Fayla POV
Upacara pembukaan kegiatan kemah baru saja selesai, setiap anggota regu bersiap menyiapkan tenda masing-masing. Setelah mendirikan tenda, semua siswa berkumpul di lapangan untuk melaksanakan kegiatan berikutnya. Begitulah kegiatan kemah kami, berjalan sesuai jadwal.
Pikiranku seolah teralihkan akan banyaknya kegiatan yang dijalani. Hingga tak terasa matahari telah bersiap untuk tidur, waktunya semua siswa istirahat dan membersihkan diri masing-masing sebelum melanjutkan kegiatan malam.
Pukul 9 malam semua siswa sudah berkumpul di lapangan untuk melaksanakan kegiatan api unggun. Pada kegiatan api unggun di isi dengan bernyanyi bersama. Di tengah kegiatan itu, aku merasa bosan sehingga aku memutuskan untuk kembali ke tenda.
Bulu kuduk ku tiba-tiba saja berdiri saat berada di tengah lorong, aku merasakan dibelakangku kini ada yang mendekat. Sial, sepi lagi. Mulutku tak henti-hentinya mengucap doa, kaki ku rasanya tertancap lemas di tempat tanpa mampu bergerak.
Kurasakan seseorang memelukku dari belakang. Aku sangat terkejut saat mendapat pelukan itu, langsung ku putar tubuhku melihat siapa yang telah berani memelukku sembarangan.
"Ay, maafin aku" Alfa berdiri menatapku sendu
"Udahlah Al, nggak perlu minta maaf, mending kamu pergi, daripada nanti ada yang liat" aku setengah heran melihatnya disini. Bagaimana dia bisa masuk?
"Nggak Ay, aku nggak bakal pergi sebelum kamu maafin aku" aku tak menggubris perkataan Alfa, aku sudah berbalik dan akan melangkah pergi. Tapi pelukan Alfa menghentikan langkahku "Maaf Ay, aku belum bisa cerita sekarang, aku bakal ceritain semuanya tapi nggak sekarang. Yang perlu kamu tau, aku bakal jagain kamu Ay, aku bakal terus ada buat kamu. Kamu harus percaya sama aku"
Aku berontak melepas pelukannya.
"Buat apa Al? buat apa kamu ngelakuin itu kalo kamu aja nggak njelasin apapun sama aku. Gimana caranya aku bisa percaya sama kamu Al? Gimana caranya aku percaya sama kamu setelah aku liat kejadian kemaren dan kamu cuma diem aja. Kamu itu sebenarnya siapa sih Al?" Alfa terdiam "Kamu aja nggak bisa jawab kan, trus gimana caranya aku bisa percaya Al?"
Aku tersentak saat tiba-tiba tangan seseorang memaksa melepas pelukan kami. Ardi.
"Sorry, ini masih di sekolah, lo nggak bisa pelukan disini, gimana nanti kalo ada pembina yang liat"
"Sorry juga, tapi ini buka urusan lo, jadi gue minta biarin kita sekarang" jawab Alfa sengit
"Bener kata Ardi mending lo pergi, gue nggak mau ada pembina yang liat" ucapku menengahi
"Tapi Ay..."
"Ah dan satu lagi, mulai sekarang kita urus urusan kita masing-masing. Lo juga nggak perlu susah-susah nemuin gue lagi, gue capek Al dan gue udah nggak butuh penjelasan apapun" aku melangkah pergi meninggalkan keduanya. Kupengang erat dadaku yang terasa sesak. Entah apa yang baru saja aku katakan pada Alfa. Di tenda aku menangis, memeluk diri kutenggelamkan kepala diantara kedua lututku. Rasanya sakit sekali.
Alfa POV
Aku terdiam melihat punggung Fayla semakin menghilang dibalik lorong. Kata-katanya seakan menghipnotisku.
"Biarin dia sendiri, amarahnya nggak akan bertahan lama jadi lo tenang aja" kalimat itu membuatku tersenyum geli
"Gue tau. Gue kenal siapa Fayla, jadi lo nggak perlu repot-repot ngingetin gue."
