BAB 8: Angkot.

228K 16.4K 645
                                    

Gadis berambut panjang dengan model poni depan itu bergerak gelisah. Berulang kali dia mengganti posisi duduk dan melirik jam yang melingkar manis dipergelangan tangannya.

"Lo kenapa sih Va?! Risih gue lihatnya." Tukas Indah.

"Alex kemana ya Ndah? Dari tadi kok gak ada masuk kelas."

Indah menyipitkan mata menatap Eva, "Jangan bilang lo mulai suka sama Alex?"

Gadis itu menggelengkan kepala sebagai jawaban, "Gak tau."

Memang pada kenyataannya Eva tidak tau apa yang dia rasakan terhadap Alex. Disatu sisi dirinya takut pada cowok itu, disisi lain ada sesuatu yang seperti menariknya untuk tetap berada disisinya. Aneh, tapi nyatanya dia gusar karena tidak mendapati Alex masuk kelas setelah kejadian menggemparkan tadi.

"Wah ini nih perlu dirukyah." Indah mendorong punggung Lily yang ada didepannya.

"Apaan sih Ndah! Ganggu aja deh. Gue lagi serius nonton tutorial makeup nih."

Indah memutar bola matanya malas, "Eva OTW suka sama Alex."

Lily menatap Eva yang kini sedang menekuk wajahnya, "Serius Va?"

Sekali lagi Eva menggeleng.

"Kalau gue jadi Eva sih bukan lagi OTW tapi udah beneran suka." Kata Lily mengibaskan rambut pirangnya.

"Kok lo malah ngomong gitu sih Ly?" Protes Indah tidak terima.

"Ya gimana dong, siapa juga yang gak baper diperlakukan manis sama Alex si cowok galak."

Mendengar penuturan Lily membuat Eva terdiam untuk beberapa saat. Sebelum ini Alex sudah pernah menciumnya dipipi dan dipuncak kepalanya. Disaat itu dia tidak merasakan apapun selain rasa takut, tapi kejadian tadi pagi dimana Alex mencium dahinya rasa seperti ada banyak kupu-kupu dalam perutnya datang.

"Dan sifat itu tidak akan berlangsung lama. Kita berdua udah tau Alex dari kelas satu Ly, sedangkan Eva baru aja seumuran jagung."

Eva kembali menunduk mendengar penuturan Indah. Benar juga, walaupun dia baru seumuran jagung mengenal Alex dia sudah tau sifat cowok itu. Menampar lalu mengobati setelah itu membentak kemudian bersikap manis. Cowok itu memiliki sifat yang mudah berubah.

Lily menepuk pipinya dengan satu jari, "Bener juga. Hati lo diusahain ditutup rapat aja Va, bahaya kalau nanti lo sakit hati. Dilihat Alex aja udah mewek apalagi nanti kalau sakit hati, bisa bunuh diri lo nya."

"Kok kamu bilang gitu sih Ly, jahat banget." Eva mengerucutkan bibirnya.

Indah menepuk pundak Eva, membuat perhatian gadis itu beralih padanya, "Yang diomongin Lily tadi itu cuman istilah kasarnya. Kita hanya takut kalau lo udah terlanjur melambung tinggi lalu tiba-tiba dihempaskan ke tanah. Alex itu cowok kasar, jadi lo harus hati-hati."

*****

Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa berbondong keluar dari kelas masing-masing dengan wajah sumringah. Setelah sekian lama bertempur dengan pelajaran akhirnya waktu merdeka merekapun datang, bahkan mereka juga sudah disambut oleh para pedagang kaki lima yang mangkal didepan sekolahan.

Begitupun dengan Eva, setelah seharian murung karena tak bertemu dengan Alex kini gadis itu sudah kembali ceria. Membuat Indah dan Lily mengerutkan kening bingung melihat tingkah laku temannya yang satu itu.

Sepertinya Alex sudah menularkan ilmu 'sifat berubah-ubah' pada Eva hingga membuat gadis itu bersedih lalu ceria dalam jangka waktu yang bisa dikatakan tak terlalu lama.

Mereka berdua saling pandang lalu melangkah melewati Eva dan menghadang jalan gadis itu.

"Sekarang bilang sama kita kenapa lo senyum-senyum gaje kayak gini." Kata Indah yang diangguki oleh Lily.

Lu-Gu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang