Aku pikir dia tidak serius dengan perkataannya, tapi aku salah. Dia benar-benar mengikutiku, dia bahkan tau nomor ponselku, padahal aku sama sekali nggak pernah ngasih.
Sudah 4 hari ini dia selalu memenuhi chat roomku, sesekali aku menanggapinya dengan malas, bukan apa-apa aku takut jika tidak membalasnya dia akan tiba-tiba muncul seperti kejadian di sekolah. Risih, saat tau ada penguntit gila seperti Alfa. Aku sudah ingat namanya, entah bagaimana aku merasa familiar dengan wajah itu.
Aku merasa pernah melihatnya, tapi dimana?
Aku meminggirkan motorku, berhenti di pinggir jalan. Aku merasakan gelangku melonggar dan hampir saja jatuh. Gelangku satu ini memang sudah sedikit longgar, aku sudah berencana memperbaikinya tapi belum sempat. Gelang dengan mutiara kecil ini adalah gelang kesayanganku.
"Eh, kembaliin gelang..... Alfa?" Alfa mengambil gelangku saat aku berusaha memasangnya. Alfa meninggikan tangannya "Siniin gelang gue, nggak lucu tau!"
"Ambil sendiri, nih nih" dia menggodaku, berjinjit membuatku semakin kesulitan meraihnya. Ini karena aku yang pendek atau dia yang terlalu tinggi sih, susah banget ngambilnya.
Geram karena tak dapat-dapat, aku mendorongnya membuat dia terhuyung dan jatuh. Gelangku terlepas dari genggaman Alfa dan terlempar ke tengah jalan. Sepeda motor melesat cepat, menindas gelangku. Tubuhku serasa lemas seketika.
Aku hendak berlari mengambil tapi ditahan Alfa "Lo gila apa! Nggak liat jalanan rame kayak gini"
"Gelang gue, itu gelang gue" aku melihat gelang yang putus dengan tatapan nanar
"Iya gue tau, udah nggak usah elo ambil, ntar gue gantiin"
Aku menghela tangannya yang menggenggam tanganku "Gue cuman mau gelang gue!" pergelanganku kembali ditahannya
"Ntar gue beliin yang mirip kayak gitu"
"Gue nggak butuh, lepasin gue!"
"Lo denger nggak sih gue bilang, jalannya rame.." sebelum dia melanjutkan kalimatnya, aku lebih dulu menyela
"Loo yang dengerin gue..." aku menatapnya dengan air mata yang tak bisa kutahan lagi "Itu gelang kesayangan gue, itu.... Gelang peninggalan ayah gue" aku melihatnya terkejut
"Ya ampun sorry, biar gue ambilin" Dia tampak merasa bersalah
"Udah nggak usah! Jalanannya rame, gelangnya udah rusak juga kan, percuma" aku benar-benar kehilangan tenagaku saat ini. Aku melepas genggaman tangannya dan kembali melajukan motorku.
'Ayah maaf, aku nggak bisa jaga gelang ayah. Maaf, hiks hiks'
Beruntung, ibu tidak menyadari kalau gelang ayah tidak terpasang di pergelanganku, ibu pasti marah kalau tau gelang itu hilang. Aku marah? Iya. Bukan pada Alfa, tapi pada diriku sendiri yang tak bisa menjaga hadiah dari ayah.
Aku memang seperti ini, aku selalu sensitif jika menyangkut sesuatu tentang ayah, aku selalu menangis jika mengingatnya.
-
"Ay, maafin gue" aku bukannya terkejut karena Alfa menghadang motorku di gerbang sekolah, aku terkejut karena dia memanggilku dengan sebutan 'Ay'. Sebutan yang sama seperti ayah memanggilku. "lo pasti marah banget ya sama gue, gue minta maaf""Siapa sih lo sebenernya? Gue heran, kenapa lo kayak gini? Kenapa tiba-tiba lo deketin gue? Gue bahkan nggak kenal sama lo" aku hanya ingin mengetahui siapa dirinya, tapi sepertinya dia tidak ingin mengungkap identintasnya, terbukti saat ini dia hanya diam dan itu membuatku kesal
"Udahlah,,, gue mau pulang, minggir!" aku sedikit memundurkan motorku dan melaju meninggalkan Alfa yang masih diam.
Hari ini aku enggan pulang. Aku ingin bertemu ayah, dengan bercerita dengannya aku bisa sedikit lebih tenang. Aku berlutut di samping nisan ayah. Setelah mendoakannya, aku menceritakan tentang kehadiran Alfa yang tiba-tiba sampai hilangnya gelang itu
"Yah, maafin Fayla. Ay nggak bisa jaga gelang ayah. Ayah pasti kecewa liat Ay dari atas sana, hiks hiks" aku menumpahkan keluh kesahku di samping gundukan tanah ayah.
Aku terlonjak ketika seseorang berada di sampingku "Ay, maafin gue" aku melihat Alfa ikut berjongkok di sampingku dengan,, menangis?
"Ngapain disini?"
"Gue.. Mau ngasih ini, maafin gue Ay, maafin gue" aku menerima kotak kecil yang ia sodorkan, melihatnya menangis membuat amarahku mulai menguap.
Betapa senangnya aku melihat gelangku sudah kembali, gelang itu kembali seperti sedia kala. "Gue harap lo bisa maafin gue dengan itu"
"Gue maafin, asal lo berhenti nangisnya" aku sudah tak tahan melihatnya menangis seperti itu.
Perlahan tangisnya mereda "Makasih Ay".
Ada rasa bahagia saat aku kembali mendengar panggilan itu, aku merasa ayah kembali dalam sosok yang berbeda. Aku mulai menerima kehadiran Alfa, setidaknya tidak sekaku kemarin. Kehadirannya seakan mengisi ruang kosong dalam hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is He? (END)
Mystery / Thriller"aku nggak tau kamu siapa, aku nggak tau apa alasanmu mendekati gadis sepertiku. Tapi aku bersyukur memilikimu di sisiku. Hanya kaulah sandaran terkuatku" Fayla Putri Iffani "aku tak peduli dengan bentuk fisikmu, aku mencintaimu.. Itu saja. Kecantik...