalu mengatakan bahwa ia harus pergi ke sekolah Fayla. Namun, sampai seluruh murid telah pulang, ia tak melihat keberadaan Faylanya. Alfa nyaris gila, ia kehilangan gadisnya.

Entah kenapa hari ini Alfa ingin lebih lama berada di sekolah. Alfa sudah menunggu lama di mobilnya, kelebatan memori saat mengantar Fayla sekolah membuatnya setengah tersenyum. Matanya terus menatap gerbang sekolah, berharap gadisnya akan keluar melewati gerbang itu. Kaki Alfa bergerak tanpa ada yang memerintah, memastikan bahwa Fayla benar-benar tidak ada di dalam sana.

Saat berbalik, ekor matanya melihat seseorang di teras mushola. Alfa sangat tau pasti, dia Fayla. Gadis yang selama ini ia cari.
Alfa bersembunyi di balik pohon, melihat Fayla ingin rasanya ia memeluk gadisnya saat ini juga.

"Kenapa kamu pergi Ay?"

Langkah Fayla terhenti mendengar suara yang sangat ia kenal, suara yang sangat ia rindukan. Tangan Fayla mengepal, menahan diri agar tidak berbalik dan menatap sosok yang selama ini menganggu tidurnya, sosok yang beberapa hari ini hanya bisa Fayla liat wajahnya di galeri ponsel.

Langkah Alfa semakin dekat dan berhenti tepat di depan Fayla. Fayla masih menunduk membuat Alfa mengangkat dagu Fayla dan menatap ke arah wajah gadis yang selama ini ia rindukan.

"kenapa kamu pergi gitu aja Ay?" Dia mengulangi pertanyaannya

Mata Fayla terpejam tak mampu membukanya, ia tak ingin keputusannya goyah.

"Buka mata kamu, dan jawab aku!" suara Alfa sedikit meninggi membuat bulu kuduk Fayla berdiri "jawab Ay!" mata Fayla terbuka menatap wajah Alfa yang sedikit.. Pucat?

Mata Fayla membulat melihat wajah Alfa yang tampak kurang sehat. Tangannya tiba-tiba terangkat mengusap wajah Alfa lembut

"Kamu sakit?" Alfa tidak menjawab, menikmati setiap sentuhan Fayla di wajahnya.

Tiba-tiba Alfa merasakan dunianya berputar, pandangannya kabur, dan kakinya seakan tak kuat lagi menopang tubuhnya. Kepala Alfa  jatuh di pundak Fayla, Fayla terkejut karena tiba-tiba Alfa pingsan. Fayla mencoba menahan beban tubuh Alfa namun tak bisa.
Perlahan Fayla menjatuhkan tubunya di tanah dan meletakkan kepala Alfa di pangkuannya. Panik.

Sekolah juga sudah tak ada siapapun. Sial.

Fayla memutar otaknya cepat. Fayla kemudian merogoh saku Alfa dan mencari ponselnya.

"Halo, Om. Tolongin Alfa"

***
Om Brian membawa Alfa ke rumahnya. Awalnya Fayla menyarankan untuk membawa ke rumah sakit saja, tapi Om Brian menolak. Karena jika ada orang suruhan Wiro mengetahui keadaan Alfa yang pingsan, situasinya akan semakin rumit dan berbahaya. Fayla tak mengerti apapun soal itu, yang pasti saat ini ia mengkhawatirkan Alfa.

Dokter pribadi Om Brian sudah memeriksa keadaan Alfa. "Dia nggak papa, dia hanya kelelahan. Untuk beberapa hari ini dia butuh bedrest" jelas dokter
"Mari Dok saya antar keluar" Om Brian menggiring dokter keluar.

Fayla duduk di samping Alfa dan mengompres tubuh Alfa yang panas. Fayla menatap wajah Alfa, ada lingkar hitam di matanya.
Dia benar-benar butuh tidur. Batin Fayla.

"Fay, setelah Om  nebus obat Alfa, Om harus buru-buru pergi. Karena Om masih banyak pekerjaan. Om minta tolong sama kamu, kamu tolong  jagain dia dulu ya. Paling nggak sampai besok pagi, biar besok Om suruh asisten Om yang jagain Alfa" Om Brian masuk ke kamar Alfa mengambil jasnya

"Tapi Om, Fay nggak bisa disini, bibi pasti nyariin" tolakan halus Fayla itu sepertinya mudah dibaca Om Brian

"Tenang aja, Om udah kasih tau Bi Ina. Untuk malam ini aja Fay, Om janji besok pagi asisten Om udah ada disini jagain Alfa, jadi kamu bisa langsung pergi" Fayla mendesah berat sebelum ia menyetujuinya. Tidak ada pilihan lain.

Suara Alfa meracau membuat Fayla terbangun dari tidurnya. Segera ia menghampiri ranjang Alfa dan kembali merasakan panas Alfa yang semakin tinggi. Fayla mengganti air kompresannya dan kembali mengompresnya.

Alfa terus saja memanggil nama Fayla, matanya bergerak gelisah. Fayla menggenggam tangan Alfa.

Alfa mulai sedikit membuka mata namun pandangannya  kabur. Ia tak bisa melihat jelas siapa di depannya. Kepalanya terasa berat. Untuk itu Alfa kembali menutup matanya.

***
Cahaya pagi menyilaukan mata Fayla yang tidur terduduk di samping ranjang Alfa. Mata Fayla mengerjap, dilihatnya Alfa masih tidur.
Fayla melangkah ke kamar mandi.

Ditengah acara memasaknya, Fayla merasakan tubuhnya menghangat. Pelukan Alfa dari belakang membuat Fayla sedikit berjengit. Seperti de javu.

"Al, lepas" Fayla berontak melepas pelukan itu, tapi tak bisa.
Kepala Alfa jatuh di pundak Fayla, panas Alfa sepertinya belum sepenuhnya turun, Fayla bisa merasakannya.
"Sebentar aja" pinta Alfa. Fayla terdiam di tempatnya dan mencoba kembali fokus mengaduk bubur. Menghilangkan kegugupan.

"Buburnya udah matang, kamu sarapan dulu, habis itu minum obat" seru Fayla membuat pelukannya melonggar.

Alfa duduk di kursi meja makan dan Fayla mulai menyajikan sarapan. Fayla meninggalkan Alfa memakan buburnya dan mengambil obat di nakas kamar Alfa.

"Habis ini minum obatnya, terus istirahat lagi. Mungkin bentar lagi asisten Om Brian sampai" Fayla menuangkan air ke dalam gelas Alfa
Fayla memberi obatnya membuat Alfa langsung meminumnya.

Fayla sudah membereskan piring kotor dan membuatkan Alfa jus agar tubuhnya bisa cepat kembali pulih. Fayla meletakkan jus itu di depan Alfa, dan tanpa di perintah Alfa sudah meneguk habis jusnya.

Saat Fayla akan mengambil gelas jusnya, Alfa menahan pergelangannya. Tatapan mereka bertemu. Fayla mencoba melepas genggaman itu namun Alfa semakin mengeratkannya
"Nggak ay, aku nggak mau kamu ninggalin aku lagi"

"Cukup Al, kamu nggak perlu seperti ini. Jangan buat aku semakin ngerasa bersalah dengan keadaanmu kayak gini. Ini udah berakhir Al"
"Nggak Ay, ini belum berakhir, kita bisa memperbaikinya..."
"Nggak akan bisa, percuma, nggak akan berhasil. Udahlah Al, kamu jangan nyiksa diri kamu kayak gini" sela ku.

Dengan mengerahkan seluruh tenaga,  sekali hentakan Fayla bisa melepas tangan Alfa darinya.
'kumohon jangan nangis sekarang! Aku harus kuat. Aku harus kuat!' Fayla mengatakannya pada dirinya sendiri.

"Tunggu Ay, kamu harus denger penjelasanku dulu. Ay!" Fayla menghentikan langkahnya dan berbalik
"Apa lagi yang mau kamu jelasin?"

"Semuanya, aku bakal jelasin semuanya Ay. Kamu harus dengerin aku" Alfa menatap Fayla memohon

Fayla menghembuskan nafas beratnya

"Waktu kamu 10 menit "

Who Is He? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang