Bab 7

1.4K 68 0
                                    

Sore ini satu kelas akan mengumpulkan perlengkapan kemah. Tapi nyatanya setelah dua puluh menit berlalu, tak ada yang datang. Hanya ada aku seorang diri. Dasar jam karet.

Aku duduk di bangku depan kelas dengan earphone yang terpasang di telinga.

"Door!" tteriak Alfa mengangetkanku, dia muncul tiba-tiba

"Kyaa!!" teriakku kaget, Alfa tertawa melihatku terkejut. "Ngagetin tau nggak!" pukulan ringan mendarat di bahu Alfa

"Abisnya sendirian aja, lagi dengerin lagu apa sih" tanpa permisi alfa langsung duduk di sebelahku dan menarik satu earphone dan dipasang di telinganya. Kami mendengarkan satu lagu dan menikmatinya.

"Acieee sweet banget sih, dengerin lagu berdua" langsung saja aku menoleh dan betapa malu nya aku disana sudah ada beberapa teman ku yang menatapku dan Alfa.

"Masuk aja yuk, jangan gangguin mereka, lagi asyik tuh" sambung Windi. 

Ah malunya. Alfa menggaruk tengkuk dan aku menjadi salah tingkah karenanya.

Suara ponsel Alfa membuatku berdehem, Alfa segera mengangkatnya. Alfa sengaja menjauh, sesaat kulihat kening Alfa berkerut. 'Ada apa?' tanyaku dalam hati.

"Ay gue balik dulu, ada tugas nih. Lagian temen-temen lo udah dateng juga kan"

"Eh. I-iya, oke , ati-ati di jalan" Alfa tersenyum menanggapiku dan berlalu pergi. Tapi perasaanku ada yang aneh melihat dahi Alfa tadi berkerut. Semoga semua baik-baik aja.

.......
Keesokan sore nya, kami sudah berkumpul lagi di dalam kelas. Kali ini Yoga kembali membagi kita dalam beberapa kelompok. Di setiap kelompok harus ada yang paham akan pramuka, khususnya tali temali.

Aku berada di tim membuat gapura. Pengetahuan ku nol besar jika harus berhubungan dengan simpul dan teman-temannya.Yoga sedang menyusun tiang gapura yang akan dibuat. Aku membantunya mengambil bambu dan menyusunnya sesuai perintah Yoga dan juga, Ardi.

Sial banget kan harus satu tim dengan dia. Tapi aku harus tetap profesional.

Sejak kemarin Alfa juga tidak mengabariku, tidak ada pesan apapun. Karena tidak fokus bekerja, aku tidak tau jika ada paku berkarat di bambu yang aku ambil. Alhasil paku itu menusuk jempolku. Aw, ringisku.

Darah muncul darisana, kurasakan tangan seseorang meraih tanganku kemudian. Ardi berjongkok di depanku, ku tarik tanganku namun Ardi menahannya. Meskipun luka kecil, tapi tetap saja itu terasa perih. Ardi kemudian menuntun untuk membasuh lukaku.

Aku meringis perih saat lukanya tersentuh air. Ardi mengeluarkan obat merah dan hansaplast. Lagi-lagi terasa perih saat obat merah itu membasahi lukaku. 

"Lain kali kalo kerja jangan ngelamun" ingatnya yang membalut jariku dengan hansaplast. Aku hanya diam.

Setelah Ardi selesai mengobati, aku langsung beranjak pergi. Karena jujur saja tidak nyaman untukku untuk terus dekat dengannya, terlebih setelah mendengar tentang pacar barunya.

Langkahku terhenti saat Alfa tengah berlari menghampiri. Syukurlah. 

"Ini jempol kenapa?" Alfa meraih tanganku

"Cuman ketusuk paku"

"Astaga, makanya ati-ati dong Ay"

"Lebay banget sih" aku menghela tangannya "Lagian lo kemana sih, kok nggak ada kabar?"

"Yaelah, baru di tinggal sehari aja, udah galau gitu" jawabnya dengan melirik sekilas ke arah belakangku, Ardi masih berada di belakang.

"Ih apaan, gue kan cuman tanya. Kalo nggak mau jawab yaudah" jawabku melenggang pergi tapi ditahan Alfa

"Gue kemaren ada tugas, jadi harus buru-buru. Lo nggak usah khawatir, gue nggak mungkin ninggalin lo" aku terdiam dan sedetik kemudian aku tersenyum mendengar jawaban Alfa.

Karena Alfa disini, ia bersikeras untuk membantu. Yoga pun juga mengizinkan dengan alasan agar cepat selesai, lagipula badan Alfa yang berotot itu cukup membantu juga.

Author POV

Siang ini teman sekelas Fayla sudah mulai bekerja melanjutkan pekerjaan mereka, begitu pun Alfa. Saat ini Alfa, Yoga, dan Ardi tengah membuat gapura untuk kelompok putri, sedangkan untuk putra telah di selesaikan kemarin. Fayla dan beberapa siswi lainnya sedang menyiapkan warna cat untuk menghias gapura.

Fayla telah mencampurkan beberapa warna yang menghasilkan warna yang cukup apik untuk masing-masing gapura. Fokus Fayla teralihkan pada Alfa yang sedang mengangkat sebuah panggilan dari ponsel nya. Dahi Alfa kembali berkerut, membuat Fayla semakin penasaran dan khawatir.

Tak lama kemudian Alfa menghampiri Fayla dengan terburu-buru "Ay, aku pergi dulu ya, ada urusan bentar. Nggak papa kan?"

"Eh iya nggak papa, tapi ada urusan apa Al, kok keburu gitu?"

"Bukan apa-apa kok Ay, bentar aja" Alfa beralasan.

Fayla menatap punggung Alfa dengan tatapan penuh curiga. Entah ada setan apa yang merasuki tubuh Fayla saat ini, Fayla tiba-tiba berdiri dan meminta izin pada Yoga untuk keluar mengikuti Alfa

Who Is He? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang