Bab 31

868 44 2
                                    

"Aww.." pekikku saat tengah mencuci piring
"Kenapa Ay?" Alfa menghampiriku panik
"Nggak tau nih, tiba-tiba perutku sakit banget, Aww" Alfa semakin panik
"Kita ke dokter ya"
"Nggak! Aku nggak papa. Aku cuman butuh istirahat aja" tolakku cepat "tapi Ay, kamu kesakitan banget"
"Nggak papa Al, ini biasa kalo lagi waktunya?"
"Lagi waktunya?" Alfa membeo, aku mengangguk cepat dan Alfa sepertinya mengerti "Trus aku harus gimana?" Alfa mendudukkan ku di kursi.

"Aku boleh minta tolong nggak?" "apa?" jawabnya cepat
"Beliin aku obat buat ngredain sakitnya di apotek, sama beliin aku itu" Alfa mengernyit
"Itu apa?"
"Itu....." jawabku ragu dan Alfa sepertinya kembali mengerti "Tapi kalau kamu nggak mau, nggak papa kok. Biar aku aja yang beli" aku  akan beranjak dari kursi "Aww,," pekikku lagi sambil mencengkram erat perutku

"Aku yang beliin, kamu bilang aja aku harus beli yang mana?" putus Alfa 

"beneran, nggak papa?"

Alfa mengangguk.

Tepat setelah Alfa pergi, aku berlari menuju kamar Alfa. Ku buka satu per satu laci kamarnya, aku mencarinya dengan sangat hati-hati, dan tidak merubah posisi yang sebenarnya, agar Alfa tidak curiga.

'Sial, ditaruh mana sama Alfa' batinku. Aku terus bergerak cepat

'Dapat!' aku mendapatkannya, tersimpan di bawah tumpukan berkas di meja kerjanya.

Setelah memastikannya aman, aku segera berlari menuju kamarku dan menyembunyikan CD itu di dalam lemari bajuku.
Kudengar mobil Alfa sudah tiba, aku segera menarik selimut dan meringkuk kesakitan di dalamnya. 

Alfa mengetuk pintu
"Masuk Al" ucapku lirih. Alfa melepas topinya dan meletakkan di atas nakas kamarku
"Ini kan Ay?" tanyanya membuka bungkusan itu di hadapanku, aku mengangguk sambil meringis menahan sakit.

Aku menyuruh Alfa untuk keluar sebentar dan Alfa menurutiku. Aku bergerak menuju kamar mandi, rasannya jantung tidak hentinya berpacu cepat mulai tadi.
Saat ini aku mencoba menormalkan degup jantung yang sudah akan melompat ini.

Setelah menyimpan obat dan 'sesuatu' yang diberikan Alfa itu, aku melangkah keluar kamar.
"Al, ngapain disini?"  tanyaku memegang dadaku yang kembali berdegup kencang. Sia-sia saja aku menormalkannya tadi.
"Kamu nggak papa?" tanya Alfa khawatir
"Iya aku udah enakan kok. Maaf ya, gara-gara aku kamu harus beliin aku itu. Kamu pasti malu banget tadi" jujur saja untuk ini aku sungguh-sungguh merasa tidak enak
"Udah nggak papa" jawabnya sambil mengelus puncak kepalaku.

Sungguh aku semakin dilema, haruskah aku mengetahui semuanya? Apakah aku siap? Lamunanku itu membuat Alfa khawatir

"Beneran, kamu nggak papa? Apa kita ke dokter aja ya.."
"Nggak Al, aku nggak papa"
"Abisnya kamu diem terus" aku tersenyum mendengar betapa khawatirnya padaku.

Ada perasaan bersalah ketika melihat kekhawatiran Alfa saat ini. Tapi Fayla tidak mungkin membongkar rencananya ini. 

***
Malam ini aku sudah siap melihat isi CD itu, setelah memastikan pintu terkunci dan mematikan lampu kamar. Aku membuka laptop, memasukkan CD nya dan memasang earphone. Sebuah video. Klik... Video itu mulai berputar menunjukkan wajah ayah.

"Untuk kedua putri ayah. Maafin ayah, kalau kalian melihat video ini mungkin ayah sudah tiada. Tapi ayah harap kalian baik-baik selama ayah nggak ada. Ada sesuatu yang akan ayah sampaikan buat kalian berdua.

Untuk Ana, maafin ayah kalau selama ini ayah tidak bisa menjadi ayah terbaik buatmu, tapi percayalah ayah selalu berusaha menjadi ayah terbaik yang pernah ada. Semua kerja keras ayah itu semua semata-mata buat kebahagiaanmu dan keluarga kita.

Maaf jika selama ini ayah nggak punya banyak waktu buat kamu, sekali lagi ayah minta maaf. Ayah berterimakasih karena kamu sudah tumbuh menjadi putri ayah yang sangat ayah banggakan. Semoga bersama Fian, kamu bisa menjadi lebih baik lagi. Ayah selalu berdoa supaya kebahagiaan selalu menyertaimu. Dan ayah harap kamu juga akan bisa menjadi kakak terbaik untuk Fayla. Ayah percaya kamu bisa.

Untuk Fayla, ayah juga mau minta maaf sama kamu kalau selama ini ayah tidak bisa menjadi ayah yang baik buat kamu. Dan, sayang, ada sesuatu yang harus ayah ceritakan. Seharusnya ayah menceritakan nya dari dulu, tapi ayah tidak  punya cukup keberanian untuk menceritakan segalanya.

Dulu, ayah memiliki seorang sahabat. Kami bersahabat sejak kecil, kami selalu bermain bersama dan menghabiskan waktu kami bersama, namun kami berpisah sejak SMP, dia pindah bersama kedua orang tuanya ke Aussie. Sejak saat itulah ayah tidak  mendapat kabar apapun tentangnya.

Hingga suatu hari tiba-tiba sahabat ayah itu datang malam-malam ke rumah ayah dengan kondisi yang memprihatinkan, wajahnya terlihat begitu lelah.  Ayah cukup terkejut karena kedatangannya. Sahabat ayah- Chandra, Chandra Farabi kemudian bercerita tentang apa yang terjadi.

Dia mengatakan bahwa dirinya telah dikhianati oleh sahabatnya sendiri. Chandra meminta bantuan ayah untuk bisa menghentikan Wiro beserta X-Red dan meminta ayah melindungi keluarganya. Ya, Chandra, dia adalah papa kandungmu Fayla"

Tess... Seperti slow motion, bulir air mataku jatuh tanpa bisa kucegah. Jadi selama ini.... Aku bukan anak ayah? Bagaimana bisa?

"Waktu itu ayah, meminta papamu untuk bersembunyi sementara waktu dan membiarkan ayah mengurus hal itu. Dengan bantuan Brian, ayah menyusun sebuah strategi. Chandra juga mengatakan bahwa dia juga telah meminta bantuan kakaknya-Hans, dia adalah pamanmu. Ayah tidak tau, bantuan apa yang papamu maksud, yang jelas papamu mengatakan bersama Hans kita bisa membubarkan geng itu. Selama ayah menyusun strategi itu, papamu membawa keluarganya sembunyi di villa miliknya di puncak.

Papamu membawa istri dan kedua anaknya, Della Iffani dia mamamu, Varga Farabi kakak laki-lakimu, dan kamu sayang Fayla Putri Iffani. Ayah memberitahu papamu dan keluarga untuk segera kembali agar bisa menjalankan strategi menangkap Wiro.

Namun takdir berkata lain, di tengah perjalanannya papamu mengalami kecelakaan, mobilnya masuk ke dalam jurang. Mendengar kabar itu ayah merasa semua usaha ayah telah sia-sia. Saat  ayah menuju lokasi kejadian, disana ayah melihat mobil papamu sudah terbakar habis.

Ayah pikir ayah sudah kehilangan sahabat ayah, semua nya hangus terbakar tak ada yang tersisa. Namun ternyata Tuhan memberikan takdir yang lain, ayah mendapat kabar dari warga sekitar  jika bayi peremupuannya selamat, bayi perempuan itu ditemukan menangis tepat di pinggir jurang.

Saat itupula ayah merasa ada sebuah kekuatan disana, masih ada sebuah harapan. Ayah segera pergi ke rumah sakit dan melihat keadaan bayi itu, beberapa bagian tubuhnya dipenuhi bekas luka. Meskipun begitu, ada sedikit kelegaan disana karena putri sahabat ayah masih selamat.
Untuk itu ayah membawa Fayla kecil pulang rumah.

Maafin ayah Ay, baru bisa cerita lewat video ini. Sekali lagi minta maaf. Ayah harap kalian berdua bisa menjaga diri kalian baik-baik karena ayah mendengar bahwa Wiro mulai bergerak. Tapi kalian jangan khwatir, ayah sudah meminta bantuan Brian dan juga Alfa. Untuk itu kalian nggak perlu khawatir, yang penting kalian berdua bisa menjadi putri-putri ayah yang kuat dan saling menyayangi satu sama lain.

Percayalah, kasih sayang ayah akan slalu menyertai kalian. Jaga diri kalian putri-putri ayah. Ayah menyayangi kalian."

Air mataku terus mengalir tanpa suara.
Aku harap ini hanyalah mimpi buruk, aku harap aku akan segera bangun dari mimpi ini, kumohon..

Bahuku terus bergetar, menyadari bahwa ini semua nyata. Bahuku merosot seakan seluruh tenaga sudah hilang entah kemana.

Aku meringkuk di dekat ranjang menenggelamkan kepalaku, berharap saat ini juga ada yang menenggelamkanku ke dasar laut.

Aku tak bisa berkata-kata lagi. Jadi karena ini kah kak Ana menghindariku?
Jadi... Itu sebabnya Alfa datang secara mendadak dalam hidupku?
Apakah hubungan kita juga karena ini? Tidak ada cinta? Bagaimana mungkin?

Who Is He? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang