BAB 7: Berbeda.

239K 17.3K 1.1K
                                    

Eva mengetuk jemari diatas tas sekolah miliknya. Dia sangat menyukai kesunyian, karena kesunyian bisa membawanya dalam ketenangan. Tapi beda halnya dengan kesunyian kali ini, bukan membuat tenang malah menjadi terasa mencekam untuknya.

Gadis itu melirik Alex yang duduk disampingnya, lebih tepatnya dibalik kemudi lalu menghela napas panjang. Setelah sesi sarapan tadi selesai mereka berdua langsung saja tancap gas menuju sekolahan.

Tentu saja itu atas permintaan Eva yang terus merengek dengan mengatakan 'nanti kita telat', membuat Alex mau tidak mau menurut saja. Padahal dia selalu berangkat sekolah melebihi jam masuk, tapi mau apa dikata dirinya membawa Eva.

Alex tidak mau pacarnya itu ikut rusak sama seperti dia.

Eva menghembuskan napas pelan lalu kembali menatap jalanan. Dia tidak tau harus berbicara apa dengan Alex, cowok itupun tak ada niatan untuk membuka suara sama sekali. Mobil ini benar-benar mencekam tanpa suara. Belum lagi kemacetan yang tak kunjung berakhir membuatnya terjebak semakin lama dengan cowok disampingnya.

Pandangan Eva teralih oleh keributan di trotoar jalan. Disana ada seorang pemuda yang bertekuk lutut memeluk kaki seorang wanita paruhbaya. Terlihat seperti adegan romantis antara ibu dan anak, tapi kenyataannya semua itu berbanding terbalik.

Wanita paruhbaya itu terlihat mendorong keras tubuh si pemuda jauh darinya, hingga membuat pemuda itu terjungkal dan bernasib jatuh dijalanan beraspal.

Eva mengepalkan tangan kuat saat melihat bagaimana wanita paruhbaya itu menendangi tubuh si pemuda berkali-kali layaknya sampah tak berguna, belum lagi tangan telunjuknya yang mengarah pada pemuda itu lalu mendorong kepalanya keras. Sungguh dia bukanlah orang tua yang patut dicontoh.

Mobil berjalan perlahan membuat pemandangan itu semakin jelas untuk dilihat. Mata Eva melebar kala wajah si pemuda sudah bisa dia lihat sekarang.

"Vano?"

"Sekali lagi lo nyebutin nama itu, gue pastiin tuh cowok idiot bakal masuk rumah sakit dalam keadaan koma." Tukas Alex tanpa mengalihkan penglihatannya di jalanan yang macet.

"Tapi itu---"

Alex mendekatkan diri kearah Eva saat mobil didepannya kembali berhenti, "Gak boleh ada cowok lain dipikiran lo selain gue."

*****

"Lo gak apa-apa kan Va?" Bisik Indah bertanya.

Eva menggeleng sebagai jawaban lalu kembali menyalin tulisan yang ditulis Pak Edi sang guru ekonomi dipapan tulis.

Indah melirik kearah Pak Edi sebelum melanjutkan ke-kepo-annya terhadap Eva, "Apa yang Alex lakuin sama lo setelah kejadian di taman kemarin?"

"Dia ngobatin luka aku."

Indah membulatkan mata memandang wajah Eva tidak percaya, "Serius?"

Eva mengangguk mengiyakan, "Terus setelah itu dia menyuruh aku---"

"Menyuruh apa? Menyuruh apa?" Indah menggoyang-goyangkan tubuh Eva tidak sabaran menunggu kelanjutan kalimat gadis itu.

Indah dan Lily semalaman dirundung rasa khawatir karena tak bisa menghubungi Eva sama sakali. Tragedi di taman kemarin membuat mereka menjadi was-was dengan keadaannya. Berbagai spekulasi dari Alex yang akan menambahi pukulannya terhadap Eva, mengurungnya disuatu gudang sampai berakhir anu hinggap begitu saja diotak mereka.

"Indah, apaan sih." Eva menepis kedua tangan Indah dari bahunya.

"Alex nyuruh lo apa Eva?! Cepetan bilang ke gue."

Walaupun Pak Edi tidak mendengar keributan dibelakangnya, tapi seluruh perhatian penghuni kelas (kecuali Pak Edi) sudah berpusat pada mereka berdua. Tak terkecuali Alex.

Lu-Gu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang