Eva berputar memandang sekelilingnya seperti orang ling-lung. Dia bingung sendiri dengan apa yang barusan terjadi. Kejadian tadi pagi di rumahnya terasa singkat dan kini dia kembali berada ditempat yang beberapa hari yang lalu sempat dia singgahi.
Flashback on...
Tok...! tok...! tok...!
"Buka pintunya!" Seseorang mengetuk pintu keras sambil berteriak lantang di pekarangan rumah Inah.Dengan terpogoh-pogoh Inah berlari menuju pintu. Merasa tidak enak sendiri dengan tetangga karena tamu tidak sopannya itu berteriak dipagi hari.
Brak...!
Pintu depan rumah Inah didobrak paksa sebelum Inah sempat membukanya. Terlihat dua orang berpakaian serba hitam dan berkacamata dengan warna serupa menengok kesepenjuru rumah seperti mencari sesuatu, mereka saling pandang lalu mengangguk bersamaan dan berpencar mencari sesuatu.
"Ka--kalian siapa?" Ucap Inah terbata-bata.
"Dimana Nona Eva?" Tanya salah satu dari mereka.
"Untuk apa kalian mencari anak ku?"
"Ck! Katakan saja Bu Inah. Kami masih punya banyak pekerjaan."
"Aku tidak akan mengatakannya. Bisa saja kalian orang jahat yang mau mencelakakan anak ku."
"Kami tidak akan melukai anak anda."
"Aku tidak percaya! Lebih baik kalian pergi dari rumah ku. PERGI!"
Dengan melawan rasa takutnya, Inah membentak dua orang asing itu dan mendorong mereka keluar dari rumahnya.
"Ada apa Bu?"
Eva keluar dari kamar dengan pakaian seragam putih abu-abu yang sudah melekat sempurna dibadannya. Bahkan dia sudah menenteng tas sekolahnya sekarang.
"Nah itu dia. Bawa dia!"
Flasback off....
Eva menghela napas kasar. Butuh perdebatan panjang sampai dirinya mau menuruti kemauan kedua orang aneh itu untuk ikut bersama. Mereka telah berjanji, Eva akan kembali dalam keadaan selamat jadi apa salahnya menurut. Belum lagi dirinya harus menenangkan Sang Ibu yang sangat keberatan akan keputusannya.
Hingga akhirnya wanita paruhbaya itu memilih mengalah dan mengizinkan mereka membawa putrinya. Inah memperingatkan dua orang berbadan kekar itu jika Eva lecet sedikit saja maka dia akan melaporkan mereka pada polisi.
"Siapa Tomy?" Seorang wanita paruhbaya menghampiri mereka dengan raut wajah khawatir, "ini kan..."
"Kekasih Tuan Bi." Ucap salah satu dari mereka enteng.
"Tapi Tuan Alex tadi malam habis mabuk. Pasti dia akan marah besar."
Pelayan paruhbaya itu mengingat ketika dia memasuki kamar anak majikannya untuk bersih-bersih. Baru saja dia membuka pintu bau alkohol langsung menyeruak masuk dalam lubang hidungnya. Belum lagi kamar yang nampak berantakan dan botol alkohol yang berserakan. Menunjukkan betapa berantakannya suasana hati tuan mudanya itu.
Seorang pria satunya menghela napas berat lalu menggeleng. "Ini perintah Bi, kami hanya bisa melaksanakan."
"Apa yang kalian bilang? Alex mabuk? Tapi tadi malam dia----"
"Nona lebih baik pergi saja. Biar Bibi yang menanggung kemarahan Tuan Alex, Bibi sudah terbiasa."
Kening Eva berkerut tidak mengerti. Apa yang dikatakan wanita paruhbaya itu? Dan mengapa matanya menatap kasihan kearah Eva, seakan-akan Eva akan mati detik ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...