BAB 65: Meninggal

135K 9.5K 641
                                    


Eva, Indah, dan Lily.
Mereka bertiga berjalan beriringan melewati koridor sekolahan, melewati banyak siswa yang nampak berlalu lalang. Jelas saja, jam kini tengah menunjukkan pukul 06:30, jadi jangan heran jika sekolahan sedang ramai-ramainya.

"Gimana Chiko bisa punya kunci rumah aku?" Mengingat kejadian janggal kemarin membuat Eva terus merasa heran.

"Mana kami tahu. Orang kemarin tuh bocah tiba-tiba jemput gue terus lanjut jemput Lily. Katanya lo yang minta." Jawab Indah.

Langkah Eva terhenti, membuat langkah Indah dan Lily ikut berhenti, "Aku gak minta."

Lily menarik lengan Eva, membawa gadis itu kembali berjalan sebelum bel tanda masuk berbunyi, "Udah gak usah dipikirin. Lagian lo seharusnya bersyukur karena Chiko bisa buka pintu rumah lo. Kalau kagak kami berdua dan Nyokap lo terdampar didepan rumah."

"Lagian lo tega banget Va. Orang Nyokap masih diluar rumah, malah pintunya dikunci." Kata Indah memainkan ponselnya.

Eva meringis menyadari kebodohannya. Dia terlalu terpuruk kemarin, jadi tidak memikirkan apapun selain kesedihannya.

"Kalau ingat Chiko, aku jadi keingat Mas Bencong."

"Bencong?" Tanya Indah dan Lily hampir bersamaan.

Gadis itu mengangguk. "Dulu aku pernah mau keluar rumah, tapi gak jadi karena pintunya dikunci dari luar. Padahal kunci yang asli masih aku pegang."

"Terus saat aku teriak minta tolong tiba-tiba ada suara Bencong yang bilang kalau aku gak boleh keluar, banyak nyamuk katanya."

"Terus-terus?" Tanya Lily tidak sabar.

"Anehnya dia tau kalau sehari setelah itu kelas bakal ada ulangan."

Lily menepuk pipinya dengan satu jari, "Masak Chiko bencong? Enggak ah! Orang gayanya aja udah kayak playboy cap jempol gitu. Dimana-mana kalau lihat cewek pasti digodain."

"Bener tuh kata Lily. Jangan berprasangka buruk Va."

Eva menggeleng, "Bukannya berprasangka buruk. Tapi Bencong itu punya kunci yang sama kayak aku. Dan Chiko--- " Kata Eva terhenti saat memasuki kelas.

Iris coklatnya menemukan sosok yang ingin dia hindari. Arvin ada disana, sedang duduk santai diatas bangkunya. Eva menghela napas berat lalu berjalan menghampiri Arvin yang memang menunggu kedatangannya.

"Al." Arvin berdiri dan mempersilahkan Eva duduk dibangkunya.

Gadis itu melepas ransel sekolahnya dan beranjak duduk dibangku. Namun dia tetap bungkam, tak bersuara satu patah katapun semenjak masuk kedalam kelas.

Arvin menggenggam tangan Eva, membuat pandangan gadis itu terarah padanya.

"Al aku minta maaf. Yang kemarin itu aku gak sengaja."

Eva melepas genggaman Arvin halus, "Kak udah mau masuk. Kak Arvin balik ke kelas gih."

Arvin menggeleng, "Aku gak akan pergi kalau belum mendengar jawaban dari kamu."

"Lebay." Tiba-tiba Alex lewat disamping Arvin dan Eva, lalu melempar tas kearah bangku diikuti oleh tubuhnya yang dia hempaskan disana.

Arvin menatap tajam Alex yang sudah membuatnya emosi dipagi hari. Ingin rasanya dia menghajar cowok itu sekarang. Namun untuk kali ini dia harus menahannya kalau tidak ingin membuat semakin keruh suasana.

"Alexa---"

"Kalau mau drama gak usah disini! Sono ke lapangan. Siapa tau cewek lo minta dibuatin kapal sebagai tanda maaf." Alex memakan kacang telur hasil nyolong dari tas milik Revan.

Lu-Gu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang