Bab 6

1.6K 74 4
                                    

Aku terkesiap, saat seseorang memanggil namaku tepat di telingaku. "Ah! Kau mengagetkanku!"

Ada Alfa disana. Teman-temanku menatap kami kebingungan. Bagaimana tidak, ada cogan disampingku. Jelas mereka akan kebingungan. Ya cogan satu ini selalu bisa menarik lawan jenisnya. Lihat saja seperti saat ini, kali ini ia memakai celana jins hitam dengan kaos warna putih yang ditutupi oleh jaket kulit coklat, rambutnya terlihat rapi dengan jambul yang telah di tata, ah satu lagi jam tangan yang melingkar di pergelangannya itu membuat penampilannya semakin...perfect.

Alfa menunjukkan senyum manisnya saat menyapaku, teman-teman yang lain seakan akan berteriak histeris saat melihat senyum itu. "siapa Fay?" Meysha bersuara

"Ah ini Alfa, ehmm Al kenalin ini temen-temenku. Meysha, Keira, Dea, dan Windi" kenalku pada Alfa.

"Al, mumpung ada lo, tolong sekalian fotoin kita ya" pinta Keira ramah. Dia bahkan tidak sungkan hanya karena mereka pertama kali bertemu. Menurutnya ini adalah kesempatan karena ada yang akan memfotokan.

"Iya sini biar gue fotoin, pake kamera siapa nih?" timpal Alfa tak kalah ramah

"Pake punya gue aja Al, gue bawa Mirrorless soalnya" jawab Meysha menyerahkan kameranya.

Alfa siap membidik, kami pun melakukan berbagai pose foto. Kulihat Alfa tersenyum geli saat sedang memfoto kami. Apanya yang lucu. Pikirku. Beberapa foto sudah kita ambil, kami pun melihat satu-satu foto kami. Bagus.

"Lo gak foto?" celetukan Windi seraya melirik ke arahku

"Boleh tuh, tolong fotoin gue sama Fayla ya, pake hp gue aja, emm.. hp lo juga mana Ay." Belum sempat menjawab, Alfa sudah mengambil ponselku dan menyerahkannya pada Keira dan tanganku sudah ditarik Alfa mendekat ke arahnya.

Tepat sebelum kami difoto Alfa tiba-tiba mendekat ke telingaku "Jangan cemberut gitu, entar keliatan tambah gendut" bisiknya. Alfa merangkul pundakku dan aku hanya tersenyum melihat ke kamera. Banyak pasang mata yang melihat pose kami. Ada yang menggigiti jarinya, ada yang curi-curi pandang. Lebay deh.

Foto kedua Alfa mengusap lembut kepalaku. Dan foto ketiga aku melingkarkan tanganku pada lengan Alfa, terkejut akan yang baru saja kulakukan, Alfa sontak menoleh dan menatap ke arahku.

Cekrek. 

Terdengar suara kamera Alfa yang menyadarkan pandangan kami. Kami berdehem memecah kecanggungan. Sebenarnya foto ketiga tadi aku sengaja melakukannya, karena saat itu aku melihat Ardi yang akan naik panggung. Merasa ingin membalas rasa sakit hatiku, aku melakukannya.

Di atas panggung, Ardi bersiap untuk bernyanyi. Suara alunan musik mulai terdengar.

Ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya
Yang kini hadir diantara kita
Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu
Yang slama ini temani hidupku-

Suara Ardi terdengar merdu, semua siswa hanyut ke dalam lagunya. Aku pun begitu. Aku dan teman-temanku beralih ke depan panggung dan Alfa mengekor

Maafkan aku, menduakan cintamu
Berat rasa hatiku, tinggalkan dirinya
Dan demi waktu, yang bergulir di sampingmu
Maafkanlah diriku, sepenuh hati mu
Seandainya bila, ku bisa memilih

Kulihat Ardi juga menikmati lagu yang dibawakannya hingga sampai dimana ia melirik ke arahku. Ya, benar-benar ke arahku. Mataku membulat seketika.

"Biasa aja kali, tuh mata mau copot kayaknya" ledekan Alfa sukses membuatku berdesis menatap ke arahnya

"Gue biasa aja kok, suara lo nggak bakal sebagus dia juga kan" timpalku yang tak kalah mengejek

"Wah, lo nantangin gue. Oke gue buktiin" jawabnya dengan percaya diri yang tinggi

Who Is He? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang