"Eh Revan bawa siapa tuh?" Ucap seorang cewek.
"Itu kan cewek yang bawa Revan keluar kelas."
"Gebetannya kali."
"Oh no! My Revan kena pelet!"
"Tuh cewek siapa sih? Sok kecentilan banget."
"Gue mah santai. Stock cogan dikelas ini masih ada empat lagi kan?"
"Gak rela gue! Apalagi ceweknya model kayak gitu."
Eva menunduk mendengar cemooh teman-teman barunya. Sepertinya dia sudah mendapatkan banyak musuh dihari pertama masuk sekolah karena berdekatan dengan Revan. Eva sendiri tidak tau kalau Revan akan berubah menjadi semakin tampan dan keren setelah sekian lama tidak bertemu. Sangat berbeda dengan tiga tahun yang lalu, yang nampak biasa-biasa saja.
Tatapan mereka terus mengikuti Revan yang membawa Eva kambali masuk kedalam kelas, keduanya berhenti disalah satu bangku yang hanya ditempati oleh satu orang cewek saja. Eva menoleh keatas lebih tepatnya kearah Revan lalu kembali memandang cewek didepannya yang kini sedang konsen menatap layar ponsel dalam diam.
Revan menarik ponsel cewek itu sengaja hingga pandangan sang empu tertuju seketika pada dirinya.
"Ponsel gue, balikin gak! Ganteng-ganteng tukang copet lo ya?!" Bentak cewek itu tidak terima.
Revan menatap cewek itu datar. Sedangkan lawannya sudah menyerangnya dengan tatapan tajam. Alis Revan sedikit terangkat kala menyadari sesuatu, cewek didepannya itu berani membentaknya tanpa ada beban. Bahkan sejauh dia menempuh pendidikan di SMA Tunas Bangsa tidak ada yang menatapnya dengan tatapan seperti itu. Apalagi golongan cewek.
Revan menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Dikembalikannya ponsel bercassing ping itu diatas meja dan langsung disambar oleh yang punya.
"Siapa nama lo?" Tanya Revan.
"Ngapain tanya-tanya?! Mau PDKT ya. Ogah gue sama cowok pemaksa macam lo!" Ucap si cewek sewot lalu memandang seorang gadis yang berdiri disamping Revan. Jangan lupa dengan tangan mereka yang masih saling bertautan.
"Udah punya cewek juga masih aja kegatelan." Guman cewek itu yang masih bisa didengar Revan dan Eva.
Mereka saling menatap lalu Eva kembali menatap cewek itu sedangkan Revan menghela napas kasar. Cukup hari ini saja kesabarannya diuji, dia berjanji jika esok hari tiba siapapun yang memancing emosinya akan menanggung akibatnya.
"Bukan gue yang mau kenalan, tapi dia." Revan menunjuk Eva dengan dagunya.
Cewek itu memandang Eva yang ternyata sudah memandangnya dengan kepala yang sedikit tertunduk.
Sebisa mungkin cewek itu berekspresi biasa saja. Didalam hati dia berdoa semoga pipinya tidak mengeluarkan rona merah saat ini. Bisa gawat jika Revan sampai tau kalau dia sedang malu karena kepedean mengira cowok itu mengajaknya kenalan tadi.
"O-oh. Sini duduk sama gue. Jangan deket-deket Revan nanti ketularan nakalnya." Cewek itu menepuk bangku disebelahnya. Meminta Eva untuk ikut bergabung bersamanya.
Senyum kecil terbit begitu saja dibibir mungil Eva. Dengan segera dia melepas genggaman tangan Revan dan duduk disamping cewek yang akan menjadi teman keduanya setelah Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...