Eva mengerjapkan mata dikala sebuah guncangan mengganggu tidur nyenyaknya. Hal pertama yang dilihatnya setelah berhasil mengumpulkan nyawa adalah suasana didalam mobil.
Gadis itu menoleh kesamping dan mendapati sosok pacarnya yang sedang mengemudi dengan tenang tanpa suara. Bahkan Alex tidak menyadari jika Eva telah terbangun.
"Alex."
"Loh udah bangun?" Alex menoleh sekilas kearah Eva sebelum kembali menatap jalanan.
Eva mengangguk, "Sejak kapan kita ada di mobil?"
"Dari tadi. Ini udah mau nyampek."
"Kok gak bangunin aku sih." Eva mengerucutkan bibirnya kesal.
Alex tekekeh pelan lalu mengacak rambut lebat gadis itu tanpa menjawab pertanyaannya.
"Emmm... Va?"
"Hm."
"Ibu pulangnya jam berapa?"
"Gak pasti sih. Tergantung kerjaannya. Kadang jam 5 sore sudah pulang, kadang juga jam 8 malem, pernah juga jam 10 malem baru pulang."
"Moga-moga aja Ibu pulang jam 10 malam ini."
Mendengar penuturan Alex, Eva diam-diam mengulum senyum. Sepertinya cowok maconya itu takut dengan sosok Inah. Sekarang memang sudah menunjukkan pukul 21:05. Berarti Alex telat mengantar Eva pulang satu jam dari waktu yang ditentukan oleh Inah.
Alex bergidik ngeri saat mengingat betapa cemprengnya suara Inah kala memarahi dirinya dulu. Belum lagi dengan ancaman dicabut dari daftar calon mantu idaman membuat Alex seratus persen tidak rela.
Mobil putih itu berhenti tepat di pelataran rumah Inah. Sejenak Alex menghela napas untuk menetralisir kegugupannya. Melihat itu bibir Eva berkedut menahan tawa. Dimana Alex si sosok pemberani saat ini?
"Kita turun. Semoga aja Ibu belum pulang." Bisik Alex.
Setelah turun dari mobil langsung saja Alex menarik tangan kecil Eva menuju rumah kecil dihadapannya. Berulang kali dia berbisik pada Eva agar pelan-pelan kala membuka pintu membuat gadis itu mendengus kesal.
Kreeeekk...
Pintu terbuka perlahan. Kepala Alex menjembul terlebih dahulu masuk kedalam rumah memastikan keadaan aman terkendali. Dipenglihatan Alex rumah mungil itu terlihat masih rapi, seperti tidak ada kegiatan apapun disana. Alex berdoa semoga saja Inah memang belum pulang.
"Aman." Bisik Alex sambil mengacungkan jempol kearah Eva.
Eva mengangguk sambil nyengir lebar. Entah kenapa melihat perjuangan Alex yang tak seberapa itu membuat hatinya menghangat. Bahkan dia merasa ini adalah pertama kali Alex berjuang untuknya.
Alex berjalan mengendap-endap diikuti oleh Eva dibelakangnya tanpa melepas genggaman tangannya. Mata kelam itu melirik kesepenjuru ruangan memastikan Inah benar-benar tidak ada. Dia sudah persis seperti pencuri kali ini.
Setelah dianggap aman Alex memutar tubuhnya lalu memegang kedua bahu Eva. "Kayaknya Ibu udah tidur," matanya kembali melirik kesegala arah, lalu menatap Eva lagi. "Lo langsung istirahat ya. Ingat! jangan begadang atau lo akan tau akibatnya nanti."
Tangan besar Alex mengusap lembut dahi Eva lalu berlanjut ke kedua pipi gadis itu.
"Good night sayang." Bisik Alex tepat didepan telinga Eva lalu mengecup lama dahinya.
Setelah salam sampai jumpa selesai, Alex langsung saja lari layaknya vampir menuju ke pintu keluar. Dia tidak bisa berlama-lama disana. Inah pulang jam 10 malam ataupun sudah tidur hanyalah kemungkinan kecil. Alex tidak bisa mempercayai seratus persen akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...