Bab 13

1.1K 63 0
                                    

Tujuan pertama kami adalah Tanjung Benoa. Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, akhirnya kami tiba disana.

Saat pertama kali kita menginjakkan kaki di pantai, kita sudah disuguhi pemandangan yang indah banget. Banyak permainan air yang tersedia disana, seperti banana boat dan kawan-kawannya, tetapi Aku dan keempat sahabatku memilih untuk pergi ke pulau Penyu. Dan untuk bisa sampai disana, kami harus menyewa perahu.

Di tengah laut, kita berhenti sejenak untuk memberi makan ikan-ikan. Banyak sekali ikan yang berebut ingin makan. Lucunya.

Setelah terombang-ambing di tengah laut, akhirnya kami sampai juga di pulau Penyu.
Saat teman-temanku menyebut pulau Penyu, yang aku bayangkan saat itu adalah sebuah pulau yang masih alami berbentuk penyu dan di sekeliling pulau banyak penyu-penyu yang berkeliaran. Ternyata bukan, alasan disebut pulau penyu karena disana  ada tempat penangkaran penyu. Mulai dari bayi penyu sampai penyu yang gede banget. Dan ternyata juga, bukan hanya penyu saja, melainkan ada beberapa hewan lainnya, seperti burung, monyet, dan juga ular. Benar benar diluar ekspetasi.

Matahari mulai meninggi, setelah puas bermain dengan penyu-penyu dan juga berfoto disana, kami pun memutuskan kembali ke pantai.

Sampai di pantai, kami berlima memutuskan istirahat sejenak di pondok restoran dekat pantai.

Perjalanan kami dilanjutkan menuju pantai Pandawa. Jadi anak-anak yang sudah basah-basah an di Tanjung benoa tidak perlu mengganti pakaian mereka, cukup hanya dengan mengeringkannya, berjemur di bawah panasnya matahari. Toh sebentar lagi mereka bakal basah-basah an lagi.

Tidak seperti Tanjung Benoa, yang memiliki banyak permainan air, disana hanya ada sampan yang bisa dinaiki 2-3 orang saja. Dea dan Windi sudah naik sampan, begitupun Meysha dan Keira. Sedangkan aku? Aku hanya duduk-duduk di bibir pantai, sesekali aku memotret keempat sahabatku itu yang tengah asyik mendayung.

Kurasakan panas matahari mulai menusuk permukaan kulitku, kuputuskan untuk berteduh dibawah pohon beringin besar  dekat sebuah pondok. Kulihat mulai banyak wisatawan yang mulai berdatangan, termasuk para bule. Mereka bahkan sudah siap dengan bikininya. Astaga.

Pukul tujuh malam, perjalanan hari ini berakhir. Kami bergegas kembali ke hotel. 

Bus rombongan tiba di hotel tepat pukul 8 malam. Disana juga sudah disiapkan makanan untuk makan malam. Setelah membersihkan diri, Meysha  mengajakku untuk makan, tapi aku menolaknya.

Pasalnya ini sudah melewati jam makan malam, perutku tak terbiasa dengan itu. Aku menyuruh mereka makan tanpaku. Teman-temanku sudah pergi, tinggal aku seorang di dalam kamar. Merasa bosan akhirnya aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitaran hotel, untung saja tadi aku sempat melihat sebuah taman di dekat hotel. Jadi aku memiliki tujuan untuk menikmati malamku disana.

Author POV

Setelah makan malam, teman-teman Fayla memutuskan untuk segera menemani Fayla di kamar. Namun langkah mereka terhenti saat Alfa memanggil mereka. Teman-teman Fayla juga sudah tau keberadaan Alfa sejak kemarin dan Alfa melarang mereka untuk memberitau Fayla. Ya, Alfa memang saat ini sedang berada di hotel yang sama dengan Fayla.

Karena itu, kemarin malam dengan izin teman-temannya Alfa bisa masuk melihat Fayla tertidur di dalam kamarnya. Bukan tanpa alasan, selain menjaga Fayla, ada sesuatu yang harus dipastikan oleh Alfa disini.

"Loh Fayla mana?" tanya Alfa menghentikan langkah mereka yang akan kembali ke kamar setelah makan malam.

"Di kamar" jawab Meysha singkat "Kita balik duluan deh ya, kasian Fayla sendirian di kamar" timpal Keira, mereka kembali berjalan. Seakan tau maksud Keira, Alfa hanya mengangguk menanggapi. Alfa juga akan kembali ke kamarnya

Sampai di kamar, teman-teman Fayla panik karena Fayla tidak ada di kamar. Mereka sudah mencari di setiap sudut hotel tapi juga tidak ada. Panik

Tok. Tok. Tok. Tok.
Ketukan pintu yang keras dan bertubi-tubi itu membuat Alfa melompat dari kasurnya. "Ada apa?" tanya Alfa yang seketika ikut panik melihat kepanikan keempat sahabat Fayla

"Itu... Fayla nggak ada di kamarnya, kita juga udah cari di sekitar hotel juga nggak ada" jawab Meysha dengan nafas yang memburu

"Apa?! Kok bisa! sekarang kalian tenang aja dulu, pastiin jangan sampe ada yang tau dulu. Kalian bisa balik ke kamar atau bisa cari sekali lagi di sekitar hotel" perintah Alfa sambil mengambil jaket terdekat untuk menutupi kaos tipisnya, tapi yang terambil malah jas hitamnya.

Alfa sudah melangkah keluar hotel tetapi ponselnya bergetar.
Drrt... Drttt....

"Halo?"

"Kalo lo lagi nyari Fayla, dia sekarang ada di taman belakang hotel. Gue saranin lo buruan kesana, dia dalam bahaya!"suara bariton itu bagai sebuah petir yang menyambar pendengaran Alfa

Pip..
Belum sempat Alfa menjawab, panggilan itu terputus. 

'Apa maksudnya? Fayla dalam bahaya'. 

Setelah mendapat telfon misterius itu, Alfa berlari menuju taman belakang. Pikirannya sudah tak karuan.

Who Is He? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang