Raut kesal tak hentinya menghiasi wajah tampan Bagas. Bagaimana tidak? Jika baru saja sehari dirinya menginjakkan kaki di sekolahan, uang ratusan ribu lenyap seketika.
Bagas melihat kondisi kantin yang hanya dipenuhi oleh teman-teman sekelasnya saja. Tentu tidak ada murid lain, ini adalah jam masuk kelas, tapi karena jam pertama gurunya sedang tidak hadir akhirnya semua penghuni kelas XII IPS 2 berbondong-bondong menuju kantin untuk pesta.
Pesta traktiran dari Bagas.
"Udah lah Gas. Itung-itung sedekah." Chiko menepuk pundak Bagas.
"Sedekah-sedekah. Ini mah namanya pemalakan!" Ucap Bagas mendengus kesal, "mana juga tuh Si Kampret Alex? Abis buat gue sengsara malah ilang gitu aja. Awas aja kalau ketemu."
"Emang lo berani?" Tanya Revan sambil menyomot bakwan goreng.
"Ya---ya di berani-beraniin." Jawab Bagas ragu, membuat Revan, Chiko, dan Tito menahan tawa.
"Gue doain lo pada kena penyakit gondok." Sambar Bagas saat menyadari teman-temannya sedang menahan tawa.
"BHAHAHAHA.....!"
Bagas kembali mendengus kesal. Percuma saja dia bicara panjang lebar tentang masalah ekonominya. Membohongi teman-temannya kalau Papanya sudah memotong uang saku dan menyita motor kesayangan cowok itu. Emang dasarnya saja mereka kelewat jenius, jadi susah untuk dibohongi.
"Hai."
Tawa mereka terhenti kala mendapati kehadiran orang asing dibangku terhoror kantin. Revan memijit pelipisnya saat menyadari bahwa Eva lah yang datang dengan membawa nampan makanan yang baru saja dibelinya.
Cewek itu tak menyadari kalau sekarang ini banyak pasang mata yang melihat kearahnya. Sudah menjadi rahasia umum kalau bangku yang ditempati Alex dkk harus bersih dari yang namanya kaum hawa. Jika ada cewek yang nekat berada disana maka siap-siap saja dia mendapatkan bentakan bahkan tamparan dari sang pentolan sekolahan.
"Aku gabung ya Van?" Kata Eva sambil sedikit menundukan kepala.
Revan menghela napas gusar. Jika Alex sampai mendapati Eva disini pasti cowok itu akan melakukan sesuatu padanya. Lupakan kekerasan yang sedang semua orang pikirkan, karena Revan merasa yang akan Alex lakukan lebih dari itu.
"Cie... temen rasa pacar nih?" Chiko mengangkat kedua alisnya menggoda, membuyarkan lamunan Revan seketika.
"Diem lo monyet!" Satu lemparan bakwan penuh dengan minyak berhasil mendarat sempurna di depan muka Chiko.
"Anjir! Muka tampan gue ternodai oleh bakwan goreng!" Buru-buru Chiko mengambil tisu dan mengelap wajah tampannya kasar, "awas lo Van."
"Awas apa?"
"Awas tuh si Eva gue embat." Ancam Chiko.
"Embat aja, bukan siapa-siapa gue." Kata Revan santai. 'Itu lebih baik dari pada Eva jatuh ditangan Alex.' Batinnya.
"Revan!" Eva mengerucutkan bibir manatap Revan.
Revan memejamkan mata menahan emosi. Bukannya dia tidak suka jika Eva menemuinya, hanya saja dimana ada dia pasti disitu ada Alex. Dan masalahnya Revan sedang mati-matian berfikir agar Eva tidak berdekatan dengan cowok mengerikan itu, tapi lihatlah sekarang bahkan cewek itu sendiri yang menyodorkan diri masuk kedalam kandang macan.
"Dua temen baru lo mana Va?" Tanya Revan dengan nada bicara dibuat lembut. Tak membiarkan Eva duduk dibangku mengerikannya.
"Mereka ke toilet bentar. Tali BH Lily lepas." Seketika Eva menggigit lidahnya sendiri yang main asal ceplos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...