BAB 9: Hiburan.

215K 16.6K 1.9K
                                    

Srek.... srek....

Sapu lidi bergerak mengusir dedaunan kuning. Inah menyeka keringat yang membanjiri keningnya sebelum membungkuk dan kembali menyapu halaman rumah. Mungkin tak ada yang istimewa dari rumah kecilnya itu, tapi setidaknya dia harus menjaga kebersihan agar rumah kecilnya tidak bisa dikatakan sebagai gubug kecil tak berpenghuni.

"Ibu gak kerja?"

Inah menoleh saat pendengarannya menangkap sebuah suara.

"Eva? Ya Allah Nak ... kamu kemana saja kemarin?" Inah mengusap tangannya di baju daster yang dia pakai lalu menghampiri sang putri.

Gadis itu mencium punggung tangan Inah, "Kemarin Eva habis ngerjain tugas Bu. Banyak banget, jadi Eva disuruh nginep sama temen."

"Ealah! Ibu sampai khawatir gara-gara kamu gak ada di rumah kemarin."

Eva memeluk tubuh Inah dari samping, "Ibu kenapa gak kerja?"

"Bagaimana Ibu bisa kerja kalau anak Ibu gak ada pulang dari kemarin."

Mendengar omelan Inah membuat Eva meringis, "Maafin Eva Bu."

Wanita paruhbaya itu menggelengkan kepala, "Dia juga nelpon nyariin kamu tadi malam."

Reflek Eva melepas pelukannya, "Dia nyariin Bu?"

Inah mengangguk, "Ibu dimarahin habis-habisan sama dia gara-gara kamu gak ada."

Gadis itu menggigit bibir dalamnya kuat, "Ponsel Eva mati, kehabisan baterai."

"Maafin Eva ya Bu. Eva mau kedalam dulu nge-cas ponsel, trus hubungin dia." Ucap Eva sebelum berlari masuk kedalam rumah kecilnya.

*****

Senyum Eva mengembang melihat pantulan dirinya sendiri di cermin. Semuanya sudah nampak sempurna dan sekarang dia siap untuk pergi.

Beberapa waktu lalu gadis itu mengadu pada kedua temannya kalau dia kembali dirundung rasa gelisah karena Alex masih saja tidak ada kabar. Dengan semangat 45 Indah dan Lily langsung gerak cepat mengatakan akan membawanya pergi jalan-jalan untuk menghilangkan penat.

Bisa dibayangkan sebahagia apa Eva memiliki teman seperti mereka.

Gadis itu menginjakkan kaki menuruni tangga kayu rumahnya. Kepalanya menengadah kedepan kala mendengar suara pintu utama terbuka. Dia tersenyum melihat Inah memasuki rumah dengan membawa dua kantong kresek belanjaan.

"Wah putri Ibu cantik banget. Mau kemana?" Inah menaruh dua kantung kresek putih diatas meja.

"Mau diajak temen Eva jalan-jalan Bu." Gadis itu memandang ibunya yang nampak memilah-milah hasil belanjaannya, "Ibu izinin?"

Inah menghela napas, lalu tersenyum ramah pada anaknya, "Ini udah malam Nak."

"Eva bisa jaga diri kok Bu."

"Nanti kalau dia---"

"Eva udah minta izin." Potong Eva sebelum Inah melanjutkan kalimatnya.

Inah kembali menghela napas sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan. Tidak mungkin dia menghalangi kebahagiaan Eva yang baru saja dimulai. Sebaik mungkin dirinya harus menjadi seorang ibu yang adil terhadap anaknya. Tidak menuntut yang aneh-aneh pada Eva.

"Yeeeeei! Makasih Ibu." Kata Eva kembali memeluk Inah.

"Yaudah sana pergi. Udah diklakson tuh sama yang diluar. Ingat! Jangan pulang malam-malam."

"Siap Bu. Yaudah Eva pergi dulu ya? Ibu juga jangan bergadang kemaleman. Ingat! Besok Ibu juga harus bekerja dan meladeni majikan Ibu yang cerewet itu."

Lu-Gu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang