BAB 66: Tamu tak diundang

127K 9.2K 459
                                    

Alex dkk memasuki kelas ketika jam menunjukkan pukul delapan pagi. Beruntung guru mapel saat jam pertama sedang tidak hadir, jadi untuk hari ini mereka selamat karena tidak mendapatkan hukuman.

Cowok bertindik hitam itu memandang sebuah bangku kosong sebentar, sebelum memalingkan wajahnya kearah lain. Itu adalah bangku milik Eva yang selama tiga hari kosong tak berpenghuni.

Eva tidak berangkat sekolah tanpa keterangan, membuat Alex yang seharusnya baik-baik saja malah menjadi gelisah. Dia uring-uringan sendiri tanpa sebab, entah mengapa dia sangat rindu gadis yang sudah lama dia jauhi itu.

"Telat lagi Van?" Indah bersedekap dada mendatangi bangku Revan, yang bersebelahan dengan Alex.

"Tadi malem kemana? Ke club lagi nemenin bocah gak tau diri ini?"

"Indah." Revan memberikan isyarat pada Indah melalui mata agar tidak membangunkan harimau yang sedang tidur.

Alex mendongak menatap Indah dengan tatapan datar.

"Udah deh Van, ngapain coba ditemenin. Nemenin dia itu gak ada gunanya, mubadzir. Orangnya aja gak nyadar-nyadar dikasih tau. Masalah itu diselesaikan, bukan malah menyalahkan orang lain tanpa alasan yang jelas."

Indah menghela napas panjang, mencoba sabar menghadapi Alex yang sedang memainkan kukunya santai. "Gemes gue lama-lama."

Melihat Alex yang sudah mulai menatap tajam Indah, buru-buru Revan memutar otak untuk mengalihkan pembicaraan pacarnya itu.

"Sayang, nanti malam kita dinner yuk." Ucap Revan lembut.

"Gak mau! Gue sama Lily nanti mau ke rumah Eva. Jenguk dia."

Revan menarik kursi kosong mendekat kearahnya lalu menyuruh Indah duduk dan langsung diturutinya.

"Eva masih syok?" Tanya Revan. Matanya melirik sekilas kearah Alex yang nampak penasaran dengan obrolannya dengan Indah.

Cewek itu mengangguk, "Semenjak Nyokapnya meninggal kondisi Eva semakin memburuk."

"HAH?!" Alex berdiri seketika.

Beberapa orang didekat Alex bergejolak kaget. Mereka nampak mengurut dada, bahkan ponsel milik Tito sampai terlempar saking kagetnya.

"Lo kenapa Bos? Astaga ... hampir copot jantung gue." Kata Chiko.

Alex menoleh kekanan kekiri dan mendapati teman-temannya sedang menatapnya penuh heran.

"Eee... hah! Gue belum olahraga pagi ini." Cowok itu merenggangkan tubuhnya seperti melakukan pemanasan.

"Mau olahraga gue," Lanjutnya sambil lari ditempat. "Van, ajak tuh cewek lo jalan-jalan seharian. Dari raut wajahnya kayaknya dia kurang belaian gitu." Ucapnya langsung berlari keluar kelas.

"Wah ... sialan ya lo!" Indah beranjak berdiri ingin mengejar Alex.

Namun tangannya ditahan oleh Revan. Tatapan Indah beralih menatap Revan garang, membuat Chiko, Bagas, dan Tito bergidik ngeri.

"Calon bini galak tuh." Bisik Chiko yang diangguki oleh Bagas dan Tito.

"Lepas atau gue cakar tuh muka." Ancam Indah.

"Gu-gue kok jadi pingin kabur gini ya." Bagas mengusap tengkuk belakangnya.

Revan menghela napas. Dia menarik tangan Indah lembut, menyuruhnya duduk kembali.

"Itu tadi modusnya si Alex. Udah tiga hari dia kayak orang gila gara-gara gak ada Eva. Kita semua juga tau kalau sebenarnya Alex itu kepo sama keadaannya Eva, tapi terlalu gengsi buat nanya."

Lu-Gu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang