Eva melirik jam yang melekat indah dipergelangan tangannya lalu berdecak kesal. Dia menoleh kebelakang dan mendapati Indah serta Lily yang masih asik dengan dunia sendiri.
"Ayo dong temen-temen! Udah ditungguin didepan."
"Ish... sabar napa Va. Gue piket hari ini, bisa dimarahin Eric kalau melarikan diri. Tuh pak ketua kalau udah marah ngalahin ibu-ibu rempong." Indah mengerucutkan bibirnya sambil meneruskan kegiatan menyapunya.
Sekolahan sudah berangsur sepi karena bel tanda pulang telah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu. Tapi beda halnya dengan salah satu kelas disana yang masih terdengar ramai karena ulah tiga sejoli yang heboh dengan urusan masing-masing.
"Omegat! Parfum gue ilang kemana?!"
Lily menumpahkan semua isi tas sekolahnya diatas meja, saking banyaknya perabotan make up yang dia bawa, beberapa diantaranya jatuh ke lantai."Lily! Itu tadi udah gue sapu." Indah membanting sapu lantainya sembarangan. Merasa kesal sendiri karena sahabatnya yang kembali mengotori lantai.
Disisi lain kepala Eva terasa ingin pecah. Dia sudah ditunggu oleh pengawal Alex didepan gerbang sedari tadi, tapi kedua temannya itu tak bisa diajak kompromi sama sekali.
"Gaes. Kalian mau ditelan bulat-bulat sama Alex?" Ucap Eva mencoba tenang.
"Enggak!" Teriak Indah dan Lily hampir bersamaan.
"Gue udah hampir selesai Va." Indah mempercepat kegiatan menyapunya.
"Parfum gue mana! Parfum gue?!" Teriak Lily panik.
Eva memutar bola matanya malas. Hari ini Alex menyuruhnya ke rumah sakit tempat Chiko dirawat. Disana juga ada Tito, Revan, dan Bagas yang ikut nimbrung menemani cowok itu.
Karena kejadian tawuran kemarin, kini siswa-siswa yang terlibat didalamnya diskors selama tiga hari. Tak terkecuali Alex dkk yang menikmati hari libur mereka dengan mengubah ruang inap Chiko layaknya basecamp.
Revan yang mendengar percakapan Alex via telpon dengan Eva langsung saja mendekat kala pembahasan dua sejoli itu terarah pada pengawal Alex yang akan menjemput Eva di sekolahan, lalu mengantarnya ke rumah sakit.
Cowok itu merengek agar Indah juga sekalian dibawa ke rumah sakit, tentu saja itu jurus pengiritan. Agar Revan tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk menjemput Indah yang tidak lain adalah pacar barunya.
Dan akhirnya merambatlah ke Lily yang mau ikut ke rumah sakit karena kepo dengan keadaan cowok tersedeng dikomplotan cogan itu.
Ddrrrtt... ddrrrtt...
Ponsel Eva berdering. Gadis itu melihat layar yang menampilkan gambar seorang cowok ganteng yang tidak lain adalah Alex, pacarnya. Dengan segera dia menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel itu ditelinganya.
"Hallo."
"Lama banget."
Eva menggaruk rambutnya yang tidak gatal, lalu melirik kearah Indah dan Lily. "Sebentar, Indah baru piket."
"Tinggal aja."
"Cuman bentar kok." Tolak Eva.
Gadis itu menjauhkan ponselnya. Dia menatap Lily yang masih saja bermanjaan dengan make up kesayangannya. Sedangkan Indah ada diluar kelas membuang sampah.
"Lily, itu make up kamu masukin tas atau aku bakar?!"
"Ih jahat amat lo Va. Bentar napa, gue belum cantik ini."
Eva memutar bola matanya malas, "Kamu udah cantik Lily. Lagi pula buat siapa sih kamu dandan kayak gitu?"
Lily memoleskan blush on dipipinya, "Ya buat ayang beb lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...