Tinggal tiga puluh menit lagi jam pulang akan berbunyi sedangkan kelima bangku milik Alex dkk masih saja tetap kosong. Semenjak jam istirahat pertama tadi mereka berlima memilih membolos dan pergi entah kemana. Bahkan Eva yang notabenenya pacar sendiri tidak tau kemana perginya sang kekasih."Gelisah amat Bu?" Sindir Indah.
Indah sampai risih dengan kelakuan Eva. Dia menjadi orang yang tak bisa diam, bergerak kesana kemari, menendang kursi Lily yang berada didepannya, sampai izin ke toilet lebih dari lima kali setiap jam pelajaran berganti.
"Alex gak ada kabar Ndah," Bisik Eva sambil melirik Pak Eko guru ekonomi mereka yang sedang menuliskan materi pelajaran di papan tulis.
"Makanya tuh ponsel digunain buat hubungin si doi."
"Gengsi dong."
Indah memutar bola matanya malas, "Terserah lo deh Va. Pusing gue mikirin kehidupan lo yang ruwet itu."
Eva mengerucutkan bibirnya, "Aku cuman khawatir."
"Elo? Khawatir sama Alex? Buat apa Va. Dia gak bakalan kenapa-kenapa dengan badan kekar dan tampang sangarnya itu."
"Bukan sama Alex."
"Lah, terus sama siapa?"
Eva menoleh kekiri dan kekanan memastikan tidak ada yang menguping pembicaraan mereka berdua. "Sama panitia mading yang dihajar Alex tadi pagi."
"HAH?!" Teriak Indah reflek.
"Indah. Kenapa kamu teriak?" Suara bariton khas Pak Eko menggema disepenjuru kelas.
Indah menyikut Eva meminta bantuan, tapi bukannya mendapatkan bantuan Eva malah mengangkat kedua bahu tidak peduli.
"Indah."
"AHA! Itu maksud saya Pak. Saya sudah paham dengan yang Bapak terangkan tadi." Kata Indah sekenanya.
"Bahkan saya belum menerangkan apa-apa." Pak Eko memberikan tatapan tajam khusus terhadap Indah.
"Mampus." Gumam Indah.
"Berdiri dipojokan kelas sekarang!"
"Tapi Pak---"
"Sekarang atau saya suruh lari keliling lapangan sepuluh kali?"
Akhirnya dengan berat hati Indah menuruti perintah Pak Eko. Yah setidaknya berdiri dipojokan kelas lebih baik dari pada harus panas-panasan berlari keliling lapangan dan ditonton oleh banyak pasang mata. Bisa rusak imagenya nanti.
Sebelum melangkah Indah menyempatkan diri menatap tajam Eva dan Lily yang nampak tertawa mengejeknya. Didalam hati dia mengucapkan sumpah serapah kepada mereka berdua. Mereka benar-benar sahabat terlaknat yang pernah dimiliki.
Pelajaran kembali berlanjut saat Indah sudah berdiri dipojok belakang kelas. Walaupun begitu, masih saja ada siswa yang tak konsen pada pelajarannya, terutama kalangan cowok yang menduduki bangku belakang. Mereka malah asik mengejek Indah dengan berkata 'Mbak Kunti lagi galau.'
Hingga dua jam pelajaran menyebalkanpun berakhir. Semua siswa mulai berkamas untuk pulang, begitu pula dengan Indah yang sudah diperbolehkan duduk kembali oleh Pak Eko.
"Kita akhiri pelajaran kali ini. Jangan lupa PRnya dikerjakan dan... selamat siang." Ucap Pak Eko sebelum meninggalkan kelas.
Kelas langsung saja ricuh kala Sang Guru menghilang dalam belokan. Mereka ikut berbondong-bondong keluar guna menikmati kemerdekaan yang hanya sekejap terjadi.
"Ngeselin lo Va. Sumpah ya gue gak habis pikir, cewek selugu lo tau ngerjain orang juga." Indah memasang ransel sekolahnya dipunggung.
Eva terkekeh riang, "Sekali-kali bolehlah Ndah. Biar gak tegang." Diraihnya tas sekolah milik Alex lalu dia peluk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...