Author POV
Fayla bergerak gelisah dalam tidurnya, matanya terus bergerak. Dia terbangun dengan keringat di keningnya.
"Kenapa? Mimpi buruk?" Fayla mengangguk dan mengusap keringatnya
"Bisakah kita pulang sekarang?" Fayla berdiri dengan wajah gelisahnya
Alfa diam sejenak, lantas berkata "baiklah" Alfa ikut berdiri dan beranjak kembali ke villa.
Ingin rasanya Alfa bertanya mimpi apa yang membuat Fayla bergerak gelisah, tapi diurungkannya, saat ini bukanlah saat yang tepat.
Hari mulai petang, angin berhembus cukup kencang membuat hawa dinginnya semakin menusuk sampai ke tulang, ditambah lagi langit yang mulai mendung menandakan hari akan hujan.
Alfa meminta Fayla masuk terlebih dahulu, mengingat tidak ada satupun makanan di dapur untuk itu Alfa harus membeli makan malam mereka di warung. Alfa mengingatkan Fayla untuk tak pergi kemanapun, ia khawatir karena sepanjang perjalan Fayla hanya menatap kosong jalanan.
Di tengah jalan kembali ke villa tiba-tiba hujan turun begitu deras. Alfa sempat berpikir untuk berteduh atau terus berjalan. Tapi mengingat Fayla di rumah sendirian, ia memilih untuk berlari menerobos hujan.Benar kan, pemikiran Fayla memang susah ditebak, saat Alfa kembali ia tak menemukan Fayla di dalam villa.
Dengan baju yang masih basah karena hujan, ia panik mencari Fayla di segala penjuru ruangan.
Melewati pintu kaca besar yang menghadap langsung ke kolam, langkah Alfa terhenti. Ia melihat sosok yang dicarinya duduk memeluk kaki di pinggir kolam. Hujan yang cukup deras agaknya membuat Fayla tak menyadari kehadiran Alfa.
"APA KAU GILAA!! Apa yang kau lakukan!" Alfa langsung menarik lengan Fayla, tarikan yang cukup kuat membuat Fayla seperti terseret.
Alfa menarik Fayla hingga di depan pintu kaca, membawanya berteduh dari guyuran hujan.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Alfa berada di depan pintu kaca menyisir rambur basah dengan jemarinya"Maaf, aku nggak tau kalo lo udah dateng. Mana makanannya, sini biar aku panasin" Alfa berkacak pinggang menatap Fayla yang terus saja menghindar dari tatapan dan mengabaikan pertanyaannya.
"Apa yang kau lakukan disana?! Kenapa kamu terus saja menghindari pertanyaanku!" untuk ketiga kalinya Alfa melemparkan pertanyaan yang sama, Fayla tertunduk diam, ia tak bisa menatap Alfa.Alfa mendesah berat melihat keterdiaman Fayla
"Kenapa kamu terus saja membuatku menanyakan hal yang sama? Jawab aku Ay!" Alfa menggoyangkan bahu Fayla memaksanya menjawab"Aku nggak papa. Waktu aku duduk disana, hujan tiba-tiba dateng. Jadi aku pikir sekalian aja nikmatin hujan di villa papa, hehehehe" jelas sekali Fayla memaksakan tawanya
"Jangan tertawa seperti itu di depanku!" seketika itu tawa Fayla meringsut "Kamu nggak bisa nutupin air mata itu Ay" tangan Alfa terangkat akan mengusap jejak air mata yang tertutup air hujan
"Aku nggak papa" Fayla menepis tangan Alfa
"Bohong!!" Alfa berteriak membuat suaranya beradu dengan derasnya hujan "Aku nggak sebodoh itu Ay!"Fayla menghela napas lalu mendongakkan kepalanya mencoba menatap Alfa, rahang Alfa terlihat mengeras "Sudah aku bilang, aku nggak papa. Sekarang aku mau masuk"
'percuma saja mendesak Fayla untuk menjawab pertanyaanku, dia tidak akan menceritakan apapun. Aku harus pake cara lain' pikiran dewasa Alfa membuatnya memahami perasaan Fayla
"Kenapa kamu terus saja membohongi dirimu sendiri" ucapan Alfa membuat langkah Fayla terhenti "Kenapa kamu selalu bersikap seolah baik-baik saja saat kenyataan berkata sebaliknya" tangan Fayla mengepal menahan air mata tetap berada di tempatnya, ia tak bisa terus menangis di hadapan Alfa. Ia harus kuat, Fayla harus kuat. "Kamu tak sepandai itu Ay, bahkan peran itu sama sekali tidak cocok untuk bisa kau perankan"
"Kenapa?...." Fayla berbalik menghadap Alfa "Kenapa kamu bertindak seolah-olah kau lebih mengenalku daripada diriku sendiri. Aku sudah bilang kalau aku baik-baik saja, dan itu kenyataannya" sambung Fayla, Alfa bersedekap memandang Fayla
"Aku sudah bilang peran itu sama sekali nggak cocok buat kamu. Jadi hentikan saja, hentikan sikapmu itu" Fayla semakin kuat mengepalkan tangannya
"Kenapa kau bersikap seperti ini?" Alfa mengusap air mata yang jatuh di pipi Fayla"Because I'm your Boyfriend. You're mine. Dan bakal terus begitu. Aku ingin kamu bisa menjadi apa adanya dirimu saat bersamaku. Saat kau bahagia, senyum dan tertawalah bersamaku. Saat kau marah, tunjukkan amarahmu padaku. Saat kau sedih, menangislah di pelukanku. Aku ingin kamu menunjukkan itu semua, tanpa ada yang kamu sembunyiin. Aku selalu ada buat kamu, bagaimanapun keadaan mu....... Loh loh, kok tambah nangis sih" seruan Alfa itu membuat tangis Fayla tercampur senyum.
'Bisa-bisanya Alfa masih bisa bercanda disaat seperti ini. Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu, bagaimana bisa dia membuatku......' batin Fayla
"Padahal aku niatnya mau ngehibur kamu, kok malah ngalirnya tambah deres tuh air mata. Hujan aja sampe berhenti, gara-gara air matamu lebih deres dari hujannya" benar saja hujan mereda, meninggalkan rintik-rintiknya. Mendengar itu, Fayla mendecih mengalihlan pandangannya. Lengang sejenak.
"Ay?""hmm?"
"Aku nggak bakal maksa kamu buat cerita, tapi kapanpun kamu mau cerita, aku ada disini, selalu" Fayla terenyuh mendengarnya"Makasih Al, makasih buat pengertiannya" Alfa tersenyum mengangguk sembari mengelus pipi Fayla yang sudah seperti es.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is He? (END)
Misteri / Thriller"aku nggak tau kamu siapa, aku nggak tau apa alasanmu mendekati gadis sepertiku. Tapi aku bersyukur memilikimu di sisiku. Hanya kaulah sandaran terkuatku" Fayla Putri Iffani "aku tak peduli dengan bentuk fisikmu, aku mencintaimu.. Itu saja. Kecantik...