BAB 17: Selingkuh?

197K 13.2K 966
                                    

"Sut...sut..."

Eva menoleh kearah sumber suara sambil terus mengelus lengannya yang terasa sakit. Terlihat Indah dan Lily yang sudah mulai kepo dengan dirinya juga Alex. Dari gelagat mereka berdua Eva jadi tau bahwa mereka meminta jawaban atas ngambeknya seorang Alex.

Gadis itu mengetik sesuatu dilayar ponselnya, karena tidak mungkin kalau dia bersuara dengan gamblangnya pada kedua temannya kalau Alex sedang ngamuk. Bisa naik beberapa oktaf nanti mode ngamuknya.

Grup cewek cakep. (Btw. Ini Lily yang membuat grupnya.)

Eva: Alex lagi keluar tanduknya.

Lily: Serius?

Indah: Tapi lo gakpapa kan Va?

Eva: Gakpapa kok.

Lily: cih! Gakpapa dari mana? Habis dibanting kok bilang gakpapa.

Eva: Aku beneran gakpapa Ly.

Lily: Nih ya, kalau gue punya ayang beb yang badannya kekar udah gue suruh tuh si doi buat ngebunuh Alex.

Indah: Va. Mendingan lo bujuk aja tuh pacar lo biar gak marah. Bisa gawat jika marahnya berkelanjutan.

Eva memandang Alex dengan takut. Cowok itu nampak tak peduli pada dia saat ini. Rahangnya masih mengeras menandakan bahwa dia masih dalam mode marah. Eva meneguk ludahnya susah payah, ternyata Alex dua kali lipat lebih menyeramkan jika marah dengan model diam. Gadis itu kembali menatap layar ponselnya.

Eva: Tapi aku takut.

Indah: Lalu apa gunanya lo berada disampingnya? Buat pajangan?

Lily: Kalau gue jadi elo, udah lompat aja dari meja terus lari.

Indah: Gila aja lo Ly! Jangan dengerin Va. Bisa melayang nyawa lo kalau lo nekat melarikan diri.

Eva menghela napas lelah. Benar juga apa yang dikatakan Indah, lalu apa gunanya dia sebagai pacar kalau tidak bisa menenangkan Alex? Bahkan semenjak pacaran dengan cowok itu dia tak pernah memberikan perhatian apapun padanya.

Dengan setengah keberanian yang masih tersisa tangan Eva terulur menyentuh bahu tegap Alex.

"Lex?"

Tak ada jawaban. Aneh, Eva baru menyadarinya. Kata Indah dan Lily Alex selalu melampiaskan kemarahannya dengan teriak atau menendang apapun didepannya sampai kemarahan itu hilang tuntas. Tapi yang dilihatnya Alex hanya diam padahal Eva yakin kalau cowok itu masih marah.

"Alex, kamu marah?"

Itu adalah pertanyaan paling tolol yang pernah Alex dengar. Apakah Eva buta sampai dia tidak bisa membedakan mana raut wajah senang mana raut wajah marah? Atau memang tampangnya tak semenakutkan apa yang dibilang orang-orang saat dirinya sedang marah?

"Jangan marah dong Lex. Kamu serem kalau lagi marah."

Dan ternyata Eva tidak buta...

"Alex."

Mau berapa lamapun Eva membujuk, Alex masih tetap saja kukuh dengan pendiriannya untuk diam. Membuat gadis itu menghembuskan napas lelah sambil menampilkan raut wajah murungnya.

"Eva!"

Suara cempreng dibelakangnya membuat Eva seketika menoleh, "Apa Gas?" Tanya Eva saat menyadari orang yang memanggilnya adalah Bagas.

"Pinjem bolpoin dong," pintanya.

"Yang kemarin aja belum kamu balikin. Ogah ah! Bolpoin aku udah hilang empat kali ditangan kamu."

Lu-Gu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang