Bab 14

1.1K 63 0
                                    

Fayla  berlari dengan sekuat tenaganya menjauhi dua pria yang ntmpak tak bersahabat.

Pria-pria itu tiba-tiba saja menghampiri Fayla yang sedang duduk di taman. Karena taman sudah cukup sepi, Fayla mengumpat dalam pikirannya. Fayla berlari tak tau arah, hingga kedua pria itu menghadang jalannya. "Mau apa kalian? Tolong! Tolong!" teriak Fayla, namun pria didepannya malah tertawa menyeramkan

"Sudahlah, nggak akan ada yang denger. Lebih baik lo turutin apa maunya kita aja" jawab salah seorang pria bertubuh kekar

"Bener, kita nggak bakal nyakitin lo, asal lo mau nemenin kita malam ini" timpal pria satunya.

'Menemani? Nggak, nggak mungkin!' jerit Fayla dalam hati. Ia terus melangkah mundur menjauhi kedua pria yang terus mendekat.

Fayla sudah bersiap lari, namun pergelangannya ditahan pria bertubuh kekar

"Lepas! Lepasin!" berontak Fayla

"Lo bisa diem nggak" Plak.... 

Tamparan keras mendarat di pipi Fayla, membuat pipinya merah, sudut bibirnya berdarah, dan kerudungnya pun ikut terlepas.

Fayla memegang pipinya yang terasa panas, ia  kembali bersiap berlari lagi, namun bahunya sudah ditahan oleh pria berjenggot.

Srekkkk....
Sisi lengan baju Fayla sudah robek karena tarikan tangan pria itu. Ketidak seimbangan tubuhnya membuat Fayla terjatuh.  Tubuh Fayla bergetar saat salah seorang pria sudah mendekat dan berjongkok ke arahnya.

Di cengkramnya rahang Fayla kuat-kuat. Nafas Fayla sudah tidak teratur, ketakutan menguasai dirinya saat ini. Wajah pria itu sudah mendekat, Fayla semakin menundukkan kepalanya. Berharap seseorang menolongnya kali ini. 

'Alfaa!!'

Alfa terus menyusuri taman yang tampak sepi, hingga ekor matanya menangkap sosok pria di dekat bangunan kosong. Langkahnya semakin dekat dan semakin jelas pula sosok yang ada disana. Pria itu tidak sendirian, ada pria lain yang sedang berjongkok dan.... Fayla. Pria itu semakin mendekat ke wajah Fayla. Sial

Alfa segera menarik kerah baju pria agar menjauh dari wajah Fayla. Kedua pria itu terkejut. "Wah, ada yang jadi sok pahlawan ternyata" ucap pria bertubuh kekar. Alfa melirik Fayla yang sudah tidak berkerudung dan melihat sudut bibir Fayla berdarah. Seketika itu pula tangannya mengepal kuat dan rahangnya mengeras

"Brengsek!" teriak Alfa yang sudah menerjang pria kekar di dekatnya. Baku hantam pun tak terelakkan. Alfa seperti orang kesetanan, ia menerjang kedua pria itu tanpa henti. Meski sempat terkena pukulan di perutnya, itu tidak membuat Alfa kesakitan, malah membuat amarahnya semakin besar.

Satu pria sudah tumbang terkena tinjuan perut dan pelipis dari tangan Alfa. Tinggal satu pria lagi, pria kekar nampak mengambil sebongkah kayu. Alfa bersiap, kayu itu hampir mengenainya, namun Alfa mengelak dengan cepat. Alfa terus melawan hingga kayu terlepas dari tangan pria kekar itu, dengan gerakan kilatnya.

Bak gerakan slow motion, Alfa  meninju perut dan melepas tendangan mautnya di bagian kepala si pria. Pria kekar itu nampak terhuyung dan terjatuh. Alfa sudah bergerak mendekati kedua pria, namun keduanya segera bangkit dan lari terbirit-birit menjauhi Alfa.

Alfa mengatur nafasnya, agar normal kembali. Ia berbalik melihat Fayla yang meringkuk memeluk tubuhnya sendiri.Terlihat badan Fayla bergetar hebat, wajahnya menunduk ke tanah. Gadisnya itu benar-benar ketakutan sekarang. Kerudung yang terlepas, sudut bibir yang berdarah, dan bajunya yang robek. Alfa merasakan sebuah hantaman keras di dadanya saat melihat keadaan Fayla seperti ini.

Alfa melepas jas nya, menyampirkannya di badan Fayla, dan berjongkok tepat di depan Fayla.
Alfa memegang bahu Fayla dengan sangat hati-hati. "Tenang Ay, gue disini" ucap Alfa penuh perhatian.

Wajah Fayla tampak memerah, entah apa saja yang kedua pria itu lakukan pada gadisnya. Tubuh Fayla kembali bergetar hebat, ia menangis sejadi-jadinya. Alfa  memeluk gadisnya itu, membiarkan tangisan Fayla tumpah dipelukannya.

Cukup lama, hingga Alfa merasakan nafas Fayla  mulai teratur, Fayla sudah cukup tenang sekarang. Dilepaskannya pelukan itu "Kita balik sekarang ya" 

Fayla mengangguk pelan. Alfa sudah berniat menggendong Fayla saat ini, tapi Fayla menolaknya. Alfa memegang bahu Fayla untuk membantunya berdiri, dengan sangat hati-hati diangkat nya tubuh Fayla hingga ia berdiri dengan sempurna. Alfa sudah merangkul pundak Fayla dan membantunya berjalan.

Selama perjalanan pandangan Fayla kosong, Alfa semakin iba melihat keadaan Fayla seperti ini. Pikiran Alfa melayang dimana Ardi memintanya untuk ikut ke Bali jika Alfa ingin mengetahui identitas Ardi yang sebenarnya

*flashback on

Tepukan keras di pundak Alfa mengagetkannya, waktu ia baru saja pulang dari London dan saat ini tengah berdiri di depan sekola Fayla  "kemana aja lo, nggak pernah keliatan belakangan ini" kata Ardi yang sudah bersender di pohon

"Gue ada urusan, kenapa juga lo nyariin gue?" tanya Alfa yang kini sudah berdiri tegap menghadap Ardi

"Gue cuman mau bilang, gue nggak suka sama orang yang cari-cari tau identitas gue. Terlebih itu lo" 

Alfa mengernyit mencoba mengingat sesuatu. 'Ah, gimana gue bisa lupa sama orang ini. Akbar juga nggak ngasih info apapun. Tapi bagaimana dia bisa tau? Bener-bener ada yang aneh' 

"Kalo lo pengen tau siapa gue, dua hari lagi bakal ada rekreasi, elo bisa ikut kita ke Bali. Disana lo bakal tau siapa gue" sambung Ardi yang sudah akan beranjak pergi meninggalkan Alfa, namun langkahnya terhenti lantas berkata,

"Fayla makin cantik, omong-omong" Ardi melangkah menjauh, mengabaikan umpatan Alfa.

*flashback off

Who Is He? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang