Bab 21

1.1K 47 0
                                    

Fayla POV

Masih ada dua hari lagi untukku beristirahat sebelum kembali memulai aktifitas sekolah. Setelah bersih-bersih rumah dari pagi sampai siang, aku merebahkan diriku di atas kasur dan tertidur dengan sangat pulas.

Dari dalam kamar aku mendengar suara orang yang sedang berbincang-bincang di ruang tamu. Aku mengenal suara itu, seperti suara kak Fian. Ya, aku yakin itu. Dengan mata yang masih mengantuk, kulirik jam dinding kamarku. Masih jam 3. 

"Yaudah bu, aku sama Fian pergi dulu ya,," kini suara kak Ana yang terdengar. Ingin rasanya menyapa kak Fian di luar, tapi rasanya gaya magnet kasurku ini kuat banget.

Suara berisik mereka sudah tidak terdengar, akhirnya kuputuskan untuk melanjutkan tidur meskipun hanya sebentar saja.

Ting tong..
Suara bel mengganggu pendengaranku "Siapa sih, gangguin aja, baru merem ini" erangku sambil menarik selimut hingga kepalaku.

"Oh, nak Alfa. Masuk masuk" suara ibu itu membuat ku terbelalak. Seketika itu pula, aku menyingkirkan selimut dan melompat mendekati pintu kamar. Telingaku sudah kutempelkan di pintu kamar.

Dug..

"Aw!" pekikku saat tiba-tiba saja pintu dibuka

"Kamu ngapain disitu? Ada Alfa di depan" tanya ibu yang nampaknya ikut terkejut karena aku berada di balik pintu.

"ngapain dia kesini bu?"

"Nggak tau, udah sana kamu mandi dulu. Cepetan" titah ibu yang sudah kembali ke ruang tamu. Secepat kilat aku mandi dan bersiap.

Kulihat Alfa dan ibu asyik mengobrol, aku menghampiri mereka dan duduk di dekat Alfa. Ada beberapa tas di sebelah ibu.
"Kok nggak ngabarin kalo mau ke rumah?" tanyaku saat duduk

"Aku udah line kamu tapi nggak dibales, yaudah aku langsung aja kesini. Nggak papa kan bu?"

"Iya nggak papa kok. Ini loh Fay, Alfa ngasih oleh-oleh banyak banget. Jadi ngrepotin."

"Nggak ngrepotin kok bu" Alfa tersenyum sopan "Oh ya bu, Ada yang ingin saya sampaikan ke ibu" perkataan Alfa membuatku panas dingin

"Iya, kenapa?" jawab ibu heran

"Begini bu, saya meminta izin ingin mengenal lebih jauh Fayla" ucap Alfa to the point.

'oh my.. Ini apa maksudnya?' 

Ibu tampaknya terkesiap selama beberapa detik, tapi ibu cukup ahli dalam bidang ini. Ibu menarik napas kemudian berkata, "Ibu nggak melarang, silahkan saja kalau nak Alfa ingin mengenal Fayla. Hanya saja, apa nggak terlalu cepat?"

"Untuk itu bu, saya menyampaikannya sekarang. Saya ingin ibu juga lebih bisa mengenal saya. Jadi ibu bisa menilai saya, saya tau, saya masih banyak kekurangan untuk itu saya perlu bimbingan ibu untuk bisa menjaga Fayla."

Aku cukup tertegun dengan kata-katanya begitu pun ibu.

"Tapi Fayla masih kelas dua SMA, dia masih perlu banyak belajar. Emosinya juga masih labil, apa kamu nggak masalah?"

"Tidak bu, saya tidak masalah. Sebelum saya menyampaikan niat saya, saya sudah memikirkannya. Saya sudah siap menanggung resikonya. Saya juga akan terus mendukung pendidikan Fayla"
Ibu terlihat mengangguk sedangkan jantungku sudah dag dig dug

Wahhh aku yang tidak ikut diinterogasi saja takutnya setengah mati, apalagi dengan Alfa. Tapi nampaknya Alfa tenang-tenang saja menjawab setiap pertanyan ibu

"Saya bekerja di London. Ah ini.." Alfa mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto saat ia di wisuda dan informasi tentang perusahaannya. Ia terlihat meyakinkan.

"Lalu, jika kamu ada disini, bagaimana dengan perusahaanmu disana? Maksud ibu, bagaimana kamu mengurus perusahaan jika pemiliknya saja disini"

"Ada teman saya yang membantu bu, dia sudah seperti saudara sendiri. Dia mampu menggantikan saya sementara jika saya sedang ada urusan seperti ini. Karena saya masih ada pekerjaan di Indonesia, jadi mungkin setiap satu minggu sekali saya akan kembali ke London untuk mengecek perusahaan" jelas Alfa

Aku seperti mati kutu melihat Alfa diintrogasi ibu 'Bagaimana bisa dia se gentle itu. He is so cute. Aku menyebutnya tampan dan berani'

"Baiklah kalau begitu, kalau ibu terserah sama Fayla nya. Yang penting kamu bisa ngemong Fayla dan menjaga nya. Dan selama itu tidak menganggu pelajarannya ibu setuju-setuju saja."

"Terima kasih bu, saya akan mengingat kata-kata ibu. oh iya, lusa saya akan kembali ke London untuk beberapa hari, untuk itu saya minta doanya bu"

"Iya, ibu doakan semoga kamu selalu diberi kesehatan, keselamatan, pekerjaanmu diberi kelancaran." Alfa tersenyum sedangkan aku ikut mengamini

Fiuhhh... Lega rasanya ibu memberi izin. Aku melirik Alfa yang tampaknya juga merasa lega. obrolan ringan pun terjadi diantara kami, ibu juga sesekali memberi wejangannya, karena maklum saja ibu adalah orang tua tunggal bagiku dan kak Anna.

Dulu kak Fian juga di introgasi seperti itu sama ayah. Kalau ayah yang mengintorgasi, sudah seperti tersangka, tapi untung saja kak Fian bisa menghadapinya.

Suara mobil kak Fian sudah terparkir di depan rumah, di sebelah mobil Alfa. 'Wihh udah kayak orang kaya aja, dua mobil parkir di depan rumah' pikirku

"Eh ada tamu. Halo" sapa kak Ana yang kemudian duduk bersama kak Fian. Alfa megangguk menerima sapaan Ana

"Kak Fian kapan dateng? Kok aku nggak tau" tanyaku basa-basi

"Tadi siang, lagian kamu kalo tidur ngebo banget" ledek kak Fian. Kulihat bibir Alfa sudah berkedut, aku mendesis menatap kak Fian jengkel.
"Tamunya nggak dikenalin nih"  kak Ana sudah melirik Alfa

"Oh, saya Alfa, temannya Fayla" kenal Alfa sembari menyalami kak Ana dan kak Fian

"Temen apa temen nih? Kok bawa bingkisan banyak banget" goda kak Ana saat melihat banyak bingkisan di sebelah ibu

"Ini oleh-oleh dari Alfa. Udah An, jangan digodain terus" sela ibu sebelum Alfa menjawab

"Kalo mau temenan sama Fayla, lo kudu ati-ati, dia itu diam-diam menghanyutkan. Fayla itu kalo ngomong sama orang yang baru dikenal itu ngirit banget, tapi aslinya bawel. Kalo udah marah, nyeremin. Jadi lo kudu ati-ati" ledek kak Fian lagi. Aku sudah melotot ke arahnya sedangkan kak Fian terkikik geli

"Gue udah pernah ngerasain marahnya Fayla, omong-omong. Emang nyeremin banget sih" timpal Alfa.

' Oh trima kasih untuk pujian kalian berdua' kesalku. Dan mereka semua tertawa.

"Sudah-sudah, kalian ini yah" Ibu menengahi

"Oh iya bu, aku rencananya mau pergi lagi sama Fian, mau cari makan sekalian jalan-jalan. Boleh kan bu?" izin kak Ana

"Iya, jangan malam-malam pulangnya" ingat Ibu

"Baik bu. Kalian ikut aja sekalian" tawar kak Ana

"Iya, ikut aja biar makin seru. Ibu ikut juga?" timpal kak Fian

"Nggak, ibu dirumah aja. Kalian aja yang pergi, habis ini ibu juga ada arisan. Ibu nggak mau ganggu urusannya anak muda."
Ibu berjalan masuk ke dalam rumah sedangkan kami bersiap pergi.

Bahagiaku hari ini tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan orang-orang seperti mereka. Aku tak butuh yang lainnya, mereka ada bersamaku itu sudah cukup. Benar kata ibu, materi tak menjamin seseorang untuk bahagia. Dengan kita bersyukur atas apa yang Tuhan berikan maka Tuhan akan memberikan kebahagiaan yang lebih dari kita harapkan.

Who Is He? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang