Bab 19

1K 48 0
                                    

Sebenarnya pamitnya Alfa bukan ke toilet, ia hanya beralasan untuk bisa pergi saat itu karena dilihatnya situasi sesuai dengan dugaannya.

Alfa pamit ke toilet karena ia melihat Wiro duduk bersama seorang tangan kanannya di sudut restoran itu, meskipun posisinya cukup jauh dari tempatnya, namun ia masih bisa melihatnya.

Setelah memastikan tidak ada anak buah Wiro lain disini, Alfa pergi untuk melancarkan sebuah rencana. Dengan menggunakan jaket dan masker yang ia pakai saat ini akan memudahkan rencananya.

Diam-diam Alfa berjalan menuju parkiran mobil, tepatnya mobil Wiro lah sasaran nya saat ini. Setelah melihat kondisi yang cukup aman, Alfa bergerak cepat memasang GPS mini di belakang mobil Wiro. Alfa memasang GPSnya di tempat yang cukup tersembunyi. Suasana malam yang gelap, sangat mempermudahkan aksinya.

Alfa duduk kembali di samping Fayla dengan membawa makanan ringan di tangannya. "Lama banget ke kamar mandinya" Fayla penasaran

"Habis beli ini dulu di depan" jawab Alfa sambil menunjukkan makanan ringannya

"Nggak makan?"

"Makan kok, tuh makanannya dateng" tunjuk Alfa, yang diikuti datangnya seorang waiters yang mengantar makanannya.

Setelah menyantap makan malam mereka, keempat sahabat Fayla pamit untuk melihat-lihat toko oleh-oleh yang ada di dalam restoran. "Kamu nggak ikut beli Ay?" tanya Alfa melihat keempat sahabat yang suka mengganggunya itu pergi

"Nggak"

"Kenapa? Aku liat di Joger tadi kamu cuman beli 3 baju doang deh Ay. Kamu nggak beli buat kakakmu sama ibu?"

"Ya itu buat mereka, buat ibu, kak Ana sama kak Fian. Lagian waktu di pasar sukawati aku juga udah beli beberapa juga kok, jadi cukup lah buat oleh-oleh"

"Plis deh Ay, kamu di pasar itu cuman beli daster sama baju satu. Dasternya pasti buat ibu kan? Brarti kamu cuman beli satu baju aja. Emang cukup?"

"Cukup kok, lagian bajuku masih banyak. Sayang kan kalo beli lagi. Nanti malah nggak ke pake" Alfa tampaknya masih belum puas dengan jawaban Fayla "Beneran udah cukup Al, dulu ayah sering banget beliin baju, jadi bajuku masih banyak. Aku itu beliin ibu baju soalnya aku kadang kasian liat ibu pake baju yang itu-itu aja. Kalo kak Ana, aku emang sengaja beliin couple sama kak Fian." jelas Fayla.

Alfa dibuat semakin kagum karena pemikiran Fayla. 

'gue bener-bener nggak salah pilih, gue bersyukur Fayla yang udah curi hati gue sejak awal' ucap Alfa dalam hati yang terus menatap kagum Fayla.

"Trus, lo beli baju segitu banyak buat siapa?" Fayla ganti bertanya " Itu.. Tadi gue liat lo beli baju banyak banget, buat siapa?" sambung Fayla memperjelas, karena Fayla cukup penasaran setelah melihatnya. Fayla takut Alfa membeli baju-baju itu untuk pacarnya mungkin, untuk itu ia harus memastikan.
Memikirkan Alfa punya pacar aja, udah ngebuat dada Fayla terasa sesak rasanya.

"Ohhh itu, itu buat sahabat gue, Akbar sama Zack, ah sama buat Om Brian"

'fiuhhh syukurlah'

"Mereka itu sahabat gue sejak di London, mereka juga yang bantu ngurus perusahaan." sambung Alfa

"London? "

"Iya London" Alfa mengangguk "Nanti deh, kapan-kapan gue ajak ke London" mendengar ajakan Alfa membuat Fayla antusias dan mengangguk senang mendengarnya.

"Jadi, gue itu punya perusahaan di London, dan si Zack itu yang bantu gue ngurus perusahaan" Fayla hanya ber'oh' ria. Fayla kemudian mendengar cerita Alfa dengan seksama.

***
Sedih rasanya bagi Fayla karena hari ini adalah hari terakhir ia berada di Bali. Meskipun ada sebuah insiden yang sangat mengguncang batin Fayla, tapi itu bisa ia lewati karena Alfa. Di sepanjang jalan menuju lokasi terakhirnya, pikiran Fayla melayang mengingat setiap detiknya bersama Alfa, kebahagiaan yang selama ini Fayla bayangkan, bisa ia rasakan bahkan melampaui bayangan kebahagiannya sendiri. Lokasinya kini cukup jauh dan menanjak dan berliku. Kabut mulai terlihat, mengurangi jarak pandangnya. Semakin lama jalannya semakin berliku, Fayla berdoa agar diberi keselamatan hingga pulang nanti.

Sampai di Bedugul, ke khawatiran Fayla seakan menguap melihat keindahan danau di depan matanya. Teman-temannya sudah turun, dan berlarian ingin melihat lebih dekat Pura yang dikelilingi danau itu.

Udara di Bedugul cukup dingin meskipun masih jam 4 sore.

Fayla memaki dirinya sendiri karena ia hanya memakai kaos lengan panjang. Sambil menikmati keindahan danau, Fayla terus memeluk dirinya sendiri karena udara dingin menembus menusuk kulitnya. Sesekali ia melihat keempat sahabatnya yang tampak bahagia. Mereka tak henti-hentinya 'wefie' membuat Fayla capek sendiri.

Who Is He? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang