Pagi yang berbeda tapi masih dengan kecerahan mentari yang sama dan kesibukan yang sama pula. Semua orang menatap penuh kagum kala Alex berjalan santai menelusuri lorong sekolahan didampingi oleh gadis lugu disampingnya.
Kekaguman mereka bukan karena adanya Eva disamping Alex. Berita bahwa gadis lugu itu menjadi kekasih preman sekolahan kini sudah seperti makanan basi bagi mereka. Yang mereka kagumkan adalah senyuman Alex yang jarang sekali terlihat. Dan saat ini sang pentolan sekolahan tiba-tiba berbaik hati membagikan senyumannya pada semua orang.
Bahkan keempat sahabatnya pun dibuat bingung keheranan dengan tingkah laku Alex yang aneh.
"Bro, lo sakit?" Revan menempelkan telapak tangannya didahi Alex, yang langsung mendapatkan tepisan dari pemiliknya.
"Iya, Alex lagi sakit. Kepalanya pusing tadi pagi." Ucap Eva polos.
"Sayang..." Kata Alex memperingati.
"Hm?" Dan Eva masih saja tidak paham.
Untuk pertama kalinya Alex menjadi orang yang sabar menghadapi kepolosan pacarnya. Sepertinya dia akan berlatih sabar lebih banyak setelah ini. Tentu saja untuk beradaptasi dengan tingkah laku Eva.
Brak!
Seseorang menggebrak meja yang ditempati Alex dan Eva, membuat keduanya terperanjat kaget.
"Eva! Gue punya kabar ter-hot buat lo." Tukas Lily tanpa menghiraukan bisikan Indah dibangku sebrang yang melarangnya memasuki wilayah Alex.
"Apa?" Eva mengatur napasnya yang membaru karena kaget.
"Ini soal Vano." Bisik Lily yang masih bisa di dengar oleh Alex.
"Jangan mempengaruhi otak pacar gue dengan cowok lain selain gue, atau lo akan tau---"
"Sebentar Alex. Ini urusan dunia akhirat yang gak bisa ditunda." Sela Lily.
Berani sekali.
Flashback on...
Ddrrrtt.... ddrrrtt...
Ddrrrtt... ddrrrtt...
Ddrrrtt... ddrrrtt...
"Ck! Siapa sih?! Gangguin orang tidur aja." Lily meraba mencari ponselnya yang terus bergetar sedari tadi.
"Hm." Gumamnya tanpa melihat siapa orang yang menelponnya.
"Lily! Lo sebenarnya hari ini masuk apa enggak sih?!" Kata Indah disebrang sana.
"Iya, masuk." Lily menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Kenapa gak nyampek-nyampek sampai sekarang? Buku tugas matematika gue ada di lo ya!" Teriak Indah kembali.
"Ck! Santai woi masih pagi buta. Ribet bener."
"Masih pagi buta kata lo? Jam 06:35 lo bilang masih pagi buta?"
"HAH!!!" Seketika Lily langsung terduduk. Dia memandang jam yang terletak diatas nakas lalu meloncat dari kasur dan pergi ke kamar mandi kala melihat jam memang sudah menunjukkan pukul 06:35.
Gadis yang selalu menghabiskan waktu hampir setengah jam untuk melakukan ritual mandi dan setengah jam lebih untuk make up-an kini meniadakan ritual seperti itu untuk kali ini. Tapi seperti biasa, selalu ada pelampiasan atas kekesalannya. Nanti dia pasti akan memarahi Eva dan Indah karena tidak membangunkannya lebih pagi.
Lily mengendarai motor matic-nya membelah keramaian kota yang super macet. Tidak ada waktu lagi untuk menggunakan mobil dan sabar menunggu macet ataupun takut terkena paparan sinar matahari. Semua itu tidak kalah menakutkan ditimbang dengan kemarahan Pak Agus yang hari ini memegang jadwal piket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...