"Skak mat."
"Wah curang lo!"
"Lah gue curang dari mana? Gue sportif man."
"Kuda gue mana kok bisa ilang?"
"Ya gue makan lah."
Chiko mendengus kesal. Selalu saja dia yang kalah. Permainan apapun itu bahkan soal cewek pun dirinya kalah. Padahal menurut Emak tercintanya Chiko adalah cowok tertampan di dunia. Masak iya Emaknya bohong?
Sedangkan ditempat lain Tito dan Bagas sedang asik beradu tantang bermain ps. Satu sama lain tak ada yang bermain sportif, mereka saling menyenggol bahu agar menang secara instan.
Dan disinilah Alex berada. Sang tuan rumah yang dibiarkan terbengkalai mengenaskan sambil memetik senar gitar. Setidaknya walaupun begitu Alex masih bersyukur di rumah yang semegang ini masih ada keramaian yang dibuat oleh sahabat-sahabatnya.
Jika Alex boleh meminta, dirinya akan meminta agar mereka berempat pindah rumah disini saja. Sekalian juga dengan Eva, agar dia bisa leluasa memeluk gadis itu nantinya. Yah dia adalah cewek kedua yang menarik perhatian Alex setelah Mamanya.
Alex menggelengkan kepala mencoba menghilangkan pikiran ngaco itu. Otaknya tiba-tiba berubah menjadi error setelah Eva datang dikehidupannya. Entah kenapa pikirannya selalu terarah menuju gadis itu sampai rasa obsesi untuk memiliki Eva sepenuhnya menjalar didalam otak pintarnya.
"Lex. Minumannya habis. Ambilin gih." Revan menaruh gelas kosong disampingnya lalu kembali fokus ke papan catur di depannya.
"Enak ya. Udah numpang pakek suruh-suruh tuan rumah lagi. Ambil sendiri!" Alex kembali menunduk fokus pada gitarnya.
"Apa gue gak salah denger? Numpang? Bahkan lo sendiri yang minta kita nemenin lo disini."
Alex menghentikan petikan gitarnya lalu memandang Revan tajam, "Oh gitu. Oke, keluar kalian semua dari rumah gue!"
"Jangan!" Ucap keempat teman Alex serentak.
"Gue bercanda gaes. Kayak cewek PMS aja lo Lex." Kata Revan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Padahal yang sebenarnya ada dipikiran Revan hanyalah tidak mau meninggalkan fasilitas lengkap kamar Alex. Mumpung gratis kenapa tidak dimanfaatkan.
Chiko menggeleng melihat tingkah laku Revan. Pasti cowok itu ada maunya. "Yuk Van, ke dapur sendiri sambil godain Mbak Atun yang bohai itu loh."
"Mbak Atun yang mana? Gue gak punya pembantu yang namanya Mbak Atun. Gak usah ngarang lo." Sargas Alex kembali menghentikan petikan gitarnya.
"Ck! Amnesia dia Van. Mbak Atun yang rambutnya disemir merah itu loh."
"Namanya Mbak Shofiatun goblok!" Alex melempar bantal disampingnya kearah Chiko.
"Sama aja kali. Disingkat jadi mbak A.tun." Ucap Chiko ngeyel.
"Terserah."
"Yuk Van." Chiko berdiri sambil menunggu tanggapan dari Revan
"Gak ah, males. Lo aja sana, jangan lupa sama bawa cemilan yang banyak!" Revan mengeluarkan ponselnya, bermain game.
Chiko hanya menjawab dengan anggukan lalu menghilang dibalik pintu. Sedangkan Alex kini kembali kedalam kegiatan awalnya memetik gitar sambil bersenandung pelan.
Jemari Alex dengan lihai menciptakan nada-nada indah diatas senar. Matanya terpejam menikmati alunan musik yang dia ciptakan sendiri, bahkan Alex seperti tuli tak mendengar kehebohan yang teman-temannya lakukan karena terlalu terbuai oleh suara gitar kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...