"AALL!!!"
Aku terbangun dari mimpi burukku. Mimpi itu lagi? Kenapa mimpi itu muncul lagi? Apa maksudnya?
Tubuhku sudah dibanjiri dengan keringat, nafasku memburu, dan kepalaku terasa sangat berat sekali.
Aku mengambil segelas air di nakas dan meminumnya. Aku kembali mengatur nafasku.
'Tuhan tolong jaga Alfa, jangan biarkan dia terluka, kumohon. Semoga mimpi ini tidak mengartikan apapun, Tuhan, aku mohon beri kami semua perlindunganMu. Semoga kami bisa menyelesaikan semua ini tanpa ada yang terluka sedikitpun"***
Mataku mengerjap, melihat jam menunjukkan pukul 06.15. Apa? Aku terlambat! Aku berlari menuju kamar mandi. Mandi dengan cepat dan mengenakan baju dengan kecepatan turbo.Aku meraih tas dan bergegas turun. "Kak, aku berangkat dulu!!" aku setengah berteriak berpamitan pada kak Ana yang ada di dapur
"Nggak sarapan dulu?"
"Nggak! Aku nanti ada penilaian renang jadi pulangnya agak telat" aku memakai sepatu dengan cepat
"Hati-hati" seru Ana setengah berteriak.
Entah kenapa pagi ini aku berteriak seperti itu, kak Ana juga. Kenapa sepagi ini harus ada teriakan. Aku geram sendiri memikirkannya"Ayo Fay, buruan, katanya telat" kak Fian sudah siap dengan motor sport Alfa, entah bagaimana bisa kak Fian bisa mendapatkan kuncinya, nggak permisi dulu lagi sama pemiliknya.
Tapi biarin sajalah, yang penting sekarang aku harus tiba di sekolah tepat waktu. Toh kak Fian nggak mungkin juga kan mau ngejual tuh motor."Jalan!" perintahku saat sudah duduk di belakang. Kak Fian langsung tancap gas tanpa memberi aba-aba, membuatku sedikit 'terhempas' ke belakang sebelum akhirnya mencengkram bahunya kuat.
Kemampuan berkendara yang buruk.Semua murid kelasku sudah siap dengan pakaian renang mereka masing-masing. Sebelum masuk ke kolam, mereka sudah melakukan pemanasan. Dan itu harus banget, karena kalo nggak, takut kaki tiba-tiba kram waktu renang.
Guru olahraga kami memberi waktu 15 menit untuk berlatih sebelum melakukan penilaian. Aku memakai baju renang yang menempel pas di tubuhku, untung saja tubuhku kali ini tidak sebesar dulu. Aku mengikat rambutku yang tergerai bebas dengan kuncir kuda, mengeratkan ikatannya sampai ke atas.
Aku menunggu giliran untuk mendapat penilaian. Edo sudah dipanggil, itu berarti sebentar lagi giliranku. Aku sudah bersiap di tempatnya.
Saat tiba giliranku, aku mengatur nafas sebelum melompat dan berenang sampai ke seberang kolam. Aku sangat suka berenang, kemampuanku yang satu ini tidak bisa dianggap remeh. Kalau hanya seperti ini saja, itu bukanlah hal yang sulit buatku. Dengan mudah aku bisa berenang menyeberangi kolam dengan sangat cepat. Pak guru pun sudah memberiku nilainya.
"Ay, renang disana yuk" aja Meysha dan yang lain ke kolam yang ada seluncurannya. Banyak dari mereka yang mulai naik untuk bisa merasakan sensasi meluncur di perosotan. Dan sayangnya aku tidak tertarik menaikinya. Aku lebih suka berenang bebas sambil menikmati segarnya air menggenangi tubuhku.
Dug..
Aku merasakan kaki ku kepentok sesuatu di dasar kolam. Sakit rasanya dan terasa perih. Keluar dari kolam benar saja jari tengah kakiku berdarah.Dengan berjalan terseyok-seyok aku menuju tas ku yang ada di salah satu gazebo pojok dekat pohon rindang. Aku meraih tasku dan mengambil sebotol air minum disana, hanya sedikit orang yang berlalu lalang di sekitar sini, aku duduk dan menaikkan kaki agar aku bisa membilas dan membersihkannya.
"Aw..aw" aku memekik perih saat air menyentuh lukaku
"Lo yang bilang ke gue buat ati-ati tapi elo sendiri luka kayak gini" aku mendongak ke asal suara
"Alfa?" aku sudah akan berdiri tapi Alfa menahanku dan membuatku duduk kembali.
Rasa bahagia dan terkejut campur jadi satu, aku tak bisa mengungkapkan kebahagiaanku saat melihat pria ini kembali dengan keadaan selamat.
Alfa berjongkok dan menaikkan kakiku. Dia membalut lukaku lembut dengan saputangan putih. Perlakuan manis Alfa ini membuatku tersenyum
"Kapan sampai? Kok nggak ngabarin sih" protesku saat Alfa beranjak duduk di sebelah
"Barusan. Tapi sumpah Ay, setiap kali aku nggak ada, ada aja yang bikin kamu luka. Dulu jempol sekarang kaki" geram Alfa
"Aku juga nggak tau kali Al, aku juga nggak mau luka kayak gini kali, tadi itu kayaknya kaki ku kepentok sama keramik yang lubang deh"Alfa mendesah berat "Lain kali lebih ati-ati dong, untung aja aku selalu dateng di waktu yang tepat" Alfa mengelus puncak kepalaku, aku sangat suka saat dia melakukan itu
"Gimana? Semua lancar kan? Kamu nggak ada luka kan?" Aku mencomot topik, jujur saja aku masih khawatir
"Udah, aku juga udah nemuin paman"
"Serius kamu?" kabar yang sangat membahagiakan
"Iya, dia sekarang ada di rumah sama Akbar dan yang lainnya. Tadi kak Ana yang ngasih tau kamu disini, makanya aku buru-buru deh kesini. Harusnya tuh kamu nyambut aku pake pelukan kek, atau apa gitu, eh ini malah disambut sama luka" dia menyentuh dan mengusap luka yang tertutup sapu tangan itu dengan lembut"Al, kamu nggak seharusnya nyentuh kaki aku kayak gitu" aku menarik tangannya dari kaki ku "Rasanya aneh aja ada cowok yang megang kaki ceweknya, kehormatan seorang laki-laki, kamu tau?"
Alfa menggeleng "Itu ajaran jaman old Ay, jaman sekarang itu udah biasa. Kan kayak di novel-novel roman gitu"
"Aku tau, tapi tetep aja, dengan nyentuh kaki cewek? Nggak Al, aku nggak mau, kecuali yahh dalam keadaan mendesak"
"Tapi itu tadi kan mendesak"
"Yang pertama iya, tapi yang kedua?" aku menggelengkan kepala, Alfa menarik nafasnya panjang
Alfa tak punya pilihan "Iya deh iya, apapun yang kamu mau"Aku selalu suka melihatnya pasrah seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is He? (END)
Mystery / Thriller"aku nggak tau kamu siapa, aku nggak tau apa alasanmu mendekati gadis sepertiku. Tapi aku bersyukur memilikimu di sisiku. Hanya kaulah sandaran terkuatku" Fayla Putri Iffani "aku tak peduli dengan bentuk fisikmu, aku mencintaimu.. Itu saja. Kecantik...