"Tapi gue lebih kenal siapa Fayla" aku menaikkan sebelah alisku, menunggu nya untuk melanjutkan kalimatnya
"Gue mantannya"
Mantan? Apa jangan-jangan dia yang waktu iu ngebuat Fayla nangis? Ah, kenapa gue baru sadar, pantes aja waktu itu Fayla ngeliatin Ardi pas nyanyi sampe segitunya.
***
Kujatuhkan diriku di atas sofa, kalimat Ardi tergiang-ngiang di kepalaku. Ada yang nggak beres . Kuambil ponsel dari nakasku."Halo, Bar. Gue minta tolong sama lo. Tolong lo cari tau tentang Ardi, keluarganya, latar belakangnya. Pokoknya jangan ada yang kelewat." perintahku
"Santai bro, tenang tenang, langsung nyembur aja lo. Lagian Ardi siapa nih?" tanya Akbar
"Ardi temen sekelasnya Fayla, dia mantannya. Gue minta info itu secepatnya"
"Oke siap, gue bakal ngabarin lo secepatnya"
"Thanks"
Panggilan terputus. Namun, tiba-tiba ponselnya kembali berdering. Om Brian
"Halo, iya ada apa om?"
"Al, kamu ingetkan 5 hari lagi ada acara ulang tahun perusahaan Rizer" ingat Om Brian
"Tapi kalau cuman itu kan udah ada Zack, biar dia aja yang dateng, aku lagi ada masalah sama Fayla Om. Aku belum bisa balik ke London dulu" keluhku
"Acara itu bakal jadi peluang buat kamu menambah rekan bisnismu. Lagian yang diundang itu pemilik perusahaan Bagastama dan itu kamu, bukan Zack"
"Tapi Om..?"
"Udah deh, percaya sama Om, ini bakal baik buat kamu. Kamu juga harus fokus sama perusahaanmu Al, setidaknya kamu harus inget bagaimana perjuangan Marko merintis kembali perusahaan ayahmu. Sepulang dari London baru kamu urus masalahmu sama Fayla, lagian Fayla juga butuh waktu kan. Ini waktu yang pas buat kalian nenangin diri. Om udah siapin tiket buat kamu terbang ke London, besok malam Om tunggu di bandara"
Pip...
Aku memijat keningku yang terasa pening.. Apa lagi ini?.....
Om Brian dan Akbar sudah menunggu di bandara, malam ini aku harus bertolak menuju London. "Bar, gimana udah dapet info nya?" tanyaku yang berjalan beriringan dengan Akbar"Belum, masih ada yang harus di cek. Gue harus mastiin kebenarannya dulu."
"Kenapa?" dahiku mengernyit
"Ada yang aneh. Tapi ntar deh kalo udah pasti gue kabarin"
"Oke gue percayain itu sama elo. Gue juga titip Fayla, jagain dia"
"Siap, lo tenang aja."jawabnya santai
"Emang kamu butuh informasi apa Al?" kini Om Brian yang menyela
"Informasi tentang teman Fayla. Eh tapi Om udah nyuruh anak buah Om buat jagain Fayla sama ibu kan?" tanyaku mengalihkan pertanyaan Om brian
"Iya tenang aja, buat gadismu itu udah Om usahain sebaik-baiknya. Sekarang kamu siapin diri aja buat nanti"
Aku tersenyum geli saat Om Brian menyebut Fayla dengan sebutan 'gadisku'. Senangnya.
Aku terus menatap jendela pesawat yang gelap dengan tatapan kosong. 'Semoga saat aku kembali hubungan kita bisa baikan Fay dan kamu bisa maafin aku'

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is He? (END)
Mystery / Thriller"aku nggak tau kamu siapa, aku nggak tau apa alasanmu mendekati gadis sepertiku. Tapi aku bersyukur memilikimu di sisiku. Hanya kaulah sandaran terkuatku" Fayla Putri Iffani "aku tak peduli dengan bentuk fisikmu, aku mencintaimu.. Itu saja. Kecantik...