"Hiks... hiks..."
"Udah dong Va nangisnya." Lily mengusap lembut punggung Eva.
"Alex hiks... Alex Ly, hiks..."
Dengan tangis tak kunjung berhenti Eva masih saja sempat mengobati muka babak belur Alex dengan perlengkapan P3K yang dibawanya. Gara-gara perkataan Indah tadi di sekolahan Eva jadi uring-uringan sendiri karena memikirkan Alex. Pikirannya menjalar kemana-mana, belum lagi hari ini adalah hari pertama dirinya mestruasi membuat suasana hatinya cepat berubah-ubah.
Kini mereka berada disebuah rumah sakit, bukan rumah Alex sesuai pemikiran Eva sebelumnya. Pengawal Alex tadi sudah bersiaga didepan pintu gerbang sekolahan menunggu kehadirannya, dan saat melihat Eva beserta kedua sahabatnya keluar beliau langsung menghadang dan memberitahu kalau Alex dan teman-temannya ada di rumah sakit.
Mau tidak mau akhirnya mereka bertiga masuk kedalam mobil menuju rumah sakit. Pikiran Eva langsung berkecamuk kala itu, belum lagi Indah dan Lily membuat ulah dengan mengomporinya bahwa Alex mungkin saja saat ini koma.
Sesampainya di rumah sakit tangis Eva langsung pecah melihat sang pacar terluka mengenaskan melebihi apa yang ada didalam pikirannya sejak masih berada di sekolahan. Dia kira Alex hanya terluka dibagian sudut bibir saja layaknya di film-film, nyatanya yang Eva lihat cowok itu terluka hampir disekujur tubuhnya.
Alex yang sedari tadi hanya diam karena lemas dan menahan sakit, kini melengkungkan bibirnya keatas melihat kelakuan Eva yang membuat hatinya jadi menghangat.
"Alex jangan senyum hiks... nanti sakit."
Dengan sisa tenaga yang Alex punya, dia mengangkat tangan mengusap jejak air mata yang membasahi pipi pacarnya.
"Udah dong nangisnya. Gue gakpapa Sayang." Ujar Alex menenangkan.
Sebenarnya yang ada di brankar hanyalah Chiko. Sedangkan keempat orang lainnya sudah berpencar di ruangan luas itu. Chiko mengalami luka parah dibagian kepala membuatnya langsung berada di ruang operasi sesaat setelah tawuran selesai.
"Noh! Dibilangin gakpapa juga masih aja ngeyel lo Va. Pacar lo tuh nyawanya ada sepuluh. Hilang satu tinggal sembilan." Kata Lily menimpali.
"Ce-hiks..-rewet!" Eva menarik rambut Lily kasar.
"Aw... Sakit kampret! Gini-gini cerewetnya gue juga berfaedah. Ingin peringatin lo agar gak terlalu khawatir dengan Bang Horor."
Mendengar julukan jelek yang diberikan Lily untuk Alex, Evapun menatap tajam cewek berkulit putih itu sambil masih sesegukan. Apakah tidak ada julukan yang lebih baik untuk diberikan pada pacarnya selain kata 'Bang Horor'?
"Hehe... pis. Mukanya biasa aja Va, takut gue liatnya."
"Dari pada gak ada kegiatan mendingan kamu ngobatin Bagas sana gih Ly. Kasihan tuh si doi ngobatin lukanya sendiri." Ucap Eva mengusir.
Lily mengerucutkan bibir sebal, "Ngusir nih ceritanya?"
"Iya! Ganggu orang pacaran aja." Sahut Alex sekenanya.
Dengan kesal Lily berjalan meninggalkan dua sejoli yang tak menginginkan kehadirannya itu. Dia beranjak duduk disamping Bagas lalu mengobatinya tanpa banyak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...