Author POV
"Anyway, apa kau tak merindukan gadis itu?" pertanyaan Zack membuat Alfa menghentikan kegiatan mengecek berkas di ruangannya
"Gadis yang mana?"
"C'mon boys, tentu aja Fayla. memangnya ada berapa gadis yang kau kencani selama ini. Tidak ada. Kadang gue sampai takut ngeliat lo tau nggak" cibir Zack yang mendapat lemparan kertas dari Alfa
"Sialan lo, gue itu cuman nyari yang bisa buat gue nyaman. Dan gue nggak mau deketin cewek kalo gue nggak ada feel sama cewek itu. Karena menurut gue sekalinya gue jatuh cinta, gue bakal ngelakuin apapun buat orang itu" Alfa beranjak beridir di depan jendela besar yang memperlihatkan indahnya kota London dengan memasukkan tangannya di saku celananya
"So? Apa lo udah ada feel sama Fayla? Apa jangan-jangan lo udah jatuh cinta sama dia?" Alfa menatap kosong keluar jendela tak menjawab satupun pertanyaan Zack.
"Shit, seems like I'm talking to this paper, right?" Zack kini berjalan mendekati Alfa "What happen bro? There is something wrong? Tell me!"Alfa mendesah pelan "Gue lagi kepikiran dia aja. Masalahnya hubungan gue sama dia sekarang lagi nggak baik"
"Why?" Zack kini menaruh penuh perhatiannya
"Fayla, dia ngeliat gue waktu gue ngejalanin 'tugas'. Dan parahnya dia ngeliat waktu orang itu nembak dirinya sendiri. Gue bahkan nggak bisa mbayangin ketakutannya saat itu"
"What! Kok bisa?"
"Salah gue juga sih, waktu gue angkat telfon dari Akbar ada Fayla disana, dia curiga, makanya dia sampe ngikutin gue. Dan lo tau sendiri, gue nggak bisa ngomong yang sebenernya, yah paling nggak untuk saat ini" terang ku
"Wahh, bener-bener gadis lo itu, susah ditebak kayaknya. Gue makin penasaran sama wajahnya...." belum sempat dicegah, Zack sudah meraih ponsel Alfa yang berada di meja kerjanya. Ia membuka galeri. Dapat.
Zack mengamati wajah Fayla "Manis sih, tapi....." Zack mencembungkan kedua pipinya melanjutkan kata-katanya. Alfa nampaknya kesal dengan cibiran Zack, diraihnya ponselnya dari tangan Zack.
"Dia, beda. Gue dibuat jatuh cinta sama matanya. Fisik bisa berubah, tapi kecantikan hatinya nggak akan berubah. Dan gue nggak suka lo ngehina Fayla kayak tadi. Jangan nge-judge seseorang dari bentuk fisiknya bro, karena itu bisa menipu" jawab Alfa sambil melihat lekat foto Fayla, dia begitu merindukan gadis ini.
"Wo woo.. Oke oke. Kata-kata lo bener banget, sorry karena udah nyinggung perasaan lo tadi. Sensitif banget sih pak CEO ini" cibir Zack yang membuat Alfa jengah.
"Trus, elo udah nyiapin buat acara ulang tahun perusahaan Rizer itu?" Zack kembali duduk di sofa ruangan Alfa
"Emang gue harus nyiapin apa? Toh itu acara ulang tahun biasa kan? Lagian Om Brian ribet banget sih, elo kan juga bisa jadi perwakilan gue buat dateng ke acara itu" cicit Alfa
"Enak banget elo ngomong ya, gue juga ada urusan kali. Gue ada kencan minggu ini. Lagian ada untungnya juga kan buat nambah rekan bisnis lo, gue denger banyak CEO yang bakal hadir di acara itu" Zack meneguk minuman kalengnya, Alfa memutar bola matanya.
***
Gemerlapnya lampu pesta menerangi setiap sudut ballroom hotel milik keluarga Rizer. Alfa sudah siap dengan tuxedo hitam yang melekat sesuai bentuk badannya, dengan rambut yang tertata rapi menambah tingkat ketampanannya.Alfa berbincang-bincang dengan rekan bisnis yang ia kenal, dan teman bisnisnya itu mengenalkan teman bisnisnya yang lain pada Alfa. Senyum Alfa sesekali ia perlihatkan untuk lebih mudah menarik perhatian. Acara ulang tahun itu berlangsung cukup meriah, Alfa berjalan mengambil minum, ia memperhatikan setiap orang yang ada di pesta itu. Semua tampak berkilau dengan perhiasan yang menempel di tubuhnya, itulah yang membuat Alfa muak. Kalau saja bukan untuk perusahannya, Alfa tidak akan mau pergi ke acara seperti ini.
Fokus Alfa tiba-tiba tertuju pada seorang gadis yang tampak tidak melihat jalannya. Alfa setengah berlari menghampiri, ditariknya lengan gadis itu hingga menabrak dada bidang Alfa. Gadis itu tersentak kemudian mendongak menatap wajah Alfa, sang gadis cukup terpesona akan ketampanan Alfa.
"Sorry, tapi lain kali sepertinya anda harus memperhatikan jalan" Alfa melepas pegangannya dan menunjuk ke arah lantai yang basah. Gadis itu tak bersuara dan hanya menatap wajah Alfa
"Tunggu!" cegah gadis itu saat melihat Alfa hendak berbalik "Makasih udah nolongin, sepertinya umur kita nggak terlalu jauh, gue Celyn" gadis bernama Celyn mengulurkan tangan
"Alfa" Alfa membalas uluran tangan Celyn.
"Celyn?" suara seorang pria paruh baya tiba-tiba mendekat, pria itu mengambil tempat di sebelah Celyn.
Tangan Alfa mengepal menahan emosi ketika melihat pria didepannya 'bagaimana bisa dia disini?'
"Iyah Pa" jawab Celyn yang membuat pandangan Alfa beralih ke Celyn
'Papa? Ah, jadi dia putrinya'
Alfa sudah tak tahan lagi melihat pria di depannya ini, dengan tenang Alfa mencoba meredam emosinya "Baiklah, saya permisi" Alfa membungkuk memberi hormat pada pria paruh baya itu sebelum berbalik menjauh dari anak dan bapak satu itu.
Rahang Alfa mengeras, tangannya mengepal, sorot matanya sarat akan tatapan membunuh 'Setelah sekian lama, pria itu muncul di hadapanku. Aku tidak akan melupakan bagaimana orang itu menghancurkan keluargaku'
--
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is He? (END)
Misterio / Suspenso"aku nggak tau kamu siapa, aku nggak tau apa alasanmu mendekati gadis sepertiku. Tapi aku bersyukur memilikimu di sisiku. Hanya kaulah sandaran terkuatku" Fayla Putri Iffani "aku tak peduli dengan bentuk fisikmu, aku mencintaimu.. Itu saja. Kecantik...