BAB 20: Arvin 2

189K 13.2K 972
                                    

Sudah seminggu semenjak kejadian tertabraknya Panitia Mading, semua berjalan normal dan baik-baik saja. Tidak ada orang ataupun polisi yang menuntut Alex karena menjadi pelaku tabrak lari. Berterimakasihlah pada Herman sang Papa karena berkat uangnya yang berlimpah itu bisa membuat sesuatu yang tak mungkin terjadi malah terwujud seketika.

Begitupun hubungannya dengan Eva. Walaupun Alex sempat khawatir akan adanya keretakan dikisah asmaranya tapi nyatanya ketakutan itu tak pernah terwujud. Eva masih berada disampingnya, masih dengan sikap seperti biasa, masih juga mengurusi segala kebutuhannya dipagi hari. Yah termasuk membangunkannya dengan susah payah.

Semuanya baik-baik saja. Hanya ada satu masalah dan menurut Eva itu tidak terlalu penting. Alex terus uring-uringan karena mendengar kabar kalau Panitia Mading itu tetap selamat. Dia mendapatkan fasilitas termewah di rumah sakit, bahkan mendapatkan penjagaan yang ketat disana. Impian Alex melihat proses pemakamannya jadi hancur berantakan.

Cowok itu mencurigai bahwa Papanyalah yang ikut campur tangan dalam masalah itu. Saat Alex ingin menemui beliau, Eva terlebih dahulu memeluknya dan mengatakan semuanya baik-baik saja.

Dan perlu diketahui, pelukan Eva adalah kelemahan Alex. Hanya sekedar dipeluk oleh tubuh kecil gadisnya, amarah Alex langsung mereda seketika.

Eva mengemas beberapa buku yang tergeletak diatas meja belajarnya lalu memasukkannya didalam tas. Hari ini pengawal Alex tidak menjemputnya seperti biasa, cowok itu sudah berkata kalau dia tidak masuk sekolah karena ikut tawuran, membuat Eva menggelengkan kepala tidak percaya. Pacarnya tak pernah menunjukkan perkembangan sedikitpun kearah yang lebih baik.

"Ibu..." Sapa Eva kala menuruni tangga kayu rumahnya.

Inah mendongak lalu tersenyum melihat putrinya yang sudah terlihat cantik dengan lapiskan seragam putih abu-abu yang menjadi andalan dihari Senin dan Selasa.

"Enggak dijemput?"

Eva duduk berhadapan dengan beberapa lauk disana lalu menggeleng, "Alex gak masuk sekolah hari ini. Ikut tawuran."

Inah mendengus kesal, "Anak itu bandelnya gak ilang-ilang."

Mendengar Ibunya mengomel membuat Eva terkekeh. Tentu saja mereka memiliki pemikiran yang sama, bahkan jika seluruh sekolahan tau kalau Alex ikut tawuran pasti mereka semua akan mengatakan hal yang sama.

Seorang Alex yang sudah disandingkan dengan seorang Eva yang lugu dan tidak neko-neko, masih saja tetap bandel dan kejam. Jangan salahkan dia, salahkan saja Eva yang tak pernah melarang barang sedikitpun kalau Alex berperilaku semena-mena. Bahkan Eva tak melarang Alex meminum Alkohol kala pikirannya sedang kalang kabut. Jadi jangan heran kenapa Alex sebetah itu berpacaran dengan Eva, karena gadisnya tak pernah mengekangnya walau sedikitpun.

Setelah prosesi sarapan selesai, Evapun mencium tangan Ibunya dan bergegas berangkat sekolah. Hari ini adalah hari kemerdekaannya, karena dia tidak perlu mengurusi semua keperluan Alex dan tak akan ada namanya baku hantam saat dirinya bersinggungan dengan kaum adam.

Eva berjalan sambil bersenandung melewati jalanan perkampungan tempat dirinya tinggal. Hanya butuh waktu sebentar sebelum menemukan jalan raya diujung sana.

Gadis itu berdiam diri dipinggir jalan raya bermaksud menunggu angkot yang lewat. Eva sudah bertanya banyak hal masalah angkot pada ibunya. Dia tidak mau kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi karena kecerobohannya.

Kata Inah setiap tujuan angkot memiliki nomor tersendiri, jadi dia perlu menghafalkan nomor serta rute yang diambil setiap angkot. Bukan malah masuk seenak jidat tanpa tau dimana arah tujuannya.

Lu-Gu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang