Bab 57

805 38 0
                                    

Pagi-pagi teriakan Fayla terdengar mengudara "Al, buruan! Udah telat ini"
"Bentar lagi bawel!" Fayla mendesis, geram menunggu Alfa.
Pasalnya hari ini mereka akan menghadiri wisuda Ana dan Fian.

Jika kesiangan pasti akan terjebak macet. Ana sebenarnya sudah mengusulkan untuk mereka menginap di hotel, daripada harus jauh-jauh berangkat dari rumah Alfa. Tapi Fayla menolaknya dan Alfa senantiasa menuruti perkataan gadisnya.

Alhasil seperti inilah pagi mereka, Alfa tak kunjung keluar dari kamarnya. Entah apa saja yang dilakukannya.
Fayla mengibaskan tangannya gerah, sudah 20 menit Fayla menunggu Alfa  'dandan'.

Kalau harus menunggu lebih lama lagi, bisa-bisa make up Fayla luntur. "AALLL! Buru...an"

'Oh Woww!' Fayla takjub dengan pemandangan indah di depannya.

Alfa terlihat tampan sekali, bukan, tapi sangat sangat sangat tampan sekali. Fayla sampai harus menggunakan majas hiperbola untuk menggambarkan ketampanan pangerannya.

Balutan jas navy melekat sempurna pada tubuh atletis Alfa, rambutnya tertata rapi. Sempurna.

Sama seperti Alfa, Fayla mengenakan dress berwarna senada dengan kerudung yang menutup mahkota rambutnya dengan sederhana namun tetap elegan.

Mata Fayla seakan tak ingin lepas memandangi anugerah Tuhan yang kini duduk bersebelahan di mobil.

"Ay, aku tau aku ganteng, tapi nggak usah gitu juga kali natapnya. Kamu kayak mau macem-macemin aku, tau nggak?" Alfa sampai takut sendiri dengan Fayla yang sedari tadi terus menatapnya

"Aku nggak suka kamu dandan kayak gitu" Fayla bersedekap kesal
"Kok gitu?" Alfa melirik mengernyit

"Entar banyak cewek yang liat-liat kamu gimana atau jangan-jangan kamu sengaja dandan kek gitu biar diliatin cewek-cewek yaaa" Fayla menatap penuh curiga "Dasar cowok! Kamu keliatan sempurna, sedangkan aku....."

Fayla merasa dirinya tak pantas bersanding dengan Alfa, bukan apa-apa, hanya saja melihat penampilannya saat ini, benar-benar sederhana.

Ciiitttt......
"Aduh!" Fayla mengaduh "Kok ngerem mendadak sih!" Alfa bergerak menatap Fayla seakan menghipnotisnya

"Kamu cantik. Cantik banget malah. Kamu nggak perlu khawatir sama cewek-cewek diluar sana, aku tampil kayak gini bukan buat mereka, tapi buat kamu. Aku yang harusnya khawatir, entar banyak cowok-cowok mahasiswa liatin kamu, kamu kan matanya suka kemana-mana"

Fayla tak bisa menahan tawanya "Ishhh, kamu tuh pinter banget cari alesan, pake mataku lagi dibawa-bawa"

"Emang bener kan, dulu kamu ngeliatin Ardi sampe melotot gitu kan, kayak mau copot tuh mata" balas Alfa

"Nggak copot juga kali Al, lebay deh. Yaudah buruan jalan"
Fayla memberi isyarat untuk jalan, namun keduanya tak bisa menutupi senyum mereka.

Setelah kejadian di tebing waktu itu, kesedihan dan ketakutan Fayla berangsur sirna. Berkat Alfa, Fayla bisa melanjutkan kehidupannya seperti biasa.

Fayla pun masih tinggal dengan Alfa. Bukan apa-apa, Alfa khawatir jika harus meninggalkan Fayla sendiri terlebih kondisi Fayla yang masih terguncang.

Dengan bantuan Akbar dan Zack, dengan mudah Alfa memindah tangankan perusahaan Farabi atas nama Fayla.

Untuk sementara, Alfa yang memimpin perusahaan, sebelum nantinya Fayla meminta Ana untuk menggantikannya.

Jujur saja, Fayla tak mengerti apapun tentang dunia bisnis, terlebih saat ini di masih sekolah. Untuk itu, Fayla meminta Ana untuk bekerja di perusahaan Farabi setelah kelulusannya hari ini.

****
Fayla bergerak tak nyaman di tempat duduk tamu, pantatnya terasa panas.
Bagaimana tidak, ada ratusan bahkan ribuan mahasiswa yang di wisuda hari ini.

Satu per satu, mereka maju untuk melaksanakan ritual wisuda, belum lagi dengan penampilan  hiburannya. Lama sekali.

Namun akhirnya, setelah menunggu lama, Fayla bisa menemui kakaknya dan Fian. Alfa dan Fayla memberi selamat pada keduanya dan juga memberi sebuket bunga sebagai hadiah kelulusan.

Bahagia juga haru melihat kakaknya kini telah resmi menjadi seorang sarjana. Fayla berharap ayah dan ibu bisa menyaksikan kelulusan Kak Ana, ia yakin ayah dan ibu pasti bangga.

Untuk merayakan kelulusannya, Fian dan Ana mengajak Alfa dan Fayla untuk makan siang bersama di sebuah restoran mewah. Maklumlah, calon kakak iparnya ini kan berdompet tebal.

Canda tawa meghiasi siang mereka. Mereka saling bercerita dan melempar canda satu sama lain. Tapi tidak dengan Alfa, meskipun Alfa terlihat bahagia, namun ada perasaan sedih dalam hatinya.

"Kamu kenapa?" tanya Fayla sesaat setelah berpisah dengan Ana dan Fian

"Nggak papa" jawabnya singkat masuk ke mobil.

Fayla dibuat heran dengan sikap Alfa yang terlihat berbeda. Dalam perjalanan pulang hanya kesunyian yang terasa.

"Kamu beneran nggak inget hari ini kenapa?" Alfa tak tahan lagi menutupi rasa penasarannya

"Nggak tau, Kenapa sih?" Fayla mengedikkan bahunya tetapi Alfa hanya diam tak menjawab dan hanya fokus menyetir.

Kesunyian yang melanda itu membuat mata Fayla lelah, ia tertidur selama perjalanan membuat Alfa semakin kesal.

Ia tidak bisa menyalahkan Fayla karena melupakan ulang tahunnya. Alfa menghela napasnya berat.

Mungkin ulang tahun ke-25 ini, akan sama saja seperti dulu, tidak ada yang menyenangkan. Pikirnya

Who Is He? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang